You are on page 1of 34

SEDIAAN FARMASI DENGAN

OSMOLARITAS TINGGI
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan
lain melalui membran semipermiable biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi
yang kurang pekat ke larutan yang dengan
konsentrasi yang lebih pekat.
Osmolaritas adalah penggambaran berapa banyak
molekul yang dilarutkan dalam cairan.
MANNITOL
Infus mannitol 20%
1. Farmakologi : Dapat menembus sawar darah otak, mencegah udem dan
memiliki efek diuresis.
2. Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Distribusi : Di penetrasi rendah di Blood Brain Barrier
Metabolisme : Minimal hepatik
Ekskresi : Di urin 55-87% unchanged drug
Faktor Resiko untuk ibu hamil C
3. Komposisi :
Tiap 500 mL larutan mengandung :
Mannitol 100,00 g
Aqua pro Injeksi 400,00 g
Osmolaritas larutan 1098 mOsm/L
4. Indikasi :
Mannitol adalah diuretik osmotik dalam pencegahan dan
pengobatan untuk :
-Oliguria pada gagal ginjal akut
-Menurunkan Edema otak
4. Dosis :
a. Dosis umum pasien dewasa : 20-100 gram dalam waktu 24 Jam, kecepatan infus disesuaikan
untuk mempertahankan aliran urin minimal 30-50 mL/jam. 500 mL = 100 gram (4x125 mL Tap
off 4-7 hari)
b. Dosis umum untuk anak-anak : 1-2 gram/kg berat badan
c. Terapi oliguria : 500 mL mannitol diinfuskan dalam waktu 90 menit.
d. Terapi edema dan asites : 500 mL mannitol di infuskan dalam waktu 2-6 jam.

5. Pemantauan :
a. Kontraindikasi : tidak boleh diberikan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, kongesti paru,
edema paru, pasien dalam keadaan dehidrasi.
b. Peringatan : bila terbentuk kristal, hangatkan dalam pemanas air sampai kristal larut dan
sebelum digunakan sesuaikan dengan temperatur tubuh.
c. Efek samping : dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Dalam pemberian
dosis besar dapat menyebabkan sering berkemih, mual, muntah dan pusing.
d. Interaksi obat : aminoglycoside, obat pelumpuh otot, obat antikoagulan oral, digoxin dan larutan
kalium klorida.
e. Edukasi : selama pemberian manitol badan akan terasa kemeng karena kepekatan mannitol
tersebut sehingga pasien diminta untuk tirah baring karena cara kerjanya yang menarik cairan
normal dari dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke intravaskuler, untuk menurunkan udem
otak (Mary J Mycek, 2001). Pemberian mannitol diberikan secara Tappering Dose.
f. Monitoring : fungsi ginjal, volume urin, elektrolit dan cairan.
GENTAMISIN
SAGESTAM Injeksi IM/IV

1. Farmakologi : Suatu antibiotik aminoglikosida yang memiliki efek bakteri, aktif terhadap
bakteri gram negatif aerob termasuk E. Coli, Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus
Aureus.
2. Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Absorbsi : Intramuskular (cepat dan komplit)
Distribusi : Melewati cairan Ekstraseluler dengan konsentrasi tinggi di korteks renal
dan minimal penetrasi di jaringan okular dengan rute Intravena.
Ekskresi : Di urin unchanged drug
Faktor resiko untuk ibu hamil D
3. Komposisi : 40 mg Gentamisin.
4. Indikasi :
-Infeksi serius yang disebabkan oleh strain-strain mikroorganisme yang rentan.
-Meningitis -Saluran pencernaan
-Jaringan lunak (termasuk luka bakar) -Kulit
-ISK -Tulang
-Saluran pernafasan
4. Dosis
Perhitungan dosis yang tepat sangat penting, maka dari itu sebelum pemberian
harus dihitung berat badan terlebih dahulu.
a. Penderita fungsi ginjal normal
- Dewasa :
Pada infeksi serius 3 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3
dosis tiap 8 jam. (EXP : BB 50 Kg = 150 mg (150/80 = 2 AMP)
Pada keadaan kritis dapat dinaikkan menjadi 5 mg/kg berat badan
dibagi dalam 3 atau 4 dosis per hari.
- Prematur atau cukup bulan umur < 1 minggu : 2,5 mg/kg berat badan tiap
12 jam. (EXP : BB 2 Kg = 5 mg, maka dilarutkan dengan NaCL/D5)
- Bayi (umur lebih dari 1 minggu sampai 1 tahun) : 2,5 mg/kg berat badan
tiap 8 jam
- Anak-anak : 2,0 -2,5 mg/kg diberikan tiap 8 jam.
b. Penderita gangguan fungsi ginjal
Penyesuaian dosis dengan memperpanjang
interval antar pemberian dari dosis lazim.
Interval ini mengendalikan kadar kreatinin
dalam serum.
Bila secara intravena, gentamisin dapat
dilarutkan dalam dekstrosa 5% atau injeksi NacL
isotonik.
GFR : GFR >50 ml/min yaitu 60% hingga 90%
tiap 8-12 jam, GFR 10-50 30% hingga 70% tiap
12 jam dan GFR <10 yaitu 20% hingga 30% tiap
24-48 jam.
5. Pemantauan
a. Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap Gentamisin atau
aminoglikosida.
b. Peringatan : penderita yang diobati dengan gentamisin injeksi harus di
bawah observasi klinik yang ketat. Penggunaan pada wanita hamil
belum diketahui keamanannya.
c. Efek samping : nefrotoksisitas, anemia, demam dan pertumbuhan
mikroorganisme yang tidak rentan.
d. Interaksi : penggunaan sefalosporin dengan aminoglikosida secara
bersamaan akan menyebabkan nefrotoksisitas.
e. Monitoring : GFR, lakukan pengawasan terhadap fungsi ginjal sebelum
dan setelah pengobatan dengan gentamisin atau aminoglikosida lain
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan lanjut usia.
Netilmicin Sulphate
Injeksi HYPOBHAC

1. Cara kerja obat : antibiotik aminoglikosida yang aktif terhadap


banyak strain bakteri gram negatif dan juga gram positif. Pada
pemberian infus intravena dengan dosis yang sama, konsentrasi
plasma puncak dicapai lebih dari 1 jam. Dengan waktu paruh 2-2,5
jam, kira-kira 80% diekskresikan dalam urin dalam waktu 24 jam.
Pada pemberian intramuskular, konsentrasi plasma puncak dicapai
antara ½ - 1 jam dengan pemberian dosis 2 mg per kg BB
menghasilkan konsentrasi 7 mcg per ml.
2. Komposisi : tiap ml injeksi Hypobhac 25 berisi 25 mg, 100 berisi
100 mg dan 200 berisi 200 mg
3. Indikasi :
-ISK
-Infeksi kulit
-Infeksi saluran pernafasan
4. Dosis :
a. Pada penderita ISK : 3-5 menit atau infus intravena ½-2 jam
diencerkan dalam cairan infus 50-200 mL.
b. Pemberian dilakukan 7-14 hari.
c. Anak : 6-7,5 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam.
d. Bayi : 5,5-8 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 atau 12
jam.
e. Pada penderita gangguan ginjal : pertimbangkan serum
kreatinin terlebih dahulu. Kemudian hitung dosis
pemeliharaan menggunakan rumus
kreatinin pasien
x dosis pemeliharaan biasa setiap 8 jam
kreatinin normal
f. Pada pasien Hemodialisa : 2 mg/kg setiap akhir dialisa.
5. Pemantauan
a. Kontraindikasi : Hiprsensitif terhadap netilmicin atau aminoglikosida
lainnya.
b. Peringatan : Nefrotoksisitas yang potensial, resiko lebih besar jika
penderita mengalami fungsi ginjal yang terganggu apabila menerima
dosis tinggi dan terapi jangka panjang serta penderita lanjut usia.
c. Efek samping : Nefrotoksisitas, ototoksisitas dan simptomatik
d. Penyimpanan : Pada suhu 2⁰C-8⁰C, hindari pembekuan dan hindarkan
dari cahaya. Sebelum digunakan, simpan dalam suhu kamar (suhu
dibawah 30⁰C selama 1 jam.
e. Monitoring : pemantauan fungsi ginjal.
AMIKASIN
Injeksi IM/IV

1. Farmakodinamik : amikasin adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang


mempunyai spektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram negatif. Amikasin bersifat
bakterisid dengan cara menghambat sintesis protein pada bakteri sensitif oleh adanya
pengikatan yang irreversible terhadap subunit ribosomal 30S.
2. Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Absorbsi : Intramuskular cepat dan penggunaan oral kurang baik
Distribusi : Utamanya ke dalam cairan ekstraseluler, di penetrasi di blood
brain barrier ketika ada inflamasi meningitis
Ekskresi : Di Urin 94-98%
Faktor resiko untuk ibu Hamil D
3. Komposisi : amikasin injeksi 125 mg/ml mengandung amikasin sulfat setara dengan
amikasin 125 mg. Amikasin 250 mg/ml mengandung setara 250 mg.
4. Indikasi : untuk terapi jangka pendek yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif baik
gram negatif dan positif.
-Meningitis
-Infeksi pernafasan
-Infeksi tulang dan sendi
-Infeksi kulit dan jaringan lunak
5. Pemantauan
a. Kontraindikasi : penderita yang hipersensitif,
penderita dengan riwayat reaksi toksik serius
terhadap aminoglikosida karena adanya sensitif
silang obat golongan ini.
b. Peringatan : penderita dianjurkan untuk minum
yang banyak, perhatikan fungsi ginjal, ototoksik
(vertigo, gangguan pendengaran), untuk ibu hamil
dan menyusui tidak dianjurkan.
c. Efek samping : vertigo, gangguan pendengaran,
mual dan muntah
d. Interaksi : asam etakrinat dan furosemid dapat
meningkatkan risiko ototoksisitas
e. Monitoring : ginjal
4. Dosis
-Dewasa : 500 mg amikasin ke dalam 100-200 mL NaCL 0,9% atau D5 dan diinfuskan selama
30-60 menit.
-Anak-anak : volume infus tergantung kebutuhan, dengan periode 30-60 menit.
-Bayi : volume infus tergantung kebutuhan, dengan periode 1-2 jam.
Dosis maksimum 1,5 g/hari dan pemberian tidak boleh lebih dari 10 hari.

Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal


Berat kg x (140−usia)
Hitung ClCr = x 0,85 (wanita) atau 1 (pria)
72 x serum kreatinin

-Dosis awal 7,5 mg/kgBB.


-Dosis Amikasin dengan GFR >50 : 60% hingga 90% tiap 12 jam, GFR 10-50 : 30% hingga 70%
tiap 12-18 jam dan GFR <10 : 10% hingga 30% tiap 24-48 jam.
-Kemudian dosis untuk pasien yang sudah diketahui memiliki gangguan fungsi ginjal maka
dihitung dosis interval dalam jam.
(EXP : kadar kreatinin pasien 2 mg/ml, kemudian dosis interval 7,5 mg/kgBB sehingga 2 x 9 =
18 Jam, maka dosis 7,5 mg diberikan setiap 18 jam)
VANCOMYCIN
Vancep injeksi 0,5 g

1. Farmakologi : antibiotik glikopeptida yang aktif terhadap staphylococci.


2. Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Absorbsi : Oral kurang baik tetapi apabila lewat intramuskular
absorbsi tidak menentu.
Distribusi : Didistribusikan di jaringan dan cairan tubuh, kecuali CSF
Ekskresi : Apabila lewat iv mengalami ekskresi di urin 80-90% dalam
bentuk unchanged drug. Apabila lewat oral mengalami
ekskresi di fases.
Faktor resiko untuk ibu hamil : Oral B dan Injeksi C
3. Komposisi : vancomycin HCL setara dengan vancomycin 0,5 g.
4. Indikasi :
-Infeksi serius
-Pasien yang alergi penisilin
4. Dosis :
a. Pasien dengan fungsi ginjal normal
-Dewasa : Dosis lazim intravena 2 g dalam dosis terbagi
diberikan 500 mg setiap 6 jam atau 1 g setiap 12 jam. Dosis
sebaiknya diberikan tidak lebih dari 10 mg/menit dengan
waktu tidak kurang dari 60 menit. Dosis lazim per hari
disesuaikan dengan keadaan usia atau bobot badan
penderita.
-Anak : Dosis lazim intravena 10 mg/kg berat badan,
diberikan setiap 6 jam.
-Bayi dan neonatus : Dosis awal 15 mg/kg, di ikuti dengan 10
mg/kg tiap 12 jam (usia 1 minggu) dan tiap 8 jam (usia 1
bulan).
b. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan orang
tua
-Penyesuaian dosis dengan pasien gangguan ginjal
-Pada orang tua, dosis dapat diturunkan karena
karena penurunan fungsi ginjal
-GFR : GFR >50 yaitu 500 mg tiap 6-12 jam, GFR 10-
50 mg yaitu 500 mg tiap 24-48 jam, GFR <10 yaitu
500 mg tiap 48-96 jam
-Dosis awal sebaiknya tidak kurang dari 15 mg/kg
berat badan (gagal ginjal ringan-sedang)
Pengukuran ClCr :
Berat kg x (140−usia)
x 0,85 (wanita) atau 1 (pria)
72 x serum kreatinin
5. Pemantauan
a. Kontraindikasi : pasien yang hipersensitiv terhadap vancomycin
b. Peringatan : diberikan dalam bentuk larutan dalam waktu tidak
kurang dari 60 menit, dapat menyebabkan ototoxicity, penggunaan
dosis berlebih dapat menyebabkan kehilangan pendengaran, hati-
hati pada pasien gagal ginjal, fungsi pendengaran perlu di test secara
berkala saat penggunaan vancomycin.
c. Efek samping : rasa dingin,mual, pusing, rasa sakit ditempat injeksi.
d. Interaksi : aminoglikosida, aspirin, furosemid.
e. Penyimpanan : pada suhu 2⁰C-8⁰C
f. Rekonstitusi : Tambahkan 10 mL air untuk injeksi ke dalam vial 500
mg, kemudian ecerkan dengan 100 mL infus D5 atau infus NaCL atau
RL.
g. Stabilitas : setelah rekonstitusi, potensi dapat bertahan 96 jam pada
penyimpanan dalam lemari es.
h. Monitoring : monitoring leukosit, pemberian hanya melalui iv karena
dapat mengiritasi jaringan, penggunaan pada wanita hamil dan
menyusui hanya jika sangat diperlukan, pemeriksaan ginjal secara
berkala pada pasien gangguan ginjal,
OBAT ANTIKOAGULAN
Heparin Sodium
Inviclot Injeksi
1. Komposisi : Heparin sodium 5000 IU
2. Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Metabolisme : Hepatik, sebagian dimetabolime di retikulum endotelial.
Ekskresi : Di urin jumlah kecil dalam bentuk unchanged drug.
Faktor resiko untuk ibu hamil C
3. Farmakologi : heparin bekerja tidak langsung pada berbagai sistem pembekuan darah intrinsik
dan ekstrinsik dengan mempotensiasi aktivitas penghambat antitrombin III (kofaktor
heparin)pada beberapa faktor koagulasi teraktivasi termasuk trombin (faktor IIa) dan faktor
faktor IXa, Xa, XIa dan XIIa, dengan membentuk kompleks dan menginduksi perubahan
konformasi dalam molekul antitrombin III.Penghambat faktor Xa teraktivasi sehingga
mengganggu pembentukan trombin dan menghambat berbagai aktivitas trombin pada proses
koagulasi.
4. Indikasi : pencegahan dan pengobatan trombosis vena dan emboli pulmonary, pengobatan
emboli arterial, mencegah terjadinya penggumpalan darah pada pembedahan arteri jantung,
trombosis serebral, dan antikoagulan pada transfusi darah, sirkulasi ekstrakorporeal, prosedur
dialisis serta untuk tujuan laboratorium.
5. Dosis :
a. hemodialisis = 7.500-12.500 IU untuk setiap dialisis
b. IV = 5.000-10.000 IU tiap 4 jam dengan bolus atau infus dalam NaCl atau dekstrosa.
c. Sc = 10.000 IU diberikan setiap 8 jam setelah injeksi bolus IV sebesar 5.000 IU.
4. Kontraindikasi : pasien dg kondisi hemoragik,
trombositopenia, hemofilia, bakteri endokarditis subakut,
tukak peptik, hipertensi, jaundice, aborsi dan
pembedahan besar pada otak, sumsum tl belakang serta
mata.

5. Peringatan dan perhatian :


-Inj heparin tidak untuk rute IM
-Pasien yang hipersensitif heparin diberi heparin hanya
saat kondisi yang membahayakan
-Pemakaian heparin harus hati-hati pada pasien
menstruasi, penyakit hati dengan kerusakan homeostasis
-Jika uji koagulasi menunjukan hasil yang lama atau terjadi
hemorage pemakaian heparin harus dihentikan.
-Pasien dengan trombositopenia harus dimonitor dengan
seksama.
6. ESO : hemorage, iritasi lokal, hipersensitif ,
trombositopenia, osteoporosis, peningkatan kadar
SGOT dan SGPT.
7. Interaksi obat :
-heparin+dikumarol atau warfarin dapat
memperpanjang waktu protrombin.
-Obat seperti asam oktil salisilat, dekstran,
fenilbutazon, ibuprofen, indometasin, dipyridamol,
hidroksiklorokuin dan obat obat lain yang
mengganggu reaksi agregasi platelet dapat
menginduksi perdarahan.
-Digitalis, tetrasiklin, nikotin atau antihistamin dapat
mengurangi aktivitas antikoagulan heparin.
Fondaparinux Sodium
Arixtra
1. Komposisi : fondaparinux sodium
2. Farmakokinetik : arixtra cepat diabsorbsi melalui
sc dengan bioavaibilitas 100%. Di distribusi di
darah kemudian di metabolisme di ginjal dan
dieliminasi lewat urin 77% dalam bentuk
unchanged drug.
3. Indikasi : pencegahan VTE pada pasien yang
mempunyai resiko komplikasi tromboembolic,
pengobatan DVT, pengobatan PE, pengobatan
angina tidak stabil atau non ST Segmen elevation
(UA/NSTEMI), terapi pada pasien STEMI dengan
trombolitic.
4. Dosis :
- Pencegahan VTE = 2,5 mg 1 kali sehari secara sc
- Pengobatan DVT dan PE = secara sc 1 kali sehari dengan
dosis 5 mg untuk BB <50 kg, 7,5 mg untuk BB 50-100 kg
dan 10 mg untuk BB >100 kg max 5 hari.
- Angina tidak stabil = 2,5 mg 1 kali sehari secara sc.
- Pasien STEMI = 2,5 mg 1 kali sehari. Pemberian pertama
secara sc dan pemberian selanjutnya secara sc.

5. Kontraindikasi : hipersensitif arixtra, pasien dengan


pendarahan yang signifikan, akut bakteri endokarditis, dan
pasien dengan nilai kreatinin < 20 ml/mnt.

6. ESO : Hemorhage
7. Perhatian : arixtra tidak bisa diberikan secara IM, pasien
yang akan menjalani primary PCI untuk reperfusi
penggunaan sebelum dan selama PCI tidak
direkomendasikan, pemberian arixtra bersamaan dengan
desirudin, agen fibrinolitik, LMWH, dan antiplatelet lain
tidak dianjurkan.
8. Interaksi : fondaparinux menginhibisi CYP450S (CYP1A2,
CYP2A6, CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1 atau CYP3A4)
secara in vitro. Fondaparinux dengan warfarin, aspirin
(inhibitor platelet), piroxicam dan digoksin tidak ada efek
signifikan farmakokinetik/farmakodinamik fondaparinux
tetapi harus monitoring INR untuk penggunaan dengan
warfarin, bleeding time untuk penggunaan dengan
aspirin/piroxicam dan dan farmakodinamik dan
farmakokinetik digoksin.
Warfarin
Simarc
1. Komposisi : warfarin sodium 2 mg.
2. Farmakologi : bekerja dengan cara menekan sintesis
di hati. Secara in vivo obat bekerja dengan menekan
secara berurutan faktor VII, IX, X, dan II yang terlibat
pada proses pembekuan darah.antikoagulan tidak
mempunyai efek langsung terhadap penyumbatan
pembuluh (trombus) dan tidak memperbaiki
jaringan yang rusak akibat iskemia tetapi untuk
mencegah terjadinya penggumpalan darah lebih
lanjut agar komplikasi dari thromboemboli yang
berbahaya dapat dihindari.
3. Farmakodinamik dan Farmakokinetik :
Absorbsi : secara oral dengan cepat.
Metabolisme : Hepatik utamanya via CYP249.
Ekskresi : Di urin 92% utamanya dalam bentuk
metabolit.
Faktor resiko untuk ibu Hamil D

4. Indikasi : untuk pencegahan dan pengobatan thrombosis vena


serta dampak yang akan timbul. Untuk penyakit yang berkenaan
dengan gangguan penyumbatan koroner.

5. Dosis : dimulai dengan 10-15 mg/hari. Setelah 2/3 hari dosis


diatur sesuai hasil pemeriksaan waktu protrombin. Dosis dewasa
40-60 mg/hari. Dosis lansia atau penderita yang lemah 20-30
mg/hari. Dosis pemeliharaan 2-10 mg/hari. Dosis dan frekuensi
harus disesuaikan dengan respon protrombin pasien.
5. Peringatan dan perhatian :
- Penggunaan warfarin harus dihentikan jika terjadi
nekrosis dan alternatifnya bisa digunakan heparin.
Pemberian obat harus dikontrol.
- Warfarin didistribusikan kedalam air susu dan dapat
menimbulkan prothrombinopenik pada anak yang
menyusu.
- Warfarin dapat menimbulkan perdarahan internal.
- Penggunaan antikoagulan dengan streptokinase atau
urokinase tidak dianjurkan karena kemungkinan akan
menyebabkan keracunan.
- Selama terapi warfarin perlu dilakukan pemeriksaan
waktu protrombin atau ujia koagulasi darah yang lain.
6. Eso : hemorage pada jaringan/organ,
Kejang/kerusakan usus akibat hemorage jaringan sub
mukosa dan nekrosis.
7. Kontraindikasi : wanita hamil, baru menjalani
pembedahan, pada keadaan pasien mudah mengalami
pendarahan, hipertensi, endokarditis bakteri subakut,
luka terbuka, kanker viscelar, defisiensi vit K dan
pembengkakan pembuluh darah otak.
8. Interaksi : obat obat seperti alkohol, allopurinol,
antibiotik, obat obat yang mempengaruhi elemen
darah ibuprofen, indometasin, asmef, metildopa, obat
tiroid penggunaan bersamaan dengan warfarin
memperlambat waktu protrombin.
Fibrion
1. Komposisi : fibrion 1.5000.000
2. Indikasi : akut miokard infarction dalam onset 12 jam
dengan persisten ST segmen elevation .
3. Dosis : dewasa 1.5000.000 IU streptokinase harus di infus
intravena selama 1 jam. Fibrion dilarutkan dalam 4-5 mL
WFI. Kemudian diaduk perlahan agar cepat tercampur tapi
tidak boleh berbusa. Fibrion harus diberikan secara infus
intravena dalam 50-200 ml larutan saline, 5% larutan
glukosa, 5% larutan fruktosa atau larutan RL.
4. Terapi penujang : dengan aspirin 150 mg/hari sekurang-
kurangnya 4 minggu di rekomendasikan untuk profilaksis
terapi streptokinase pada pasien akut miokard infark. Dosis
pertama harus segera diberikan segera setelah miokard
infark.
5. Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen fibrion,
peningkatan resiko hemorage, wamil.
6. Perhatian dan peringatan : pasien dengan resiko
perdarahan GI, resiko besar hemorage, operasi invasif,
hamil, pasca aborsi, retinopati diabetik dengan resiko tinggi
perdarahan lokal.
7. Interaksi : resiko perdarahan tinggi jika dikonsumsi
dengan antikoagulan mis : heparin.
8. Farmadinamik : fibrion aktif dengan sistem fibrinolitik
instrinsik dengan bentuk komplex streptokinase-
plasminogen. Kompleks ini memiliki aktivator dan
mengubah plasminogen menjadi proteolitik dan plasma
fibrinogen yang aktif. Pbanyak plasminogen berikatan
dengan kompleks aktivator sehingga sedikit plasminogen
yang berubah menjadi bentuk enzim yang aktif.
OBAT ELEKTROLIT KONSENTRAT
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan.

1. MgSO4
Infus magnesium sulfat 40%
a. Farmakokinetik : didistribusikan ke cairan ekstra sel sebagian ke tulang dan sebagian lagi melewati
plasenta. Ekskresi melalui ginjal, sedikit melalui pernafasan, air susu ibu, salifa dan diserap kembali
melalui tubulus ginjal bagian proksimal.
b. Indikasi : Untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia.
c. Interaksi : Amikasin, gentamisin, kanamycin dan tobramycin.
d. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap MgSO4 dan pasien hamil.
e. cara pemberian : pada intramuskular pemberian MgSO4 dicampur dengan procain untuk
mengurangi rasa nyeri. Pemberian secara intravena didapatka gejala yang kurang enak seperti
muka merah dimuka, mual dan muntah. Hal ini disebabkan karena kadar magnesium segera
meningkat dan akan menghilang dengan menurunnya kadar magnesium. Sehingga pemberian
secara intramuskular lebih disarankan karena peningkatan kadar magnesium secara perlahan
f. Dosis :
1. Dosis umum awal 10 gram kemudian diikuti 5 gram tiap 6 jam.
2. Dosis eklamsia : dosis 4 gram secara intravena 10 gram secara intramuskular. Selanjutnya
tiap 4 jam diberikan 5 gram secara intramuskular sehingga dosis total dalam 24 jam mencapai
39 gram.
3. Dosis pre eklamsia berat : 4 gram magnesium sulfat IV sebanyak 1 gram permenit ditambah
8 gram intramuskular di pantat kanan kiri, dosis pemeliharaan 4 gram intramuskular setelah 6
jam pem berian dosis awal , selanjtnya diberikan 4 gram intramuskular setiap 6 jam.
2. Bignad
a. Indikasi : Diare berat, keracunan obat, metabolit
asidosis
b. Dosis : 84 mg setara dengan 1 mEq.
untuk metabolit asidosis : Dosis pertama
600 mg oral 3 kali sehari.
untuk keracunan obat : 1 mL/kg (8,4%
larutan, 1 mEq/mL secara IV Bolus.
c. Faktor resiko untuk ibu Hamil C
d. Ekskresi di Renal.
e. Kontraindikasi : pasien dengan klorida rendah,
pasien yang mempunyai gangguan gastrointestinal,
apabila digunakan bersamaan dengan diuretik
menyebabkan hypocloremik.
f. Bisa digunakan secara intravena, oral dan subcutan.
3. KCL
KCL merupakan garam kalium yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan
karena hypochloramic alkalosis yang sering berhubungan dengan hipoglikemia dapat
diatasi dengan ion klorida dari senyawa ini (Sweetman, 2002).
25 mL ampul mengandung 25 mEq. Larutan harus diencerkan sebelum diunakan mencegah
extravasasi.
a. Indikasi : untuk pencegahan dan pengobatan defisieni kalium.
b. Efek samping : dosis berlebih dapat menyebabkan hiperkalemia khususnya pada
pasien gangguan ginjal.
c. Kontraindikasi : pemberian secara bolus.
d. PH 4-6
e. Osomolaritas 1895
f. Kadar K serum < 2 mEq/L dan mengancam jiwa. 40 mL KCL 7,46% dapat dioplos ke
dalam 100 mL NaCL 0,9% dan diberikan melalui vena sentral dalam waktu 1 jam.
g. Stabilitas : pada suhu ruang 25⁰C, KCL 80 mEq/L dalam D5 dengan wadah botol kaca.
Apabila ada endapan, berupa silica & alumina.
h. Kompatible : hampir semua obat kecuali Dobutamin.
i. Persyaratan penggunaan KCL secara intravena :
a. Konsentrasi vena tepi <40 mEq/L
b. Dosis <100 mEq/hari
c. Volume urin aman bila > 0,5 mL/kg/jam
d. Pantau EKG
Pada kondisi hipoglikemi :
Dosis pemberian 0.5-1 mEq/kg/dose (dosis
maksimal : 40 mEq)
Koreksi kalium :
(4,5-nilai kalium) x 0,3 x BB
EXP : Tn X dengan BB 65 kg dengan nilai
kalium 2,5 mmol/L, maka koreksi kaliumnya
= (4,5-2,5) x 0,3 x 65 = 39 mEq
3. NaCL 3%
Nacl 30 gram/L dalam 100 mL
pH = 5,8
Osmolaritas = 1027 mOsmol/liter
Indikasi = Edama, Hiponatremi, Hipovolemik syok.
Faktor resiko untuk ibu Hamil C
ESO = Infeksi pada tempat injeksi, vena trombosis, dan
hipervolemia.
Pemberian larutan hipertonik ini harus secara periferal,
harus dengan infus yang pelan dengan needle yang kecil
untuk meminimalkan vena teriritasi. Pemberian secara
intravena tidak boleh melebihi 100 ml/jam atau 400 ml/24
jam.

You might also like