Professional Documents
Culture Documents
OSMOLARITAS TINGGI
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan
lain melalui membran semipermiable biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi
yang kurang pekat ke larutan yang dengan
konsentrasi yang lebih pekat.
Osmolaritas adalah penggambaran berapa banyak
molekul yang dilarutkan dalam cairan.
MANNITOL
Infus mannitol 20%
1. Farmakologi : Dapat menembus sawar darah otak, mencegah udem dan
memiliki efek diuresis.
2. Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Distribusi : Di penetrasi rendah di Blood Brain Barrier
Metabolisme : Minimal hepatik
Ekskresi : Di urin 55-87% unchanged drug
Faktor Resiko untuk ibu hamil C
3. Komposisi :
Tiap 500 mL larutan mengandung :
Mannitol 100,00 g
Aqua pro Injeksi 400,00 g
Osmolaritas larutan 1098 mOsm/L
4. Indikasi :
Mannitol adalah diuretik osmotik dalam pencegahan dan
pengobatan untuk :
-Oliguria pada gagal ginjal akut
-Menurunkan Edema otak
4. Dosis :
a. Dosis umum pasien dewasa : 20-100 gram dalam waktu 24 Jam, kecepatan infus disesuaikan
untuk mempertahankan aliran urin minimal 30-50 mL/jam. 500 mL = 100 gram (4x125 mL Tap
off 4-7 hari)
b. Dosis umum untuk anak-anak : 1-2 gram/kg berat badan
c. Terapi oliguria : 500 mL mannitol diinfuskan dalam waktu 90 menit.
d. Terapi edema dan asites : 500 mL mannitol di infuskan dalam waktu 2-6 jam.
5. Pemantauan :
a. Kontraindikasi : tidak boleh diberikan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, kongesti paru,
edema paru, pasien dalam keadaan dehidrasi.
b. Peringatan : bila terbentuk kristal, hangatkan dalam pemanas air sampai kristal larut dan
sebelum digunakan sesuaikan dengan temperatur tubuh.
c. Efek samping : dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Dalam pemberian
dosis besar dapat menyebabkan sering berkemih, mual, muntah dan pusing.
d. Interaksi obat : aminoglycoside, obat pelumpuh otot, obat antikoagulan oral, digoxin dan larutan
kalium klorida.
e. Edukasi : selama pemberian manitol badan akan terasa kemeng karena kepekatan mannitol
tersebut sehingga pasien diminta untuk tirah baring karena cara kerjanya yang menarik cairan
normal dari dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke intravaskuler, untuk menurunkan udem
otak (Mary J Mycek, 2001). Pemberian mannitol diberikan secara Tappering Dose.
f. Monitoring : fungsi ginjal, volume urin, elektrolit dan cairan.
GENTAMISIN
SAGESTAM Injeksi IM/IV
1. Farmakologi : Suatu antibiotik aminoglikosida yang memiliki efek bakteri, aktif terhadap
bakteri gram negatif aerob termasuk E. Coli, Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus
Aureus.
2. Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Absorbsi : Intramuskular (cepat dan komplit)
Distribusi : Melewati cairan Ekstraseluler dengan konsentrasi tinggi di korteks renal
dan minimal penetrasi di jaringan okular dengan rute Intravena.
Ekskresi : Di urin unchanged drug
Faktor resiko untuk ibu hamil D
3. Komposisi : 40 mg Gentamisin.
4. Indikasi :
-Infeksi serius yang disebabkan oleh strain-strain mikroorganisme yang rentan.
-Meningitis -Saluran pencernaan
-Jaringan lunak (termasuk luka bakar) -Kulit
-ISK -Tulang
-Saluran pernafasan
4. Dosis
Perhitungan dosis yang tepat sangat penting, maka dari itu sebelum pemberian
harus dihitung berat badan terlebih dahulu.
a. Penderita fungsi ginjal normal
- Dewasa :
Pada infeksi serius 3 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3
dosis tiap 8 jam. (EXP : BB 50 Kg = 150 mg (150/80 = 2 AMP)
Pada keadaan kritis dapat dinaikkan menjadi 5 mg/kg berat badan
dibagi dalam 3 atau 4 dosis per hari.
- Prematur atau cukup bulan umur < 1 minggu : 2,5 mg/kg berat badan tiap
12 jam. (EXP : BB 2 Kg = 5 mg, maka dilarutkan dengan NaCL/D5)
- Bayi (umur lebih dari 1 minggu sampai 1 tahun) : 2,5 mg/kg berat badan
tiap 8 jam
- Anak-anak : 2,0 -2,5 mg/kg diberikan tiap 8 jam.
b. Penderita gangguan fungsi ginjal
Penyesuaian dosis dengan memperpanjang
interval antar pemberian dari dosis lazim.
Interval ini mengendalikan kadar kreatinin
dalam serum.
Bila secara intravena, gentamisin dapat
dilarutkan dalam dekstrosa 5% atau injeksi NacL
isotonik.
GFR : GFR >50 ml/min yaitu 60% hingga 90%
tiap 8-12 jam, GFR 10-50 30% hingga 70% tiap
12 jam dan GFR <10 yaitu 20% hingga 30% tiap
24-48 jam.
5. Pemantauan
a. Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap Gentamisin atau
aminoglikosida.
b. Peringatan : penderita yang diobati dengan gentamisin injeksi harus di
bawah observasi klinik yang ketat. Penggunaan pada wanita hamil
belum diketahui keamanannya.
c. Efek samping : nefrotoksisitas, anemia, demam dan pertumbuhan
mikroorganisme yang tidak rentan.
d. Interaksi : penggunaan sefalosporin dengan aminoglikosida secara
bersamaan akan menyebabkan nefrotoksisitas.
e. Monitoring : GFR, lakukan pengawasan terhadap fungsi ginjal sebelum
dan setelah pengobatan dengan gentamisin atau aminoglikosida lain
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan lanjut usia.
Netilmicin Sulphate
Injeksi HYPOBHAC
6. ESO : Hemorhage
7. Perhatian : arixtra tidak bisa diberikan secara IM, pasien
yang akan menjalani primary PCI untuk reperfusi
penggunaan sebelum dan selama PCI tidak
direkomendasikan, pemberian arixtra bersamaan dengan
desirudin, agen fibrinolitik, LMWH, dan antiplatelet lain
tidak dianjurkan.
8. Interaksi : fondaparinux menginhibisi CYP450S (CYP1A2,
CYP2A6, CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1 atau CYP3A4)
secara in vitro. Fondaparinux dengan warfarin, aspirin
(inhibitor platelet), piroxicam dan digoksin tidak ada efek
signifikan farmakokinetik/farmakodinamik fondaparinux
tetapi harus monitoring INR untuk penggunaan dengan
warfarin, bleeding time untuk penggunaan dengan
aspirin/piroxicam dan dan farmakodinamik dan
farmakokinetik digoksin.
Warfarin
Simarc
1. Komposisi : warfarin sodium 2 mg.
2. Farmakologi : bekerja dengan cara menekan sintesis
di hati. Secara in vivo obat bekerja dengan menekan
secara berurutan faktor VII, IX, X, dan II yang terlibat
pada proses pembekuan darah.antikoagulan tidak
mempunyai efek langsung terhadap penyumbatan
pembuluh (trombus) dan tidak memperbaiki
jaringan yang rusak akibat iskemia tetapi untuk
mencegah terjadinya penggumpalan darah lebih
lanjut agar komplikasi dari thromboemboli yang
berbahaya dapat dihindari.
3. Farmakodinamik dan Farmakokinetik :
Absorbsi : secara oral dengan cepat.
Metabolisme : Hepatik utamanya via CYP249.
Ekskresi : Di urin 92% utamanya dalam bentuk
metabolit.
Faktor resiko untuk ibu Hamil D
1. MgSO4
Infus magnesium sulfat 40%
a. Farmakokinetik : didistribusikan ke cairan ekstra sel sebagian ke tulang dan sebagian lagi melewati
plasenta. Ekskresi melalui ginjal, sedikit melalui pernafasan, air susu ibu, salifa dan diserap kembali
melalui tubulus ginjal bagian proksimal.
b. Indikasi : Untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia.
c. Interaksi : Amikasin, gentamisin, kanamycin dan tobramycin.
d. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap MgSO4 dan pasien hamil.
e. cara pemberian : pada intramuskular pemberian MgSO4 dicampur dengan procain untuk
mengurangi rasa nyeri. Pemberian secara intravena didapatka gejala yang kurang enak seperti
muka merah dimuka, mual dan muntah. Hal ini disebabkan karena kadar magnesium segera
meningkat dan akan menghilang dengan menurunnya kadar magnesium. Sehingga pemberian
secara intramuskular lebih disarankan karena peningkatan kadar magnesium secara perlahan
f. Dosis :
1. Dosis umum awal 10 gram kemudian diikuti 5 gram tiap 6 jam.
2. Dosis eklamsia : dosis 4 gram secara intravena 10 gram secara intramuskular. Selanjutnya
tiap 4 jam diberikan 5 gram secara intramuskular sehingga dosis total dalam 24 jam mencapai
39 gram.
3. Dosis pre eklamsia berat : 4 gram magnesium sulfat IV sebanyak 1 gram permenit ditambah
8 gram intramuskular di pantat kanan kiri, dosis pemeliharaan 4 gram intramuskular setelah 6
jam pem berian dosis awal , selanjtnya diberikan 4 gram intramuskular setiap 6 jam.
2. Bignad
a. Indikasi : Diare berat, keracunan obat, metabolit
asidosis
b. Dosis : 84 mg setara dengan 1 mEq.
untuk metabolit asidosis : Dosis pertama
600 mg oral 3 kali sehari.
untuk keracunan obat : 1 mL/kg (8,4%
larutan, 1 mEq/mL secara IV Bolus.
c. Faktor resiko untuk ibu Hamil C
d. Ekskresi di Renal.
e. Kontraindikasi : pasien dengan klorida rendah,
pasien yang mempunyai gangguan gastrointestinal,
apabila digunakan bersamaan dengan diuretik
menyebabkan hypocloremik.
f. Bisa digunakan secara intravena, oral dan subcutan.
3. KCL
KCL merupakan garam kalium yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan
karena hypochloramic alkalosis yang sering berhubungan dengan hipoglikemia dapat
diatasi dengan ion klorida dari senyawa ini (Sweetman, 2002).
25 mL ampul mengandung 25 mEq. Larutan harus diencerkan sebelum diunakan mencegah
extravasasi.
a. Indikasi : untuk pencegahan dan pengobatan defisieni kalium.
b. Efek samping : dosis berlebih dapat menyebabkan hiperkalemia khususnya pada
pasien gangguan ginjal.
c. Kontraindikasi : pemberian secara bolus.
d. PH 4-6
e. Osomolaritas 1895
f. Kadar K serum < 2 mEq/L dan mengancam jiwa. 40 mL KCL 7,46% dapat dioplos ke
dalam 100 mL NaCL 0,9% dan diberikan melalui vena sentral dalam waktu 1 jam.
g. Stabilitas : pada suhu ruang 25⁰C, KCL 80 mEq/L dalam D5 dengan wadah botol kaca.
Apabila ada endapan, berupa silica & alumina.
h. Kompatible : hampir semua obat kecuali Dobutamin.
i. Persyaratan penggunaan KCL secara intravena :
a. Konsentrasi vena tepi <40 mEq/L
b. Dosis <100 mEq/hari
c. Volume urin aman bila > 0,5 mL/kg/jam
d. Pantau EKG
Pada kondisi hipoglikemi :
Dosis pemberian 0.5-1 mEq/kg/dose (dosis
maksimal : 40 mEq)
Koreksi kalium :
(4,5-nilai kalium) x 0,3 x BB
EXP : Tn X dengan BB 65 kg dengan nilai
kalium 2,5 mmol/L, maka koreksi kaliumnya
= (4,5-2,5) x 0,3 x 65 = 39 mEq
3. NaCL 3%
Nacl 30 gram/L dalam 100 mL
pH = 5,8
Osmolaritas = 1027 mOsmol/liter
Indikasi = Edama, Hiponatremi, Hipovolemik syok.
Faktor resiko untuk ibu Hamil C
ESO = Infeksi pada tempat injeksi, vena trombosis, dan
hipervolemia.
Pemberian larutan hipertonik ini harus secara periferal,
harus dengan infus yang pelan dengan needle yang kecil
untuk meminimalkan vena teriritasi. Pemberian secara
intravena tidak boleh melebihi 100 ml/jam atau 400 ml/24
jam.