You are on page 1of 56

ANALGESIK OPIOID

& ANTAGONIS OPIOID

Endang Ediningsih
Lab.Farmakologi FK UNS
2010
PENDAHULUAN
 Analgesik opioid merupakan kelompok obat yg me-
miliki sft spt opiumistilah analgesik narkotika da-
hulu sering digunakan utk kelompok obat ini, akan
ttp gol.obat2 ini dpt menimbulkan analgesia tanpa
menyebabkan sedasi atau menurunnya kesadaran ma
-ka istilah analgesik narkotika jd tak tepat.
* Opium dihslkan dr opium popy dgn membelah biji dr
kelopak bunga,getah putih yg keluar berubah wrn co
klat & mengeras lengket dr tmban papaver somnife-
rum.Opium ini mengandung sekitar 20 alkaloida,ter-
mskmorfin,codein,narkotin,papaverin,narsein,tebain
PENDAHULUAN
• Tebain & papaverin bukan agen analgesik;ttp tebain
merupakan prekursor bbrp agonis opioid semisintetis
a.l.etorfin sebuah agen veterinaria 500-1000x >poten
dr morfin & antagonis semisintetis naloxon.
• Papaverin adalah vasodilator yg fs ini tak digunakan
secara klinis, yg dipakai utk menenangkan usus pd
diare bahkan bisa menimbulkan obstipasi atonik,mes
-kipun dmk menyebabkan berkembangnya verapa-
mil.obat penting yg menyakat kanal kalsium.
• Obat2 analgesik opioid kerjanya meniru opioid endo
-gen dgn memperpanj.aktivasi dr reseptor2opioid.
PENDAHULUAN
• Zat2 ini bekerja pd reseptor opioid khas di SSP(bia-
sanya mu reseptor), shg persepsi nyeri & respons e-
mosional thd nyeri berubah(dikurangi).Daya kerja-
nya diantagonir oleh a.l.naloxon.
• Yg termasuk gol.opioid adalah alkaloid opium,deri-
vat semisintetik alkaloid opium,senyawa sintetik dgn
sft farmakologik menyerupai morfin.
• Minimal ada 4 jenis reseptor, jika terikat pdnya me-
yg menimbulkan analgesia.Tbh dpt mensintesa pep-
tida opioid endogen(dulu dipakai istilah endorfin)yg
bekerja melalui reseptor-opioid tsb.
PENDAHULUAN
• Peptida Opioid Endogen.adalah kelompok polipeptida yg
terdpt di CCS & dpt menimbulkan efek yg menyerupai efek
morfin(=morfin endogen)zat2 ini dpt dibedakan antara
beta-endorfin, dinorfin & enkefalin yg menduduki reseptor
yg berbeda.
• Secara kimiawi zat2 ini berkaitan dgn hormon2 hipofisis &
berdaya menstimulasi pelepasan dr kortikotropin(ACTH),
juga somatropin & prolaktin:Sebalik nya pelepasan LH &
FSH dihambat oleh zat2 ini.
• Peptida opioid yg luas didistribusi & memiliki aktivitas
analgesik adalah pentapeptida metionin-enkefalin & leusin-
enkefalin, salah satu dr ke2 pentapeptida tsb terdpt di dlm
ke3 protein prekursor utama yi prepro-opiomelanokortin,
preproenkefalin & preprodinorfin. Prekursor opioid endo-
gen yg terdpt pd daerah otak berperan dlm modulasi nyeri &
juga ditemukan di medula adrenal & plexus saraf di usus.
• Molekul prekursor opioid endogen dpt dilepaskan selama
stres spt adanya nyeri atau antisipasi nyeri.
PENDAHULUAN
• Penelitian baru2 ini juga menunjukkan bhw bbrp
opioid fenantren(morfin,kodein) dpt juga ditemukan
sbg seny.endogen pd kdr yg sangat rendah (pikomo-
lar) pd jar.mamalia, akan ttp perannya belum diketa-
hui secara pasti.
• Reseptor opioid.ada 3 jenis utama reseptor opioid
yaitu mu,delta,kappa(ke3nya termasuk jenis resep-
tor yg berpasangan dgn proteinG)punya subtipe
a.l. mu1,mu2, delta1,delta2, kappa1, kappa2 &
kappa3.
• Suatu opioid dpt berfs dgn potensi yg berbeda sbg
suatu agonis,agonis parsial atau antagonis >dr1resep
-tor atau subtipe reseptorsenyawa yg tergolong o-
pioid dpt memiliki efek farmakologi yg beragam.
Tabel.1. Kerja opioid pd reseptor opioid
Obat Reseptor
_______________________________________________________________________________________________________________________________

mu /µ delta/δ kappa/К
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________-_

Peptida2 opioid
Enkefalin agonis agonis
Beta-Endorfin agonis agonis
Dinorfin agonis lemah agonis
Agonis
Kodein agonis lemah agonis lemah
Morfin agonis agonis lemah agonis lemah
Metadon agonis
Fentanil agonis
Agonis-antagonis
Buprenorfin agonis parsial
Pentazosin antagonis/agonis parsial agonis
Nalbufin antagonis agonis
Antagonis
Nalokson antagonis antagonis antagonis
PENDAHULUAN
 Reseptor mu memperantarai efek analgesik mirip
morfin,euforia,depresi nafas,miosis,berkurangnya
motilitas saluran cerna.
 Reseptor kappa diduga memperantarai analgesia spt
yg ditimbulkan pentazosin,sedasi serta miosis & dep
-resi nafas yg tdk sekuat reseptor mu
• Selain itu di SSP juga didptkan Reseptor delta yg se
-lektif pd Enkefalin & Reseptor Epsilon yg sangat se
-lektif pd beta-endorfin ttp tdk mempunyai afinitas
terhdp enkefalin.
• Pentazosin &analgesik opioid yg menonjol kappa-
nya spt nalbufin & butorfanol memperlihatkan efek
analgesi yg secara signifikan lbh kuat pd wanita
drpd pria.
PENGGOLONGAN
Atas dsr kerjanya, obat2 ini dpt dibagi dlm 3 kelompok yi:
1.Agonis opioid, yg dpt dibagi dlm
- alkaloida candu: morfin,kodein,heroin,nikomorfin
- zat2 sintetis: metadon & derivatnya(dektromorami da,pro-
pok sifen,bezitramida),petidin & derivatnya( fentanil, sufen-
tanil) & tramadol.
Cara kerja obat2 ini sama dgn morfin,hanya berbeda poten-
si & lama kerjanya, efek samping & resiko akan kebiasaan
dgn ketergantungan fisik.
2.Antagonis opioid:nalokson,nalorfin,pentazosin &buprenor
-fin(temgesic).Bila digunakan sbg analgetikum, obat2 ini
dpt menduduki salah satu reseptor.
PENGGOLONGAN
3. Campuran: nalorfin, nalbufin(nubain) zat2 ini
dgn kerja campuran juga mengikat pd reseptor-opi-
oid ttp tdk atau hanya sedikit mengaktivasi dayaker
-janya. Kurve dosis /efeknya memperlihatkan pla-
fon, sesudah dosis ttt peningkatan dosis tdk mem-
perbesar lagi efek analgesiknya. Praktis tdk menim-
bulkan depresi pernafasan.
• Berdsrkan rumus bangunnya obat golongan opioid
dibagi nenjadi derivat fenantren, fenilheptilamin,fe-
nilpiperidin,morfinan & benzomorfan.
Tabel.2. Klasifikasi obat golongan opioid
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--

Derivat agonis camp. agonis


Antagonis
lemah s/d agonis- kuat
sedang antagonis
______________________________________________________________________
Fenantrene morfin kodein nalbufin nalorfin
hidromorfon oksikodon buprenorfin nalokson
oksimorfon hidrokodon naltrekson
______________________________________________________________________
Fenikhepti- metadon propoksifen
Lamin
______________________________________________________________________
Fenilpiperidin meperidin difenoksilat
fentanil
______________________________________________________________________
Morfinan levorfanol butorfanol
______________________________________________________________________

Benzomorfan pentazosin
POTENSI ANALGESIK
• Alkaloida yg penting dlm opium adalah Morfin,konsentrasi-
nya 10% & Kodein <5%
• Khasiat analgesik morfin oral 30-60mg dpt disamakan dgn
dekstromoramida 5-10mg, metadon 20mg, pentazosin 100/
180mg & kodein 200mg.
• Khasiat analgesik dr morfin sukutan/i.m.10mg ada- lah k.l.
ekivalen dgn fentanil 0,1mg, heroin 5mg, metadon 10mg,
nalbufin 10mg, petidin 75/100mg & tramadol 100mg.
• undang2 Narkotika. Dibanyak negara bbrp zat dr kelom-
pok sptpropoksifen,pentazosin & tramadol,tdk termasuk dlm
UU-Narkotika,krn bahaya kebiasaan & adiksinya ringan
sekali, namun penggunaan jangka panjang tdk dianjurkan.
• Sejak thn1978 sediaan dgn kandungan propoksifen>135mg
dimasukkan UU.opium.
• Pengolahan opium poppy skrg dibatasi oleh perjanjian inter-
nasional, ttp dlm pelaksanaannya sangatlah sulit & produksi
opium ilegal tersebar luas
FARMAKOKINETIKA
A.Absorbsi:
Kebanyakan analgesik opioid diserap dgn baik dr
daerah subkutan & intramuskuler,spthalnya dr per-
mukaan mukosa hidung atau mulut ;
Penyerapan dr sal.cerna cepat,ttp bbrp opioid menga
-lami metabolisme lintas pertama dlm hatishg do-
sis oral >dr dosis parenteral utk mencapai efek terapi
; Alat baru yg pemasukan/secara dihirup opioid mela
-lui hidung dgn tingkat efikasi tinggi, kadarnya dlm
drh berguna secara terapeutikmenghindari metabo
-lisme lintas pertama dibanding dosis oral.
FARMAKOKINETIK
B.Distribusi:
-Semua opioid terikat pd protein plasma ttp dgn afi-
nitas yg berbeda, kmd dialirkan mel.drh & cepat me-
nempati jar2 dgn konsentrasi tinggi terutama di jar.
yg perfusinya besar a.l otak,paru,hati,ginjal &limpa
-mungkin otot-skeletal konsentrasinya rendah,ttp jar.
ini merupakan cadangan obat utama krn timbunan-
nya yg besar; dmk juga ditimbun di jar lemak.
-Krn adanya sawar drh otak,konsentrasi di otak >ren
-dah dr kebanyakan organ lain.
-Pd neonatus sawar drh otak thd opioid tdk efektif;
mudah melalui plasentapenggunaan analgesik-
obstetrik menyebabkan kelahiran bayi dgn depresi
FARMAKOKINETIKA
C.Metabolisme:
-Sebgn besar opioid diubah menjadi metabolit-polar yg Seny.2
yg mengandung kelompok hidroksil bebas & dgn segera me-
ngalami konyugasi dgn as.glukoronat (mis.morfin & lenorfa-
nol);ester2(heroin,remifentanil) terhidrolisis cepat oleh este-
rase jar.umum;Bbrp opioid juga mengalami N-dimetilasi oleh
CYP3A & dimetilasi oleh CYP2D6 di hati.
D.Eksresi:-Metabolit2 polar terutama dieksresi lwt urin,Sejml
kecil obat mungkin ditemukan tak berubah& mungkin juga di-
temukan diurin;Konyugat glukoronid ditemukan dlm empedu,
tp pd sirkulasi enterohepatis Hanya menunjukkan sebgn kecil
dr proses eksresi.
Mekanisme Kerja
. Peptida opioid endogen bekerja dgn jln menduduki
reseptor2 nyeri di SSP,hg perasaan nyeri dpt di-
blokir.
• Khasiat analgesik opioid berdsrkan kemampuannya
utk menduduki sisa2 reseptor nyeri yg belum ditem-
pati oleh peptida opioid endogen.
• bila analgesik opioid tsb digunakan terus menerus,
mk pembentukan reseptor baru distimulasi &
produksi peptida opioid endogen di ujung saraf di-
rintangiakibatkan terjadinya kebiasaan &
ketagihan.
• Berdsrkan kerja umum pd reseptor opioid,mk profil
kerja analgesik opioid sangat mirip.Terdpt terutama
juga diantara komponen2 kerja tunggal-perbedaan
kualitatif
Mekanisme Kerja
• Kerja pd pusat dr analgesik opioid/hipnoanalgesia
-Menurunkan rasa nyeri dgn cara stimulasi reseptor opioid
(kerja analgesik),
-Sebaliknya tdk mempengaruhi kualitas indra lain pd dosis
terapi,
-Mengurangi aktivitas kejiwaan(kerja sedasi)
-Meniadakan rasa takut & rasa bermasalah(kerja transkui-
lansia),
-Menghambat pusat muntah & pusat batuk(kerja depresi
pernafasan & kerja antitusiva,
-Seringkali mula2 menyebabkan muntah akibat stimulasi
pusat muntah(kerja emetika), selanjutnya menyebabkan
inhibisi pusat muntah.(kerja antiemetika).
-Menimbulkan miosis (kerja miotika)
-Meningkatkan pembebasan ADH(kerja diuretika) dan pd
-pemakaian berulang terjadi toleransi & ketergantungan.
Mekanisme kerja
Kerja perifer dr Analgesik opioid
• Memperlambat pengosongan lambung dgn mengkon
-strisi pilorus,
• Mengurangi motilitas & meningkatkan tonus sal.cer-

na(obstipasi spastik),
• Mengkontraksi sfinkter dlm saluran empedu,

• Meningkatkan tonus vesica urinaria & otot sfinkter


vesica urinaria
• Mengurangi tonus p.drh, dgn bahaya reaksi hipoten-

si ortostatik, &
• Menimbulkan pemerahan kulit,urtikaria,rangsangan
gatal, serta pd penderita asma suatu bronkospasmus
akibat pembebasan histamin.
PENGGUNAAN
Pd Rasa nyeri hebat(spt pd kanker)
• Ada banyak penyakit yg disertai rasa nyeri spt influensa &
kejang2 (pd otot/organ); artose & reuma(pd sendi) & mig-
rain utk ggn2 ini tersedia obat2 khas (a.l.parasetamol,
AINS,sumatriptan).
• Pd nyeri kanker walau k.l.hanya 2/3dr kasus & pula k.l.70%
disbkan langsung oleh peny.ganas tsb, diluar perasaan sakit
mempunyai etiologi lain mis.artritis.
• Rasa sakit merupakan suatu pengalaman yg rumit & unik,
utk tiap individu yg juga dipengaruhi faktor2 psikososial &
spiritual yg bersangkutan.krnnya pd kasus2 perasaan nye-
ri yg tdk/sukar terkendalikan adalah penting utk memper-
hitungkan faktor2 tsb diatas.
• Shg menghilangkan/mengurangi sakit hrs pertimbangan dgn
seksama pengaruh dr luar & dlm penyebabnya dlm menentu-
kan obat yg layak sesuaikan tangga analgetika & dipantau.
Tangga analgetika(tiga tingkat)
• Disusun WHO utk program penggunaan analgetika
utk nyeri hebat, spt pd kanker yg menggolongkan o-
bat dlm tiga kelas:
a.Non-opioid: AINS termasuk asetosal,parasetamol
& kodein
b.Opioid lemah: d-propoksifen, tramadol & kodein,
atau kombinasi parasetamol dgn kodein.
c.Opioid kuat: morfin & derivatnya(heroin) serta o-
pioid sintetis
Tangga analgetika
• Menurut program pengobatan ini per-tama2 diberi-
kan 4 dd 1g parasetamol, bila efeknya,kurang beralih
4-6 dd parasetamol-kodein 30-60mg. Baru bila lang-
kah ke2 ini tdk menghslkan analgesi yg memuaskan,
dpt diberikan opioid kuatPilihan pertama dlm hal
ini adalah morfin(oral, subkutan kontinu,intravena,
epidural atau spinal).
• Tujuan utama dr program ini adalah utk menghin-
darkan resiko kebiasaan & adiksi utk opioid, bila
diberikan sembarangan.
EFEK SAMPING
Morfin & opioid lainnya menimbulkan sejml efek sam
-ping yg tdk diinginkan a.l.
• Supresi SSP, mis.sedasi, menekan pernafasan & ba

-tuk, miosis, hipotermia & perubahan suasana jiwa


(mood).Akibat stimulasi langsung dr CTZ(Chemo-
Trigger Zone), timbul mual &muntah. Pd dosis lbh
tinggi mengakibatkan turunnya aktivitas mental &
motoris.
• Sal.Nafas,brinchokonstriksi,pernafasan jadi lbh da-

ngkal & frekuensinya menurun.Perlu perhatian peng


gunaannya mis.pd pasien peny.paru obstruktif;bayi
& anak yg sangat peka thd kerja mendepresi pernaf.
EFEK SAMPING
• Sist.Sirkulasi:vasodilatasi perifer, pd dosis tinggi hipotensi
& bradikardi;hati2 penggunaan pd hipovolemia atau pem-
berian bersama dgn obat penurun tek.drh.
• Sal.cerna: motilitas berkurang(obstipasi),kontraksi sfingter
kandung empedu(kolik batu empedu)sekresi pakreas,
usus&empedu berkurang.
• Sal.urogenital: retensi-urin (krn naiknya tonus dr sfingter
kandung kemih) motilitas uterus berkurang(wkt persalinan
diperpanjang)
• Histamin-liberator: urtikaria & gatal2, krn menstimulasi
pelepasan histamin.
• Kebiasaan dgn resiko adiksi pd penggunaan lama.Bila tera-
pi dihentikan dpt terjadi gejala abstinensia.
EFEK SAMPING
• Kehamilan & Laktasi, opioid dpt melintasi plasenta,
ttp boleh digunakan sampai bbrp wkt seblm partus.
• Bila diminun terus menerus zat ini dpt merusak janin
akibat depresi pernafasan & memperlambat partus.
• Bayi dr ibu yg ketagihan menderita gejala abstinensi.
• Selama laktasi ibu dpt menggunakan opioid krn ha-
nya sedikit terdpt dlm ASI.
Kebiasaan & Ketergantungan
• Penggunaan utk jangka-lama pd sebgn pemakai me-
nimbulkan kebiasaan & ketergantungan.
• Penyebabnya mungkin krn berkurangnya respon opi
-oid atau eliminasinya yg dipercepat, bisa juga krn
penurunan kepekaan jaringan.
• Obat menjadi kurang efektif, shg diperlukan diperlu-
kan dosis yg lbh tinggi utk mencapai efek semula.
• Peristiwa diatas disbt toleransi(menurunnya respon)
& bercirikan pula bhw dosis tinggi dpt lbh diterima
tanpa menimbulkan efek intoksikasi.
Kebiasaan & Ketergantungan
• Sejln dgn toleransi yg terjadi krn penggunaan jangka lama
diikuti ketergantungan fisik yg meningkat & terdpt pula
ketergantungan psikis.
• Ketergantungan psikis yi. Kebutuhan mental akan efek psi-
kotrop(euforia,rasa nyaman &segar) yg dpt menjadi sangat
kuat, shg pasien se-olah2 terpaksa melanjutkan penggunaan
obat.
Gejala abstinensi(withdrawal syndrome)
• Selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan dgn menda-
dak & semula dpt berupa menguap,berkeringat hebat,airma-
ta mengalir,tidur gelisah &kedinginan.
• Kmd timbul muntah2,diare,tachycardia,midriasis,tremor,
kejang otot,peningkatan tensi yg dpt disertai dg reaksi psikis
hebat(gelisah,mudah marah,kekawatiran mati.
• Penyembuhan abstinensi hanya mungkin dilaku-
kan dlm klinik psikiatrik.Disamping tak dpt dihinda
-ri tindakan psikoterapeutik & tindakan resosialisasi
. Ketergantungan fisik, lazimnya sdh lenyap 2ming-
gu stl penggunaan obat dihentikan. Ketergantungan
psikis seringkali sangat erat, mk pembebasan yg tun-
tas sukar sekali dicapai.
. Di Barat dicoba & keberhasilan dipertinggi dgn cara
penghentian secara per-lahan2,dgn memberikan opi-
oid yg bekerja oral, kebanyakan levometadon(polami
-dron) yg dosisnya makin lama makin rendah.
KONTRAINDIKASI
• Pd kondisi peny.yg penekanan pernafasannya hrs di-
hindarkan serta pd porfiria hepatitis akut. adalah
kontraindikasi kuat.
• Kontraindikasi relatif hipotiroidisme krn pening-
katan kerja narkotika; colitis ulcerosa & pankreatitis.
Interaksi
• Pemberian bersama dgn obat yg menekan pusat serta
alkohol, memperbesar efek samping opioid.
KERACUNAN AKUT OPIOID
• Keracunan akut ini ditandai dgn koma yg dlm dgn
pernafasan yg dangkal sampai tdk ada & pengecilan
pupil mata maksimum.
• Trias yg khas: tdk sadar, depresi pernafasan,& mio-
sis) serta sianosis, kulit dingin & hipotermia.
• Kematian terjadi akibat kelumpuhan pernafasan.(do-
sis lethal morfin pd org dws 0,1g utk pemakaian pa-
renteral, 0,3-1,5g utk pemakaian oral; pd bayi mung
-kin 2-3tetes tingtur opium sdh menyebabkan kema-
tian)
Terapi keracunan opioid akut
• Spt halnya keracunan obat tidur, dilakukan terutama
dgn mengatasi kekurangan oksigen.
• Disamping pernafasan buatan tlh terbukti bhw
penyuntikan secara intravena atau i.m dr antagonis
opioid nalokson (narcatin), nalorfin(lethidrone) atau
levalorfan(lorfan) berhsl baik.
• Dosis nalokson 0,4-0,8mg.Nalorfin 5-10mg&
levalorfan 0,1-1mg.
• Bergantung pd parahnya kasus setiap 2-3jm
• Pd pasien yg ketergantungan, dosis dikurangi & juga
selang .dosis dipersingkat krn bahaya sindrom
penghentian (withdrawal syndrome).
ANTAGONIS MORFIN
• Antagonis morfin adalah zat2 yg dpt melawan efek
-efek samping opioid ttt tanpa mengurangi efek anal
-gesiknya yg paling terkenal adalah nalokson,nal
-trekson & nalorfin.
• Obat ini terutama digunakan pd overdose atau intok-

sikasi.
• Khasiat antagonisnya diperkirakan berdsrkan peng-

geseran opioid dr tempatnya direseptor2 otak.


* Antagonis morfin juga bersft analgetik ttp tak digu-
nakan dlm terapi krn khasiatnya lemah & efek sam-
ping ttt spt morfin(depresi pernafasan, reaksi psiko-
tis).
1.MORFIN/MST continus,MS contin,Kapanol
• Candu/opium adalah getah yg dikeringkan & dipe-
roleh dr tmban papaver somniferum(lat.menyebab- kan
tidur).
• Morfin mengandung 2kelompok alkaloida yg berla-
inan secara kimiawi yi:
• Kelompok fenantren meliputi morfin,kodein&te-
bain;& Kelompok isokinolin dgn struktur kimiawi
& khasiat amat brerlainan yi.non-narkotik(a.l. papa-
verin,noskapin=narkotin & narsein.)
• Morfin berkhasiat analgesik sangat kuat disamping
itu memiliki efek supresi SSPspt a.l.sedatif & hipnotik,
menimbulkan euforia, menekan pernafasan & menghi-
langkan reflek batuk.
1.MORFIN
• Morfin juga menstimulasi SSP spt miosis,eksitasi –
& konvulsi.
• Daya stimulasinya pd CTZ mengakibatkan mual &
muntah2
• Efek perifer yg penting yi. obstipasi,retensi urin &
pelepasan histamin yg mengakibatkan vasodilatasi
pemb.kulit & urticaria.
• Penggunaannya khusus pd nyeri hebat akut & kro-
nis, spt pasca-bedah; setelah infark jantung, juga pd
fase terminal dr kanker.Banyak digunakan dlm btk
tablet retard utk memperpanjang kerjanya.
1.MORFIN
• Resorpsinya diusus baik, ttp BAnya hanya k.l.25%
krn FPE besar. Mula kerja stl 1-2jm & bertahan sam-
7jm.
• Resorposi dr suppositoria umumnya sedikit lbh baik,
sdgkan secara s.c/i.m.baik sekali; PPnya 35%.
• Dlm hati 70% dr morfin dimetabolisir melalui seny.
Konyugasi dgn as.glukoronat menjadi morfin-3-
glukoronida yg tdk aktif & hanya jml kecil saja(3%)
terbtk morfin-6-glukoronida yg daya analgesiknya
>dr morfin sendiri.
• Eksresinyamel.urin,empedu dgn silkus enterohepa-
tik & tinja.
1.MORFIN
• ANTIDOTA Pd intoksikadsi digunakan antagonis
morfin sbg antidotum, yi.nalokson.
• Dosis : dws oral 3-6 dd 10-20mg grm HCl,s.c/i.m.3-
6 dd 5-20mg; Anak oral 2 dd 0,1-0,2mg/kgBB
• Sediaan:
*Pulv.opii:10%morfin
*Pulv.Doveri: 1% morfin + Rad.ipecacuanhae +
K2SO4.
*Acidov II :p.Doveri 150mg + salamid 350mg
*Heroin(diamorfin diasetilmorfin)
1.MORFIN
*HEROIN(diamorfin,diasetilmorfin)
-Adalah turunan semi-sintetik dgn kerja anakgetik
2X lbh kuat dr morfin & mengakibatkan adiksi yg
cepat & hebat sekali.
-Dgn alasan diatas mk tdk digunakan utk terapi lagi
tp sangat disukai oleh pecandu drugs.
-Kelarutannya dlm lipid lbh baik dr morfin,mk mu-
la kerja nya lbh pesat bila diberikan perinjeksi.
2.KODEIN/metil morfin,*Codipront
• Alkaloida candu ini memiliki khasiat yg sama dgn in
-duknya, ttp lbh lemah(mis.efek analgesiknya 6-7X
kurang kuat).
• Efek samping & resiko adiksinya lbh ringan, shg se-
ring digunakan sbg obat batuk, obat antidiare & o-
bat antinyeri, yg diperkuat dgn pemberian kombina
-si bersama parasetamol/asetosal.
• Obstipasi & mual dpt terjadi terutama pd dosis ting-
gi (di atas 3 dd 20mg).
• Resorpsi oral & rektal baik; di dlm hati zat ini dide-
metilisasi menjadi norkodein & morfin 10% yg mem
-berikan sft analgetiknya.
2.KODEIN
• Eksresinya lewat urin sbg glukoronida & 10% seca-
ra utuh. Plasma-t1/2-nya 3-4jm.
• Dosis: pd nyeri , oral 3-6 dd 15-60mg grm HCl, utk
anak di atas 1thn 3-6 dd 0,5mg/kgBB; Pd batuk 4-6
dd 10-12mg max.120mg/hari, utk anak 4-6 dd 1mg/
kgBB.
* ETILMORFIN(Dionin) adalah derivat dgn khasiat
analgesik & hipnototik lbh lemah; penghambatannya
terhdp pernafasan lbh ringan; utk menekan batuk, zat
ini kurang efektif dr kodein, ttp dahulu banyak digu-
nakan dlm obat sediaan batuk.
* NOSKAPIN/narkotin,Longatin,Mercotin
• Adalah alkaloida candu lain,tanpa sifat narkotik,yg lbh
efektif sbg obat batuk.
• Noskapin tdk termasuk daftar narkotika krn tdk menimbul-
kan ketagihan.
• Dosis: pd batuk 2-3 dd 15-30mg, max. 200mg/hari.

3.FENTANIL/Fentanyl,Thalamonal
• Derivat-piperidin ini(1963) merupakan turunan dr petidin
(Dolantin) yg jarang digunakan lagi krn efek samping & sft
adiksinya,lagipula daya kerjanya singkat(3jm) shg tdk layak
utk meredakan rasa sakit jangka panjang.
• Efek analgesik zat ini 80X lbh kuat drpd morfin;mula kerja
nya cepat(k.l. 2’-3’)per.i.v, ttp singkat, hanya k.l. 30’. Zat
ini sangat berguna pd anestesi & infark jsantung.
3.FENTANIL
• Efek samping, mirip morfin, termasuk depresi pernafasan,
broncho- spasme & kekakuan otot(thorax).zat ini jarang me
-nimbulkan penghambatan sirkulasi spt penurunan cardiac
output & bradikardia.
• Dosis :Pd infark i.v. 0,05mg+2,5mg droperidol(thalamonal),
bila perlu diulang stl 1/2jm. Plester transdermal(Durogesic)
melepaskan secara kontan seny. Selama 72jm.
*SUFENTANIL/Sufenta/forte
• Adalah derivat(1982) dgn daya analgesiknya k.l.10 lbh kuat,
sft & efek samping nya sama dgn fentanil
*Terutama digunakan pd wkt anestesi & pasca-bedah, pd wkt
his & persalinan(terkombinasi dgn suatu anestetikum)
*SUFENTANIL
• Dosis: Pd wkt his & persalinan epidural 10mcg bupi
-vakain, bila perlu diulang 2X

4.METADON/Amidon,Symoron
• Zat sintetis ini(1947) adalah suatu campuran rase- mis, yg
memiliki daya analgesik 2X lbh kuat drpd morfin & juga
berkhasiat anestetik lokal.
• Resorpsi,di usus baik, PPnya 90%, plasma-t1/2nya
rata2 25jm & efeknya dpt bertahan sampai 48jm pd
terapi pemeliharaan bagi para pecandu.
• Umumnya metadon tdk menimbulkan euforia, shg banyak
digunakan utk menghindari gejala abstinensi stl penghentian
Penggunaan opioid lain.
• Khusus digunakan pd para pecandu sbg obat pengganti he-
roin & morfin pd terapi substitusi.
4.METADON
• Efek samping, kurang dr morfin terutama efek hip-
notis & euforianya lemah, ttp bertahan lama; Peng-
gunaan lama dpt menimbulkan adiksi yg mudah di-
sembuhkan;Efek obstipasi agak ringan, ttp pengguna
-an selama partus hrs hati2 krn dpt menekan perna-
fasan
• Dosis: Pd nyeri,oral 4-6 dd 2,5-10mg grm HCl,max.
150mg/hr;Pd terapi pemeliharaan pecandu: permula-
an 20-30mg, stl 3jm 20mg, lalu 1 dd 50-100mg/hr se
-lama 6bln
DEKSTROMORAMIDA/Palfium
• Adalah opioid sintetis(1956) yg rumusnya mirip me-
tadon.Khasiat analgesiknya sedikit lbh kuat dr mor-
fin. Mula kerjanya cepat, berefek stl 20’- 30’& ber-
han lbh singkat, k.l. 3jm.
• Depresi pernafasan lbh kuat terjadi drpd morfin; Pd
dosis biasapun dpt terjadi apnoe, begitu pula adiksi-
nya. Tidak layak utk terapi nyeri kronis; efek sedasi
& obstipasinya lbh ringan.
• Dosis: oral, s.c. atau i.m. 3-4 dd 2,5-5mg sbg hidro-
gentartrat.Dpt juga diberikan sublingual.
5.TRAMADOL/tramal
• Derivat-sikloheksanol(1977) adalah campuran rase-
mik dr 2 isomer.Khasiat analgetiknya sedang & ber
-daya menghambat reuptake noradrenalin juga be
-kerja sbg antitusif.
• Disbgn negara zat ini dianggap sbg analgesik opio-
id krn bekerja pusat, yi. Melalui pendudukan resep
-tor mu-opioid oleh cis-isomernya.
• Meskipun dmk zat ini tdk menekan pernafasan, prak
-tis tdk mempengaruhi sist.Cardiovasc atau motilitas
lambung-usus.
5.TRAMADOL
• Walaupun zat ini memiliki sifat adiksi ringan, dlm praktek
resikonya hampir nihil shg tdk termasuk daftar narkotika
di banyak negara, termasuk indonesia
• Efek analgesik tramadol 120mg oral setara dgn 30-60mg
morfin oral;Penggunaan utk rasa nyeri sedang sampai hebat
per-rektal & parenteral dikombinasi –kan dgn parasetamol
& AINS kurang efektif atau tdk dpt digunakan; Utk nyeri
akut/kanker umumnya morfin lbh ampuh.
• Resorpsinya di usus cepat & tuntas dgn BA rata2 78%, PP-
nya 20%,Plasma t1/2nya 6jm. Efeknya dimulai sesudah
1jm & dpt bertahan 6-8jm.Dlm hati sebgn besar zat diurai
menjadi a.l. o-desmetil,metabolit dgn daya kerja 6Xlbh kuat
melalui pengikatan pd reseptor mu-opioid.
5.TRAMADOL
• Eksresinya lwt urin & kira2 10%nya dlm btk utuh.
• Efek sampingnya,tdk begitu serius & paling sering
berupa ter-mangu2,berkeringat,pusing,mulut kering,
mual&muntah,juga obstipasi,gatal2 & rash, nyeri kpl
& rasa letih.
• Resiko habituasi, ketergantungan & adiksi dianggap
ringan.Namun tdkdianjurlan penggunaannya utk pa-
sien dgn riwayat pernah penyalahgunaan drugs.
• Catatan utk semua reseptor mu-opioid agonis meng
-akibatkan gejala mual&muntah melalui stimulasi
langsung pd reseptor opioid di pusat muntah.
5.TRAMADOL
• Catatan, efek samping gastro-intestinal lainnya ada-
obstipasi yg juga terkait dgn sft opioid yi.penurunan
peristaltik & peningkatan absorpsi air dr usus.
• Ibu hamil & laktasi, opioid dpt melintasi plasenta
& selama ini diketahui tdk merugikan janin bila di-
nakan jauh seblm partus.Hanya 1% dr dosis yg ma-
suk ke dlm ASI. Meskipun dmk tramadol tdk dianjur
-kan selama kehamilan & laktasi.
• Dosis: Diatas 14thn 3-4 dd 50-100mg, max 400mg/
hari; Anak >1thn 3-4 dd 1-2 mg/kgBB
6.NALOKSON/Narsan
• Antagonis morfin ini memiliki rumus morfin dgn
ggs-alil pd atom-N(1969).Zat ini dpt meniadakan se-
mua khasiat morfin & opioid lainnya, terutama dep-
resi pernafasan tanpa mengurangi efek analgesiknya.
• Penekanan pernafasan dr obat2 depresi SSPlain(bar-
bital, siklopropan, eter) tdk ditiadakan, ttp juga tdk –
diperkuat spthalnya nalorfin.
• Merupakan prototipe antagonis opioid yg relatif mur
-ni,bekerja antagonis kompetitif pd reseptor mu,delta
& kappa,ttp afinitas thd reseptor mu paling tinggi.
• Dlm dosis tinggi memperlihatkan efek agonis,walau
klinis tak berarti.
6.NALOKSON
• Penggunaannya sbg antidotum pd overdose opioid
(& barbital),pasca bedah utk mengatasi depresi per-
nafasan oleh opioid. Atau secara diagnostik utk me-
nentukan adiksi seblm dimulai dgn penggunaan dgn
naltrexon.
• Kinetik,stl injeksi i.v. sdh memberikan efek stl 2’yg
bertahan 1-4jm; Plasma t1/2-nya hanya 45’-90’ lama
-kerjanya lbh singkat dr opioid,mk perlu diulang
bbrpkali.
• Efek samping,dpt berupa tachycardia(stl bedah cor)
;jarang reaksi alergi dgn shock & udema paru
6.NALOKSON
• Pd penangkalan efek opioid terlalu pesat dpt terjadi mual,
muntah, berkeringat, pusing2, hipertensi, tremor, serangan
epilepsi & berhentinya jantung.
• Dosis: pd overdose opioid,i.v. permulaan 0,4mg,bila perlu
diulang setiap 2-3’.
* NALORFIN/alinormorfin
- Adalah zat induk nalokson(1952) dgn khasiat sama,kecuali
juga berkhasiat analgesik lemah.
- Mampu meniadakan depresi pernafasan yg hebat krn opioid
- ttp justru memperkuat depresi yg bersft ringan, atau akibat
opioid dgn kerja campuran(agonistis & antagonistis)& zat
2 sentral lain
• Oleh krn itu,zat ini hanya digunakan pd overdose opioid ,
bila nalokson tdk tersedia.
*NALORFIN
• Dosis:pd overdose s.c./i.m./i.v. 5-10mg, bila perlu di
-ulang stl 10-15’ sampai max. 40mg/hari.
*NALTREKSON/Nalorex
# Derivat nalokson yg ggs-alilnya diganti dgn siklopro
-pil (1985).Sftnya antagonis murni tak mengakibat
-kan toleran -si atau ketergantungan fisik & psikis.
# Dlm hati zat ini diubah menjadi a.l. metabolit aktif
6beta- naltreksol yg terut. dieksresi mel.urin;zat ini
mengalami siklus enterohepatik,p. t1/2-nya: 4-12jm.
# Penggunaannya terutama utk menghambat efek2
opioiberdsrkan pengikatan kompetitif pd reseptor
opioid & sebagai obat anti-ketagihan heroin.
*NALTREKSON
# Pd pecandu opioid menimbulkan gejala abstinensi he
-bat dlm wkt 5’,yg dpt bertahan 48jm.
# Obat ini hanya boleh diberikan stl penghentian hero-
in/morfin atau metadon se-kurang2nya masing2 7 &
10hr.
# Dosis: permulaan 25mg, bila tdk terjadi efek absti-
nensi stl 1jm diulang dgn 25mg. Lalu 50mg sehr se-
lama 3bln atau lbh lama.
7.PENTAZOSIN/Fortral
# Merupakan zat sintesis diturunkan dr morfin(1964)
di mana cincin-fenantren diganti oleh naftalen.Ggs-
N-alil memberikan efek antagonis thd opioid lain-
nya
# Khasiatnya,yi.Disamping antagonis lemah, juga
merupakan agonis parsiil.
# Khasiat analgesiknya sedang sampai kuat,k.l.anta
-ra kodein& petidin( 3-6x lbh lemah drpd morfin)
# Di USA seringkali disalahgunakan dlm kombinasi
dgn antihistamin & nalokson
7.PENTAZOSIN
# Resorpsinya di usus baik,ttp BA-nya hanya k.l.20%
akibat FPE besar;Mula-kerja cepat, stl 15-30’& ber-
tahan minimal 3jm.
# Efek rektal sama dgn penggunaan oral; PP-nya 60%
, plasma-t1/2-nya 2-3jm; Dlm hati zat ini diubah ja-
di metabolit yg dieksresi terutama lwt urin.
# Dosis:Pd nyeri sedang-kuat 3-4 dd 50-100mg. Max.
600mg/hari.
8.KANABIS/marihuana,*hashiz,weed,grass
# Pucuk dgn kembang & buah2 muda yg dikeringkan
dr btk betina tmbhan Cannabis sativa(Asia Barat).
Kandungannya 0,3% minyak atsiri dgn zat2 terpen,
terutama tetrahidrokanabinol(THC).
# Khasiat farmakologinya banyak,yg terpenting dianta
-ranya yi.sedatif,hipnotik & analgetik,antimual
&spasmo litik.
# Khasiat analgesik dr THC terjadi di batang otak,
dimana terletak pula titik kerja dr opioid.Hanya me-
kanisme kerja- nya yg berlainan, reseptor morfin tdk
memegang peranan & nalokson tdk melawan efek
analgesiknya.Selain itu ambang nyeri diturunkan.
8.KANABIS
# Dahulu kanabis digunakan sbg obat tidur, sedati-
vum & spasmolitikum pd tetanus,umumnya dlm
btk ekstrak 2-3 dd 30-50mg.
# Sekarang kanabis banyak disalahgunakan sbg zat pe-
nyegar narkotik(“drug”).
# Studi akhir2 ini melaporkan efektifitas & pengguna-
an sbg anti-emetikum(& analgetikum) pd kanker,
apetit stimulans pd pasien AIDS & obat relaksasi
kejang/otot MS.

END

You might also like