You are on page 1of 45

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA ANAK
DENGAN
HYDROCEPHALUS &
KEJANG DEMAM
BY:
KELOMPOK 2
Pendahuluan

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya suatu
negara dapat dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Masalah yang
terjadi saat ini yaitu kematian anak. Angka kematian anak menjadi salah
satu masalah serius di negara berkembang seperti Indonesia. Mengurangi
angka kematian harus diimbangi dengan akses kesehatan yang baik. (Helmi
dan Alifiani, 2014).
Di Indonesia Sekitar 2%-5% kasus kejang demam terjadi pada anak.
Kejadian ini terjadi pada rentang usia 1 bulan hingga 5 tahun dimana
insiden kejadiannya paling banyak terjadi pada usia 14-18 bulan. Kejang
demam salah satu kasus yang bisa mengakibatkan kecacatan dan
menghambat tumbuh kembang anak jika tidak segera ditangani dengan
cepat dan baik. Indikator untuk mengetahui adanya pertumbuhan, adanya
pertambahan tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala.
HYDROCEPHALUS
DEFINISI

• Hydrocephalus merupakan penumpukan cairan


cerebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatsi
sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrocepalus
eksternal pada anak cairan akan berakumulasi di dalam
rongga araknoid.
• Hydrocephalus merupakan sindroma klinis yang
dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF
berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh
vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang
tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
KLASIFIKASI HYDROCHEPALUS
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital,
b. Hidrosefalus Akuisita (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut
b. Hidrosefalus Kronik
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating
b. Non Communicating
4. Proses Penyakit
a. Acquired
b. Ex-Vacuo
ANATOMI FISIOLOGI
CAIRAN SEREBROSPINAL

• OLEH PLEXUS CHOROIDALIS DIBENTUK DALAM VENTRIKEL


VENTRIKEL LATERALIS
• FORAMEN2INTERVERTIKULARIS
VENTRIKEL KE3
• SISTEM AQUADUKTUS SYLVI
CSSBALIK KE INTERNAL VENTRIKEL KE 4
PEREDARAN DARAH MELALUI

SSP
SISTEM EKSTERNAL RUANG RUANG SUB
MELALUI
ARACHNOID
KAPILER
DALAM
PIAMETER
DAN
ARACHNOID
BERHUBUNGAN
APERTURA LATERALIS VENTRIKEL IV
ATAU FORAMEN LUSCHA DAN MEGENDIE
DI BAGIAN CRANIAL

KE RONGGA SUBARACHNOID

GRANULA ARACHNOIDALIS
DURAL SINUS

MASUK KE SYSTEM VENA


patofisiologi
• Hydrocephalus
• Cairan Serebro Spinalis (CSS) dibentuk dalam ventrikel oleh pleksus
khoroidalis. Kemudian CSS kembali keperedaran darah melalui kapiler
dalam piameter dan arachnoid yang meliputi seluruh syaraf pusat.
Peredaran itu melalui dua sistem yaitu sistem internal dan sistem
eksternal. Sistem internal melalui ventrikel lateralis, foramen-foramen
intervertikularis, ventrikel ke-3, aquaduktus sylvi dan ventrikel ke-4.
Sedangkan sistem eksternal terdiri dari ruang-ruang subarachnoid
terutama dibagian-bagian yang lebar yang disebut sisterna. Kemudian
kedua sistem berhubungan melalui apartura lateralis ventrikel ke-4
(foramen luscha) dan foramen medialis ventrikel ke-4 (foramen
magendie) dibagian cranial. Kemudian ke rongga sub arachnoid menuju
granula arachnoidalis dural sinus kemudian ke sistem vena.
• Terjadi penyerapan melalui vilus arachnoidalis yang berhubungan dengan
sistem vena seperti sinus venosus serebral. Jika terjadi gangguan pada
penyerapan maka dapat mengakibatkan, produksi liquor berlebihan
biasanya penyebabnya adanya tumor pleksus khoroid, peningkatan
resistensi aliran liquor dan peningkatan tekanan sinus venus. Ketiga
gangguan dapat menyebabakan peningkatan tekanan intrakranial.
Peningkatan resistensi aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan
kasus Hydrocephalusyang disebabkan adanya gangguan aliran yang akan
meningkatkan tekanan liquor secara proposional dalam upaya
mempertahankan reabsorbsi yang seimbang.
• Hydrocephalus merupakan gejala kelainan otak yang
mendasar yang dapat mengakibatkan:
• CSS dari ventrikel tidak dapat mencapai rongga
subarachnoid (Hydrocephalusnon komunikans) karena
obstruksi pada salah satu atau dua foramen
interventricular, aquductus cerebrum atau pada muara
keluar ventrikel ke empat. Terjadi dilatasi pada satu
atau lebih ventrikel yang menyebabkan obstruksi akut.
Terjadi aliran cerebrospinal transpendum yang
menyebabkan girus-girus memipih pada bagian dalam
tengkorak. Jika tengkorak masih lentur pada anak
dibawah usia 2 tahun maka kepala dapat membesar.
Pembesaran kepala menyebabkan tekanan liquor
meningkat yang dapat menyebabkan nyeri kepala, mual
dan muntah, hipotrofi otot dan gangguan penglihatan
yang disebabkan oedema pupil syaraf otak II bola mata
terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan supra
orbita gerakan bola mata tidak teratur.
• Obstruksi ada rongga subarachnoid dan disebabkan olah
adanya darah atau nanah yang menghambat saluran-
saluran arah balik. Biasa terjadi pada otak lanjut usia
WOC HYDROCEPHALUS

• MAKALAH SGD Anak dengan keajang demam


dan hidrosepalus.docx
ETIOLOGI

• Hydrocephalus dapat terjadi karena gangguan


sirkulasi likuor di dalam sistem ventrikel atau oleh
produksi berlebihan likuor. Hydrocephalus
obstruktif atau nonkomunikans terjadi bila sirkulasi
likuor otak terganggu, yang kebanyakan disebabkan
oleh stenosis akuaduktus Sylvus, Atresia foramen
magendi dan luschka, malformasi vaskuler, atau
tumor bawaan. Hydrocephalus komunikans yang
terjadi karena produksi berlebihan atau gangguan
penyerapan juga jarang ditemukan. (Wim de jong)
PENATALAKSANAAN
Pada sebagian penderita, pembesaran kepala berhenti
sendiri (arrested hydrocephalus) mungkin oleh rekanalisasi
ruang subarachnoid atau kompensasi pembentukan CSS
yang berkurang. Tindakan bedah belum ada yang
memuakan 100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor
yang masih bisa diangkat. (De jong W).
Ada tiga prinsip pengobatan hidosefalus, yaitu :
• Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus
koroidalis, dengan tindakan reseksi atau koagulasi, akan
tetapi hasilnya tidak memuaskan.
• Memperbaiki hubungan antara produksi CSS dengan tempat
absorpsi yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang
subarachnoid. Misalnya ventrikulo-sisternostomi Torkildsen
pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasinya kurang
memuaskan, karena sudah ada insufisiensi fungsi absorbsi.
• Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial.
Proses keperawatan
• 1. Pengkajian

Data Subjektif = Biodata/Identitas


Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat Imunisasi
Riwayat Perkembangan
Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat sosial
Pola perilaku anak dan keadaan emosional
Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
tingkat kesadaran,
tekanan darah,
nadi, respirasi
suhu
Pemeriksaan Fisik
Dari Kepala sampai Genetalia
Diagnosa Keperawatan

1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


menumpuknya sekret pada jalan nafas.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
(terganggunya sistem termoregulasi).
3. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan
dengan adanya peningkatan suhu tubuh.
4. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kejang
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara
penanganan kejang berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Intervensi Keperawatan

• MAKALAH SGD Anak dengan keajang demam


dan hidrosepalus.docx
NO DIAGNOSA INTERVENSI TUJUAN ATAU RASIONAL
DX KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Jalan nafas tidak  Letak posisi klien Jalan nafas bersih  Dengan posisi
dengan posisi kepala dalam waktu 1 X 24 ekstensi
efektif berhubungan
ekstensi. menit. diharapkandapat
dengan menumpuknya mencegah
 Observasi gejala  Jalan nafas
sekret pada jalan terjadinya lidah
kardinal terutama bersih
nafas. jatuh kebelakang
pernapasan selama
 Penderita tidak dan jalan nafas
penderita kejang.
sesak longgar.
 Berikan penjelasan
 Sekret tidak ada  Dengan observasi
pada klien dan
 Respirasi normal diharapkan dapat
keluarganya.
20 – 26 X / menit mengetahui keadaan
sedini mungkin.

 Menambah
wawasan keluarga
Konsep Asuhan Keperawatan
Hidrosefalus

• A. Pengkajian
Riwayat penyakit /Keluhan
1. Anamnesa Utama
Riwayat Perkembangan

2. Pemeriksaan Fisik

3. Observasi Tanda Tanda Vital

4. Diagnosa Klinis
Diagnosa Keperawatan

• 1. Keterbatasan pertumbuhan dan


perkembangan berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan fisik (hidrosefalus)
• 2. Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan kranial
• 3. Resiko Cidera berhubungan dengan
peningkatan tekanan TIK, fisik
(Ketidakmampuan menyangga kepala besar)
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Keterbatasan pertumbuhan dan Growth and Peningkatan
perkembangan berhubungan dengan Development, Delayed perkembengan anak
gangguan pertumbuhan fisik Nutrition Imbalance dan remaja
(hidrosefalus) Lesss Than Body - Kaji faktor
Requirements penyebab
Kriteria Hasil : gangguan
. Anak berfungsi perkembangan
optimal sesuai anak
tingkatanya - Identifikasi dan
. Keluarga dan anak gunakan sumber
mampu menggunakan pendidikan untuk
kopping terhadap memfasilitasi
tantangan karena perkembangan
adanya anak yang optimal
ketidakmampuan - Berikan
. Keluarga mampu keperawatan yang
mendapatkan sumber konsisten
sumber sarana - Tingkatan
komunitas komunikasi verbal
dan stimulasi
taktil
Intervensi Keperawatan

• MAKALAH SGD Anak dengan keajang demam


dan hidrosepalus.docx
KEJANG DEMAM
DEFINISI

• Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi peningkatan suhu diatas 38 C0
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Darso,2008). Kejang terjadi ketika
fungsi otot tidak normal sehingga menyebabkan terjadinya peubahan gerakan,
perhatian dan kesadaran (Anisa,2016).
• Kejang demam yang berlangsung singkat tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi kontraksi otot skelet
yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea, asidosis lactate, hipotensi.
• Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah kejang berlangsung lama
yang dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsy
spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat mnenyebabkan kelainan
anatomis diotak sehinggga terjadi epilepsy (Hasan & Alatas, dkk, 2002).
KLASIFIKASI KEJANG
DEMAM
Menurut (Rifki, 2015) kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 macam:
• Kejang demam sederhana
Kejang demam berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan
umunya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik atau klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang demam seder
hana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
• Kejang demam kompleks
Kejang yang berlangsung selama lebih dari 15 menit. Kejang fokal
atau parsial 1 sisi atau kejang umum didahului kejang parsial dan berulang
lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
KEJANG DEMAM MENURUT
PROSES TERJADINYA
• Intracranial :
- Trauma (pendarahan): Pendarahan subarachnoid, subdural, atau ventrikuler
- Infeksi bakteri, virus, parasite, misalnya meningitis
- Kongenital : disgenesis, kelainan serebri.
• Ekstrakranial :
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalseia, hipomagnesia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
- Toksis: intoksikasi, anestesi local, sindrom putus obat
- Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan
keurangan pirodoksin (Nanda, 2015).
ANATOMI FISIOLOGIS

• Seperti yang dikemukakan Evelyn (2011), bahwa system saraf terdiri dari
system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum,
medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla spinalis (sumsum
tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous system) yang
terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua cabang dari
medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous system) yang
terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis (sistem
saraf parasimpatis).
• Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus
oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi
struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau guncangan.
Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan piamater.
ETIOLOGI

• Kejang Demam
• Hipertermi: infeksi virus dan bakteri
• Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas
• Faktor resiko yang dapat terjadinya kejang kembali:
• Riwayat kejang dalam keluarga
• Usia kurang dari 18 bulan
• Tinggimya suhu badn sebelum kejang, makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang.
• Lamanya demam sebelum kejang, semakin pendek antara jarak mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang demam
berulang.
WOC KEJANG DEMAM

MAKALAH SGD Anak dengan keajang demam dan hidrosepalus.docx


MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum
• Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 sd 15 menit, bisa juga lebih
• Takikardia: pada bayi frekuensi sering diatas 150- 200 per menit
• Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi
sebagai akibat menurunya curah jantung
Gejala bendungan system vena :
• Hematomegali
• Peningkatan tekanan vena junggularis
KOMPIKASI

• Ventrikulitis
• Efisi subdural
• Gangguan cairan dan elektrolit
• Meningitis berulan
• Abses otak
• Paress/paralisis, tuli, hidrosepalus, retardasi mental, epilepsi
PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan
pencegahan kejang.
 Penanganan pada saat kejang :
• Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV
(perlahan-lahan) atau 0,4-0,6 mg/Kg/dosis rektal supositoria. Bila kejang
masih belu teratasi dapat diulang dengan dosis yag sama 20 menit kemudian
• Turunkan demam :
Antipieretik : paracetamol 10 mg/Kg BB/ Dosis PO atau ibuprofen 5-10
mg/Kg BB/dosis PO , keduanya diberikan sehari 3-4 kali
Kompres suhu >39 C:Air hangat ., suhu > 38 C :Air biasa
Pengobtan :Antibiotik diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
 Penanganan suportif lainya meliputi :
• Bebaskan jalan nafas
• Pemberian oksigen
• Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
• Pertahankan keseimbangan tekanan darah
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Anamnesis:
Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga lainya (ayah,ibu,atau saudara
kandung)
 Pemeriksaan neurologis:
Tidak didapatkan kelainan
 Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan,kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari
penyebab ( darah tepi, elektrolit, dan gula darah)
 Pemeriksaan radiologi:
X-ray kepala, CT Scan kepala, atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi
 Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
Tindakan fungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakan atau menyingkirkan
kemungkian meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas,maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
• Bayi < 12 bulan diharuskan
• Bayi antara 12- 18 bulan dianjurkan
• Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda tanda meningitis
 Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
• Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam
komplikasi pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal)
CONTOH KASUS

• Seorang anak D dibawa ke UGD karena demam panas tubuhnya 40 C


disertai demam kejang sebanyak 6 kali selama 10 menit diikuti suhu
tubuh yang tinggi kurang lebih 1,5 jam, setelah kejang klien minta BAB,
BAB cair berampas, pilek batuk selama satu minggu.
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata.
• Identitas klien :An. D
• Tanggal lahir : 13 april 2013
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Pendidikan :-
• Alamat : jalan baru
• Agama : 02-06-2014
• Tanggal masuk : 02-06-2014
• Tanggal pengkajian : Islam
• Diagnosa medis : kejang demam
• No register : 106076
B . I D E N T I TA S O R A N G T U A
1 . AYA H
NAMA : TN.D
UMUR : 2 8 TA H U N
PENDIDIKAN : S I P E R TA N I A N
PEKERJAAN : S W A S TA
AGAMA : ISLAM
A L A M AT : JALAN BARU
H U B U N G A N D E N G A N K L I E N : AYA H K A N D U N G
2. IBU
NAMA : N Y. G
UMUR : 2 8 TA H U N
PENDIDIKAN : SI BK
PEKERJAAN : GURU
AGAMA : ISLAM
A L A M AT : JALAN BARU
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : IBU KANDUNG
2. Riwayat Kesehatan.

a. Keluhan Utama.
Klien selama kurang lebih 1minggu batuk, pilek, kejang 6 kali selama10 menit setelah kejang klien suhu tub
uhny a panas sampai 38,20C.

b. Riwayat Penyakit Sekarang.


Klien datang dengan keluhan demam tinggi dan disertai kejang sebanyak 6 kali, diikuti suhu tubuh yang tinggi
kurang lebih 1,5 jam, setelah kejang klien minta BAB, BAB cair berampas, dibawa ke rumah sakit RSUD Curup
ke UGD dalam keadaan lemah.

c. Riwayat Penyakit Dahulu.


Menurut keterangan keluarga klien belum pernah menderita penyakit
kejang seperti ini, biasanya cuma demam dan sembuh setelah minum
obat turun panas dari Puskesmas atau dokter praktek terdekat.
d. Riwayat Penyakit Keluarga.
Keluarga klien tidak ada riwayat kejang, hipertermi dan stroke

e. Riwayat Alergi.
Anak tidak punya riwayat alergi.

f. Riwayat Imunisasi.
Ibu anak mengatakan bahwa anaknya sudah mendapat imunisasi secara lengkap yaitu : BCG, DPT, I, II, III,
hepatitis B, I, II, III, IV dan campak
g. Riwayat Tumbuh Kembang.
Klien hanya bisa miring kanan dan kri pada umur 4 bualn, tengkurep pada
umur 5 bulan,gigi mulai tumbuh umur 7 bulan. Pada umur 10 bulan anak dapat
duduk sendiri,tetapi sebelumnya harus dibantu.

h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan.


1) Prenatal.
Selama hamil ibu tak pernah menderita penyakit yang berartiselama hamil ibu
memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat danselama mendapat suntikan TT

2) Natal.
Klien dilahirkan di rumah sakit dengan SC pada umur kehamilan 9 bulan
dengan berat badan lahir 330 gr, panjang 48 cm.

3) Pos natal.
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan.

4) Riwayat imunisasi.
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
secara lengkap antara lain: BCG, DPT, I, II , III, Hepatitis, B, I ,II,
II dan campak
3. Pola Kesehatan Fungsional.
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
Menurut ibu klien kesehatan adalah sangat penting karena merupakan
anugerah dari Tuhan yang perlu dijaga dan disyukuri, bila klien sakit
ibu klien selalu memeriksakan ke tempat kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolik.
Ibu klien mengatakan sebelum dirawat di Rumah Sakit anaknya batuk
pilek makan 3 kali sehari, Minum 4-5 gelas air putih dan susu, klien juga makan
sayuran dan buahan.
c. Pola eliminasi.
Ibu klien mengatakan sebelum sakit BAB 1 kali sehari warna kuning,
Konsistensi lembek, BAK kurang lebih 4 – 6 kali sehari warna kuning
jernih. Ibu klien mengatakan BAB 3-4 kali sehari konsistensi cair
bercampur ampas, tidak ada darah, BAK klurang lebih 4 – 5 kali sehari
dengan warna kuning tidak ada lendir maupun darah.
d. Pola istirahat dan tidur.
Sebelum dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan biasa tidur jam
20.00 dan bangun jam 07.00, selain itu juga biasa tidur siang kurang
lebih 2 – 4 jam. Selama dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan
frekuensi tidur pasien tidak mengalami perubahan.
e. Pola persepsi sensasi dan kognitif.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran

f. Pola hubungan dengan orang lain.


Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada
masalah baik selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah
ibunya

g. Pola mekanisme koping.


Ibunya mengatakan dalam menghadapi masalah si anak selalu mengadu
kepada ibunya

h. Pola nilai keperawatan dan keyakinan.


Keluarga beragama islam dan selalu menjalankan ibadah sholat 5
waktu orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh.

i. Pola Persepsi.
Harapan klien dan ibu klien semoga anaknya cepat sembuh agar cepat pulan
gke rumah
4. Pemeriksaan Fisik.
Dilakukan pada tanggal: 02-06-2014.
Keluhan Utama : Lemah
Kesadaran : Composmetis
TTV :N : 116 kali/menit
RR : 37x/menit
Suhu : 380C
BB : 8 kg
TB : 60 cm.
Kepala : Mesochepal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
rambut tampak kotor,
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
.
Telinga : Telinga tidak kotor, tidak ada serumen
pendengaran baik.
Mulut : Bibir kering, lidah bersih,tidak ada peradangan tonsil
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan.
Dada : Simetris, sterin fremitus kanan : kiri, konfigurasi
normal, bunyi tidak ada gallop.
Abdomen : Datar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
Ekstremitas catas : Terpasang infus RL 10 tetes/menit kekuatan otot
atas 4/4 bawah 4/4 dari (0 – 5).
Kulit : Sawo matang, kulit bersih, kuku pendek,
Genetalia : Tidak terpasang DC, tidak ada luka
5. Data Penunjang.
Tanggal 02-06-2014
Haemoglobin :9.0 g/dl
Lekosit :32000 ul
Trombosit :357000 ul
Hematokrit :24%
Df :0/0/0/75/25/0%

Therapy
Injeksi:- novalgin 3x90 mg
- fetriaxon 2x22 mg
- stesolid 5 mg bila kejang
Infus : RL 10 tetes / menit.
Oral : lacto B
Diit : Lunak, bubur nasi, lauk, sayur, buah.
B. ANALISA
DATA
• MAKALAH SGD Anak
dengan keajang demam dan
C. hidrosepalus.docx
DIAGNOSA
KEPERAWATA
N

D.
INTERVENSI
KEPERAWAT
AN

E.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
F. EVALUASI

You might also like