Professional Documents
Culture Documents
• Riwayat Perkembangan
Usia 2-3 bulan os sudah dapat bereaksi terhadap suara
dan membolak balikkan badannya, usia 4-5 bulan os
sudah dapat meraih mainan, usia 6-8 bulan os sudah
dapat merangkak, sudah belajar duduk, usia 12 bulan
sudah dapat mengatakan mama papa dan berjalan.
• Riwayat Makanan
Os mengkonsumsi ASI selama 4-5 bulan. Setelah
itu os diberikan susu formula oleh karena ibu os
mengaku ASI tidak banyak. Setelah usia 5 bulan
os mulai diberikan bubur Promina dan buah-
buahan seperti pisang.
• Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat
alergi susu sapi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umun : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda Vital :
– Suhu : 38,5o C
– Nadi : 110 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
– Nafas : 32 x/menit
• Antropometri :
– BB : 10 kg
– TB : 78 cm
• Status gizi
– BB/U : 10 – 11,5 = -1,5 SD
Gizi kurang (-3 SD sampai dengan <-2 SD)
– TB/U : 78 – 86 = -8 SD
Sangat pendek (<-3 SD)
– BB/TB : 10 – 10,5 = -0,5 SD
Normal (-2 SD sampai dengan 2 SD)
STATUS GENERALIS
• Kepala :
– Bentuk : normocephal
– Lingkar kepala : 44 cm
– Ubun-ubun : normal, tidak cekung
• Rambut : rambut hitam, distribusi merata
• Alis : warna hitam, tidak ada madarosis
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflex cahaya
(+/+), pupil isokor
• Hidung : epistaksis (-), sektet (-)
• Telinga : membrane timpani intak (+), serumen (-)
• Mulut : bibir kering (-), anemis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-),
tonsil T1-T1 hiperemis (-)
• Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
• Thoraks
Paru
– Inspeksi : dada simetris (+), retraksi dinding dada (-)
– Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
– Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
– Auskultasi : vesikuler (+)/(+), ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
– Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
– Palpasi : teraba ictus cordis ICS-V linea midklavikularis sinistra
– Perkusi : Redup. Batas jantung kanan linea parasternalis dextr
Batas jantung kiri linea midklavikula sinistra
– Auskultasi : S1 dan S2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
– Inspeksi : perut cembung (+), luka bekas operasi (-)
– Auskultasi : bising usus normal
– Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
– Ascites : -
– Palpasi : abdomen supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)
• Ekstremitas Atas
– Akral : hangat
– RCT <2 detik : (+)
– Edema : (-)
• Ekstremitas Bawah
– Akral : hangat
– RCT <2 detik : (+)
– Edema : (-)
• Anogenital : Dalam batas normal.
• Pemeriksaan Neurologis
– Refleks Fisiologis : normal
– Refleks Patologis : Babinsky (-), Rangsang
meningeal (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal 23 November 2017
RESUME
• Os kejang sejak 5 jam SMRS. Kejang dirasakan selama ± 1 menit. Saat kejang mata os
mendelik keatas. Setelah kejang os langsung sadar dan kemudian menangis beberapa menit
setelahnya. Os mengalami demam ± 2 hari sebelum timbul kejang. Batuk dan pilek (+). Mual
dan muntah (+), 2 kali/hari. Sebelumnya OS dibawa ke klinik dan diberikan obat kejang lewat
anus. Riwayat kejang yang sama satu kali pada umur 9 bulan. Dikeluarga ada yang mengalami
hal yang sama. Os rutin melakukan imunisasi di puskesmas.
• TTV
– S : 38,5o C
– N : 110 x/m
– RR : 32 x/m
• Status gizi
– BB/U : 10 – 11,5 = -1,5 SD (Gizi kurang)
– TB/U : 78 – 86 = -8 SD (Sangat pendek)
– BB/TB : 10 – 10,5 = -0,5 SD (Normal)
DIAGNOSIS
• Kejang demam sederhana
TERAPI
• IVFD KAEN 3A 10 tpm makro
• Inj. Ceftriaxone 1x500 mg
• PCT drip 3x100 mg
• Protap kejang bila kejang
PROGNOSIS
• - Quo ad vitam : dubia ad bonam
• - Quo ad functionam : dubia ad malam
• - Quo ad sanationam : dubia ad malam
FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
DEFINISI
• Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium.
Catatan
• Umumnya kejang demam terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
• Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam.
Catatan
• Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP,
atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama
demam. (Kesepakatan Saraf Anak 2004)
EPIDEMIOLOGI
• Insidens di negara-negara barat berkisar
antara 3,5%.
• Asia berkisar antara 4,47% di Singapura, 9,9%
di Jepang. Data di Indonesia belum ada secara
nasional.
ETIOLOGI
• Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial,
paling sering disebabkan karena :
– Infeksi saluran pernafasan akut
– Otitis media akut
– Roseola
– Infeksi saluran kemih
– Infeksi saluran cerna
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko berulangnya kejang demam :
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Usia kurang dari 12 bulan
• Temperatur yang rendah saat kejang
• Cepatnya kejang setelah demam
• Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80 %,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15
% kemungkinan berulang. Kemungkinan berulang paling
besar pada tahun pertama.
KLASIFIKASI
Kejang Demam Simpleks (KDS) Kejang Demam Kompleks (KDK)
• Kejang umum tonik, klonik, • Kejang fokal/parsial, atau
atau tonik-klonik, anak kejang fokal menjadi umum
dapat terlihat mengantuk
setelah kejang • Berlangsung > 15 menit
• Berlangsung singkat < 15 • Berulang dalam 24 jam
menit • Ada kelainan neurologis
• Tidak berulang dalam 24 sebelum atau sesudah
jam kejang
• Tanpa kelainan neurologis
sebelum dan sesudah
kejang
PATOMEKANISME
DIAGNOSIS
• Anamnesis (mengenai aktivitas kejang)
• Pemeriksaan fisis (terutama status
neurologis)
• Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria
Livingston yang telah dimodifikasi, yang merupakan pedoman
yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA FKUI-RSCM
Jakarta, yaitu :
– Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun
– Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari
15menit
– Kejang bersifat umum
– Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
– Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
– Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
– Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak
melebihi 4 kali.
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah tepi lengkap dapat dilakukan untuk
membantu mengetahui etiologi demam.
• Pemeriksaan elektrolit dan glukosa darah dilakukan bila
anak mengalami diare, muntah atau hal lain yang dapat
mengganggu keseimbangan elektrolit atau gula darah.
Pungsi lumbal
1. Demam hiperpireksia
2. Kejang umum,fokal atau hny twitching
3. Kesadaran menurun
Peredaran darah
Infeksi SSP
Demielinisasi,kerusakn
Kerusakan neuron PD& perivaskuler