Professional Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN
PADA ANAK
DENGAN
HYDROCEPHALUS &
KEJANG DEMAM
BY:
KELOMPOK 2
Pendahuluan
Anak merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya suatu
negara dapat dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Masalah yang
terjadi saat ini yaitu kematian anak. Angka kematian anak menjadi salah
satu masalah serius di negara berkembang seperti Indonesia. Mengurangi
angka kematian harus diimbangi dengan akses kesehatan yang baik. (Helmi
dan Alifiani, 2014).
Di Indonesia Sekitar 2%-5% kasus kejang demam terjadi pada anak.
Kejadian ini terjadi pada rentang usia 1 bulan hingga 5 tahun dimana
insiden kejadiannya paling banyak terjadi pada usia 14-18 bulan. Kejang
demam salah satu kasus yang bisa mengakibatkan kecacatan dan
menghambat tumbuh kembang anak jika tidak segera ditangani dengan
cepat dan baik. Indikator untuk mengetahui adanya pertumbuhan, adanya
pertambahan tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala.
HYDROCEPHALUS
DEFINISI
SSP
SISTEM EKSTERNAL RUANG RUANG SUB
MELALUI
ARACHNOID
KAPILER
DALAM
PIAMETER
DAN
ARACHNOID
BERHUBUNGAN
APERTURA LATERALIS VENTRIKEL IV
ATAU FORAMEN LUSCHA DAN MEGENDIE
DI BAGIAN CRANIAL
KE RONGGA SUBARACHNOID
GRANULA ARACHNOIDALIS
DURAL SINUS
Menambah
wawasan keluarga
Konsep Asuhan Keperawatan
Hidrosefalus
• A. Pengkajian
Riwayat penyakit /Keluhan
1. Anamnesa Utama
Riwayat Perkembangan
2. Pemeriksaan Fisik
4. Diagnosa Klinis
Diagnosa Keperawatan
• Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi peningkatan suhu diatas 38 C0
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Darso,2008). Kejang terjadi ketika
fungsi otot tidak normal sehingga menyebabkan terjadinya peubahan gerakan,
perhatian dan kesadaran (Anisa,2016).
• Kejang demam yang berlangsung singkat tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi kontraksi otot skelet
yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea, asidosis lactate, hipotensi.
• Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah kejang berlangsung lama
yang dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsy
spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat mnenyebabkan kelainan
anatomis diotak sehinggga terjadi epilepsy (Hasan & Alatas, dkk, 2002).
KLASIFIKASI KEJANG
DEMAM
Menurut (Rifki, 2015) kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 macam:
• Kejang demam sederhana
Kejang demam berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan
umunya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik atau klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang demam seder
hana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
• Kejang demam kompleks
Kejang yang berlangsung selama lebih dari 15 menit. Kejang fokal
atau parsial 1 sisi atau kejang umum didahului kejang parsial dan berulang
lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
KEJANG DEMAM MENURUT
PROSES TERJADINYA
• Intracranial :
- Trauma (pendarahan): Pendarahan subarachnoid, subdural, atau ventrikuler
- Infeksi bakteri, virus, parasite, misalnya meningitis
- Kongenital : disgenesis, kelainan serebri.
• Ekstrakranial :
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalseia, hipomagnesia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
- Toksis: intoksikasi, anestesi local, sindrom putus obat
- Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan
keurangan pirodoksin (Nanda, 2015).
ANATOMI FISIOLOGIS
• Seperti yang dikemukakan Evelyn (2011), bahwa system saraf terdiri dari
system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum,
medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla spinalis (sumsum
tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous system) yang
terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua cabang dari
medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous system) yang
terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis (sistem
saraf parasimpatis).
• Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus
oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi
struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau guncangan.
Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan piamater.
ETIOLOGI
• Kejang Demam
• Hipertermi: infeksi virus dan bakteri
• Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas
• Faktor resiko yang dapat terjadinya kejang kembali:
• Riwayat kejang dalam keluarga
• Usia kurang dari 18 bulan
• Tinggimya suhu badn sebelum kejang, makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang.
• Lamanya demam sebelum kejang, semakin pendek antara jarak mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang demam
berulang.
WOC KEJANG DEMAM
Gejala umum
• Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 sd 15 menit, bisa juga lebih
• Takikardia: pada bayi frekuensi sering diatas 150- 200 per menit
• Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi
sebagai akibat menurunya curah jantung
Gejala bendungan system vena :
• Hematomegali
• Peningkatan tekanan vena junggularis
KOMPIKASI
• Ventrikulitis
• Efisi subdural
• Gangguan cairan dan elektrolit
• Meningitis berulan
• Abses otak
• Paress/paralisis, tuli, hidrosepalus, retardasi mental, epilepsi
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan
pencegahan kejang.
Penanganan pada saat kejang :
• Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV
(perlahan-lahan) atau 0,4-0,6 mg/Kg/dosis rektal supositoria. Bila kejang
masih belu teratasi dapat diulang dengan dosis yag sama 20 menit kemudian
• Turunkan demam :
Antipieretik : paracetamol 10 mg/Kg BB/ Dosis PO atau ibuprofen 5-10
mg/Kg BB/dosis PO , keduanya diberikan sehari 3-4 kali
Kompres suhu >39 C:Air hangat ., suhu > 38 C :Air biasa
Pengobtan :Antibiotik diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
Penanganan suportif lainya meliputi :
• Bebaskan jalan nafas
• Pemberian oksigen
• Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
• Pertahankan keseimbangan tekanan darah
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesis:
Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga lainya (ayah,ibu,atau saudara
kandung)
Pemeriksaan neurologis:
Tidak didapatkan kelainan
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan,kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari
penyebab ( darah tepi, elektrolit, dan gula darah)
Pemeriksaan radiologi:
X-ray kepala, CT Scan kepala, atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi
Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
Tindakan fungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakan atau menyingkirkan
kemungkian meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas,maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
• Bayi < 12 bulan diharuskan
• Bayi antara 12- 18 bulan dianjurkan
• Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda tanda meningitis
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
• Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam
komplikasi pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal)
CONTOH KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata.
• Identitas klien :An. D
• Tanggal lahir : 13 april 2013
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Pendidikan :-
• Alamat : jalan baru
• Agama : 02-06-2014
• Tanggal masuk : 02-06-2014
• Tanggal pengkajian : Islam
• Diagnosa medis : kejang demam
• No register : 106076
B . I D E N T I TA S O R A N G T U A
1 . AYA H
NAMA : TN.D
UMUR : 2 8 TA H U N
PENDIDIKAN : S I P E R TA N I A N
PEKERJAAN : S W A S TA
AGAMA : ISLAM
A L A M AT : JALAN BARU
H U B U N G A N D E N G A N K L I E N : AYA H K A N D U N G
2. IBU
NAMA : N Y. G
UMUR : 2 8 TA H U N
PENDIDIKAN : SI BK
PEKERJAAN : GURU
AGAMA : ISLAM
A L A M AT : JALAN BARU
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : IBU KANDUNG
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan Utama.
Klien selama kurang lebih 1minggu batuk, pilek, kejang 6 kali selama10 menit setelah kejang klien suhu tub
uhny a panas sampai 38,20C.
e. Riwayat Alergi.
Anak tidak punya riwayat alergi.
f. Riwayat Imunisasi.
Ibu anak mengatakan bahwa anaknya sudah mendapat imunisasi secara lengkap yaitu : BCG, DPT, I, II, III,
hepatitis B, I, II, III, IV dan campak
g. Riwayat Tumbuh Kembang.
Klien hanya bisa miring kanan dan kri pada umur 4 bualn, tengkurep pada
umur 5 bulan,gigi mulai tumbuh umur 7 bulan. Pada umur 10 bulan anak dapat
duduk sendiri,tetapi sebelumnya harus dibantu.
2) Natal.
Klien dilahirkan di rumah sakit dengan SC pada umur kehamilan 9 bulan
dengan berat badan lahir 330 gr, panjang 48 cm.
3) Pos natal.
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan.
4) Riwayat imunisasi.
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
secara lengkap antara lain: BCG, DPT, I, II , III, Hepatitis, B, I ,II,
II dan campak
3. Pola Kesehatan Fungsional.
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
Menurut ibu klien kesehatan adalah sangat penting karena merupakan
anugerah dari Tuhan yang perlu dijaga dan disyukuri, bila klien sakit
ibu klien selalu memeriksakan ke tempat kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolik.
Ibu klien mengatakan sebelum dirawat di Rumah Sakit anaknya batuk
pilek makan 3 kali sehari, Minum 4-5 gelas air putih dan susu, klien juga makan
sayuran dan buahan.
c. Pola eliminasi.
Ibu klien mengatakan sebelum sakit BAB 1 kali sehari warna kuning,
Konsistensi lembek, BAK kurang lebih 4 – 6 kali sehari warna kuning
jernih. Ibu klien mengatakan BAB 3-4 kali sehari konsistensi cair
bercampur ampas, tidak ada darah, BAK klurang lebih 4 – 5 kali sehari
dengan warna kuning tidak ada lendir maupun darah.
d. Pola istirahat dan tidur.
Sebelum dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan biasa tidur jam
20.00 dan bangun jam 07.00, selain itu juga biasa tidur siang kurang
lebih 2 – 4 jam. Selama dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan
frekuensi tidur pasien tidak mengalami perubahan.
e. Pola persepsi sensasi dan kognitif.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran
i. Pola Persepsi.
Harapan klien dan ibu klien semoga anaknya cepat sembuh agar cepat pulan
gke rumah
4. Pemeriksaan Fisik.
Dilakukan pada tanggal: 02-06-2014.
Keluhan Utama : Lemah
Kesadaran : Composmetis
TTV :N : 116 kali/menit
RR : 37x/menit
Suhu : 380C
BB : 8 kg
TB : 60 cm.
Kepala : Mesochepal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
rambut tampak kotor,
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
.
Telinga : Telinga tidak kotor, tidak ada serumen
pendengaran baik.
Mulut : Bibir kering, lidah bersih,tidak ada peradangan tonsil
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan.
Dada : Simetris, sterin fremitus kanan : kiri, konfigurasi
normal, bunyi tidak ada gallop.
Abdomen : Datar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
Ekstremitas catas : Terpasang infus RL 10 tetes/menit kekuatan otot
atas 4/4 bawah 4/4 dari (0 – 5).
Kulit : Sawo matang, kulit bersih, kuku pendek,
Genetalia : Tidak terpasang DC, tidak ada luka
5. Data Penunjang.
Tanggal 02-06-2014
Haemoglobin :9.0 g/dl
Lekosit :32000 ul
Trombosit :357000 ul
Hematokrit :24%
Df :0/0/0/75/25/0%
Therapy
Injeksi:- novalgin 3x90 mg
- fetriaxon 2x22 mg
- stesolid 5 mg bila kejang
Infus : RL 10 tetes / menit.
Oral : lacto B
Diit : Lunak, bubur nasi, lauk, sayur, buah.
B. ANALISA
DATA
• MAKALAH SGD Anak
dengan keajang demam dan
C. hidrosepalus.docx
DIAGNOSA
KEPERAWATA
N
D.
INTERVENSI
KEPERAWAT
AN
E.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
F. EVALUASI