You are on page 1of 10

Asuhan Keperawatan Pasien

GBS (Guillain Barre


Syndrom)
Oleh : Kelompok 2
Definisi GBS

Guillain Barre Syndrome ialah sindrom polyneuritis akut pasca infeksi,


polyneuritis akut toksik polyneuritis febril, poliradikulopati, dan acute
ascending paralysis yang sering ditemukan pada bagian penyakit saraf
yang dicirikan dengan kelumpuhan otot ekstremitas yang akutt dan
progresif, dan biasanya muncul sesudah infeksi. (Harsono,1996).
Etiologi
GBS didahului oleh infeksi yang disebabkan oleh virus, yaitu Epstein-Barr
virus, coxsackievirus, influenzavirus, echovirus, cytomegalovirus,
hepatitisvirus, dan HIV. Selain virus, penyakit ini juga didahului oleh
infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti Campylobacter Jejuni pada
enteritis, Mycoplasma pneumoniae, Spirochaeta , Salmonella, Legionella
dan , Mycobacterium Tuberculosa. Vaksinasi seperti BCG, tetanus,
varicella, dan hepatitis B. Infeksi virus ini biasanya terjadi 2 – 4 minggu
sebelum timbul GBS .
• Spinal tap (tusuk lumbalis)/(lumbar puncture)
• Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) dan
Pemeriksaan elektromiografi (EMG)
• Pemeriksaan darah
Diagnostik • Elektrokardiografi (EKG)
• Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital
paru)
• Pemeriksaan patologi anatomi
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas
Pola-pola pengkajian :
• Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
• Pola Nutrisi dan Metabolik
• Pola Eliminasi
• Pola Aktivitas dan Latihan
• Pola Persepsi Kognitif
• Pola Peran dan Hubungan Dengan Sesama
• Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d paralisis otot pernapasan
b. Perubahan perfusi jaringan b.d disfungsi system saraf autonomic
c. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d paralisis okuler
d. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular
e. Nyeri akut b.d kerusakan saraf sensorik
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d paralisis
orofaringeal.
g. Konstipasi b.d kehilangan sensasi dan reflex sfingter
h. Hambatan interaksi social b.d paralisis otot wajah
i. Ansietas b.d kurang pajanan informasi mengenai penyakit.
3. Intervensi
 Dx1 : Ketidakefektifan pola nafas b.d paralisis otot pernapasan

NOC : Pola napas efektif

NIC : 1) Pantau frekuensi, kedalaman, dan kesimetrisan pernapasan Perhatikan gerakan


dada, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot.

2) Catat peningkatan kerja napas dan obervasi warna kulit dan membrane mukosa.

3) Pantau poa pernapasan bradipnea, apnea.

4) Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pasien pada posisi bersandar.

5) Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasan.


 Dx. 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d disfungsi system saraf autonom.

Noc : Perfusi jaringan efektif

Nic : 1) Ukur tekanan darah. Observasi adanya hipotensi postural. Berikan latihan ketika
sedang melakukan perubahan posisi pasien.

2) Pantau frekuensi jantung dan iramanya. Dokumentasikan adanyadistrimia.

3) Pantau suhu tubuh. Berikan suhu lingkungan yang nyaman.

4) Tinggikan sedikit kaki tempat tidur. Berikan latihan pasif pada lutut/kaki.

5) Kolaborasi dengan pemberian cairan IV sesuai indikasi.

6) Pemberian heparin sesuai indikasi.

7) Pantau pemeriksaan laboratorium seperti Hb.


Click icon to add picture

a. Peningkatan asupan nutrisi yang memadai.

b. Istirahat yang cukup.

c. Penjagaan terhadap hygiene , sanitasi lingkungan.


Planning
d. Lakukan check-up ketika timbul gejala yang sama.

e. Teratur konsumsi obat pemulihan.


THANK YOU

You might also like