You are on page 1of 18

MORNING

REPORT

Peritonitis Difus ec
Perforasi Gaster
dengan Syok Sepsis

Disusun oleh:
Annisa Widiautami
Arina Zhabrina

Pembimbing:
dr. M. Rizal Isburhan, Sp.B
IDENTITAS PASIEN

▪Nama : Ny.E
▪Umur : 50 tahun
▪No.CM : 0106xxxx
▪Alamat : Bungbulang
▪Agama : Islam
▪Status pernikahan : Menikah
▪Pekerjaan : IRT
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Nyeri seluruh bagian perut

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri
perut sejak ± 4 hari SMRS. nyeri dirasakan pada
seluruh bagian perut. Pasien juga mengeluh sulit BAB,
kentut, dan kembung. Riwayat BAB hitam (+). Mual
muntah disangkal, demam disangkal. Pasien sedang
menjalani pengobatan osteomielitis.
KONDISI PASIEN SAAT MASUK

▪Kesadaran: komposmentis
▪Keadaan Umum: sakit sedang
▪Tanda Vital
❏Tekanan Darah: 70/palpasi
❏Nadi: 110x/menit
❏Pernafasan: 60x/menit
❏Suhu: 36.8°C
❏SpO2: 88%
PEMERIKSAAN FISIK

▪Kepala
▪Leher Dalam Batas
▪Thoraks Normal

▪Ektremitas
▪Abdomen:
❏Inspeksi: Cembung tegang
❏Auskultasi: BU (+)
❏Perkusi: NK (+)
❏Palpasi: NT (+), DM (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

o Hematologi Rutin:
Hb: 11.6g/dL
Ht: 36%
Leukosit: 13710/mm³
Trombosit: 432000/mm³
Eritrosit: 4.16 juta/mm³
ASSESSMENT
Peritonitis Difus ec Perforasi Gaster dengan Syok
Sepsis

PENATALAKSANAAN
 O2 2-3 lpm
 Observasi tanda vital
 Rehidrasi cairan 30cc/kgBB (guyur)
 Pasang NGT & kateter
 Cefoperazone 3 x 1gr iv
 Metronidazole 3 x 500mg iv
 Informed consent keluarga
DEFINISI

Peritonitis adalah peradangan peritoneum (membran


serosa yang melapisi abdomen dan menutupi visera
abdomen).

Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi


dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari
luka tembus abdomen.

Peritonitis merupakan suatu kegawatdaruratan yang


biasanya disertai dengan bakterisemia atau sepsis.
EPIDEMIOLOGI

Peritonitis sekunder merupakan peritonitis yang paling


sering ditemukan dalam praktik klinik

Hampir 80% kasus peritonitis disebabkan oleh nekrosis dari


traktus gastrointestinal

Pada negara berpendapatan rendah : etiologi peritonitis


sekunder yang paling umum : appendisitis perforasi,
perforasi ulkus peptikum, dan perforasi tifoid.
EPIDEMIOLOGI

Pada negara-negara barat appendisitis perforasi tetap


merupakan penyebab utama peritonitis sekunder, diikuti
dengan perforasi kolon akibat diverticulitis.

Tingkat insidensi peritonitis pascaoperatif bervariasi antara


1%-20% pada pasien yang menjalani laparatom
ETIOLOGI
Peritonitis primer (spontaneous)
Peradangan pada peritoneum yang penyebabnya berasal
dari ekstraperitoneal dan umumnya dari hematogenous
dissemination.

Peritonitis sekunder
Tersering adalah perforasi appendisitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenal, perforasi kolon (paling sering
kolon sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta
strangulasi usus halus.
ETIOLOGI

Peritonitis tersier
Adanya peritonitis persisten atau rekuren setelah
penanganan yang tidak adekuat terhadap peritonitis primer
atau sekunder.
Potongan sagital dari abdomen yang memperlihatkan
peritoneum parietal dan visceral
MANIFESTASI KLINIS

▪ Nyeri perut yang hebat, tajam, dirasakan terus-


menerus, dan diperparah dengan adanya
pergerakan
▪ Mayoritas pasien cenderung diam terlentang di
tempat tidur dengan sedikit menekuk lutut untuk
mengurangi nyeri perut
▪ Adanya anoreksia, mual, dan muntah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

▪ Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis


(ditemukan leukositosis, dengan shift to the left yaitu
peningkatan sel batang (PMN)
▪ Kimia darah : peningkatan ureum dan kreatinin
(tanda syok hipovolemik atau sepsis berat)
▪ Pemeriksaan ABG (arterial blood gas) : asidosis
metabolik,
PENATALAKSANAAN

Peritonitis primer : antibiotik spektrum luas, seperti


sefalosporin generasi ke-3 (cefotaxime atau
ceftriaxone )

Peritonitis sekunder : koreksi etiologi (terutama dengan


tindakan pembedahan), pemberian antibiotik sistemik,
dan terapi suportif (resusitasi)
TINJAUAN PUSTAKA

▪Riwanto. 2010. Lambung dan Duodenum. In: Sjamsuhidajat R,


Karnadihardja W, Prasetyono T, Rudiman R, editors.
Sjamsuhidajat-de Jong buku ajar ilmu bedah, ed 3. Jakarta: EGC.
p. 643-60
▪Daley BJ. 2015. Peritonitis and Abdominal Sepsis. Medscape
Reference, Drug,Disease and Procedures.
▪Ordoñez CA, Puyana JC. Management of Peritonitis in the
Critically Ill Patient. Surg Clin North Am 2006; 86(6): 1323–49
▪Gupta S, Kaushik R. Peritonitis - the Eastern experience. World J
Emerg Surg 2006; 1:13.
▪Malangoni M, Inui T. Peritonitis - the Western experience. World
J Emerg Surg 2006; 1(1):25
▪Williams N. 2008. Acute Peritonitis. In: Williams N, Bulstrode C,
O’connell PR, editors. Bailey & Love’s short practice of surgery
ed. 25th. London: Hodder Arnold. p. 992-6

You might also like