You are on page 1of 61

ENSEFALITIS

Disusun : dr. Hasanah


Pendamping : dr. Jaka Krisna
KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. MI
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• TTL : Bekasi, 06 Januari 2016
• Usia : 1 tahun 10 bulan
• Nama Orangtua : Ny. QN
• Alamat : Kp. Cibeber RT 01/05 Ds. Simpangan Kec.
Cikarang Utara
• Agama : Islam
• Tanggal masuk RS : 23 November 2017, 13.55 WIB
• NO. RM : 562183
ALLO ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Kejang sejak 5 jam SMRS
• Keluhan Tambahan : demam (+), batuk pilek (+)
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan kejang sejak 5 jam SMRS.
Kejang dirasakan selama ± 1 menit. Saat kejang
mata os mendelik keatas. Setelah kejang os
langsung sadar dan kemudian menangis
beberapa menit setelahnya. Os mengalami
demam ± 2 hari sebelum timbul kejang, demam
dirasakan mendadak tinggi dan mencapai 39,0 o
C. Batuk dan pilek (+). Mual dan muntah (+), 2
kali/hari. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Os sebelumnya pernah mengalami hal yang sama.
Riwayat kejang satu kali pada umur 9 bulan. Kejang
didahului dengan adanya demam. Kejang dirasakan ±1
menit dan setelah kejang Os langsung sadar.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga ada yang mengalami hal yang sama. Kakak
dan sepupu Os juga pernah mengalami kejang yang
disertai dengan demam. Riwayat asma dan TB paru
disangkal. Riwayat alergi obat atau makanan disangkal.
• Riwayat Pengobatan
Os sudah berobat ke klinik 24 jam untuk mengobati keluhan
demam tersebut, namun saat di klinik Os tiba-tiba kejang
dan diberikan obat kejang melalui anus oleh dokter dan
kemudian kejang berhenti setelah 1 menit.

• Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Os lahir cukup bulan (39 minggu), lahir spontan pervaginam
dan menangis spontan. BB lahir 3100 gram, PB 48 cm. Tidak
ada penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
• Riwayat Imunisasi
Os rutin melakukan imunisasi di puskesmas. Imunisasi BCG
sudah dilakukan saat usia 2 bulan, hepatitis B sudah
dilakukan 3x pada saat lahir, 1 bulan dan 6 bulan. Polio dan
DPT sudah di lakukan sebanyak 3x pada usia 2 bulan, 4
bulan dan 6 bulan. Campak pada umur 10 bulan.

• Riwayat Perkembangan
Usia 2-3 bulan os sudah dapat bereaksi terhadap suara
dan membolak balikkan badannya, usia 4-5 bulan os
sudah dapat meraih mainan, usia 6-8 bulan os sudah
dapat merangkak, sudah belajar duduk, usia 12 bulan
sudah dapat mengatakan mama papa dan berjalan.
• Riwayat Makanan
Os mengkonsumsi ASI selama 4-5 bulan. Setelah
itu os diberikan susu formula oleh karena ibu os
mengaku ASI tidak banyak. Setelah usia 5 bulan
os mulai diberikan bubur Promina dan buah-
buahan seperti pisang.
• Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat
alergi susu sapi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umun : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda Vital :
– Suhu : 38,5o C
– Nadi : 110 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
– Nafas : 32 x/menit
• Antropometri :
– BB : 10 kg
– TB : 78 cm
• Status gizi
– BB/U : 10 – 11,5 = -1,5 SD
Gizi kurang (-3 SD sampai dengan <-2 SD)
– TB/U : 78 – 86 = -8 SD
Sangat pendek (<-3 SD)
– BB/TB : 10 – 10,5 = -0,5 SD
Normal (-2 SD sampai dengan 2 SD)
STATUS GENERALIS
• Kepala :
– Bentuk : normocephal
– Lingkar kepala : 44 cm
– Ubun-ubun : normal, tidak cekung
• Rambut : rambut hitam, distribusi merata
• Alis : warna hitam, tidak ada madarosis
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflex cahaya
(+/+), pupil isokor
• Hidung : epistaksis (-), sektet (-)
• Telinga : membrane timpani intak (+), serumen (-)
• Mulut : bibir kering (-), anemis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-),
tonsil T1-T1 hiperemis (-)
• Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
• Thoraks
Paru
– Inspeksi : dada simetris (+), retraksi dinding dada (-)
– Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
– Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
– Auskultasi : vesikuler (+)/(+), ronki -/-, wheezing -/-

Jantung
– Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
– Palpasi : teraba ictus cordis ICS-V linea midklavikularis sinistra
– Perkusi : Redup. Batas jantung kanan linea parasternalis dextr
Batas jantung kiri linea midklavikula sinistra
– Auskultasi : S1 dan S2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
– Inspeksi : perut cembung (+), luka bekas operasi (-)
– Auskultasi : bising usus normal
– Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
– Ascites : -
– Palpasi : abdomen supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)
• Ekstremitas Atas
– Akral : hangat
– RCT <2 detik : (+)
– Edema : (-)
• Ekstremitas Bawah
– Akral : hangat
– RCT <2 detik : (+)
– Edema : (-)
• Anogenital : Dalam batas normal.
• Pemeriksaan Neurologis
– Refleks Fisiologis : normal
– Refleks Patologis : Babinsky (-), Rangsang
meningeal (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal 23 November 2017
RESUME
• Os kejang sejak 5 jam SMRS. Kejang dirasakan selama ± 1 menit. Saat kejang mata os
mendelik keatas. Setelah kejang os langsung sadar dan kemudian menangis beberapa menit
setelahnya. Os mengalami demam ± 2 hari sebelum timbul kejang. Batuk dan pilek (+). Mual
dan muntah (+), 2 kali/hari. Sebelumnya OS dibawa ke klinik dan diberikan obat kejang lewat
anus. Riwayat kejang yang sama satu kali pada umur 9 bulan. Dikeluarga ada yang mengalami
hal yang sama. Os rutin melakukan imunisasi di puskesmas.
• TTV
– S : 38,5o C
– N : 110 x/m
– RR : 32 x/m
• Status gizi
– BB/U : 10 – 11,5 = -1,5 SD (Gizi kurang)
– TB/U : 78 – 86 = -8 SD (Sangat pendek)
– BB/TB : 10 – 10,5 = -0,5 SD (Normal)
DIAGNOSIS
• Kejang demam sederhana

TERAPI
• IVFD KAEN 3A 10 tpm makro
• Inj. Ceftriaxone 1x500 mg
• PCT drip 3x100 mg
• Protap kejang bila kejang

PROGNOSIS
• - Quo ad vitam : dubia ad bonam
• - Quo ad functionam : dubia ad malam
• - Quo ad sanationam : dubia ad malam
FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
DEFINISI
• Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium.
Catatan
• Umumnya kejang demam terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
• Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam.
Catatan
• Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP,
atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama
demam. (Kesepakatan Saraf Anak 2004)
EPIDEMIOLOGI
• Insidens di negara-negara barat berkisar
antara 3,5%.
• Asia berkisar antara 4,47% di Singapura, 9,9%
di Jepang. Data di Indonesia belum ada secara
nasional.
ETIOLOGI
• Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial,
paling sering disebabkan karena :
– Infeksi saluran pernafasan akut
– Otitis media akut
– Roseola
– Infeksi saluran kemih
– Infeksi saluran cerna
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko berulangnya kejang demam :
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Usia kurang dari 12 bulan
• Temperatur yang rendah saat kejang
• Cepatnya kejang setelah demam
• Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80 %,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15
% kemungkinan berulang. Kemungkinan berulang paling
besar pada tahun pertama.
KLASIFIKASI
Kejang Demam Simpleks (KDS) Kejang Demam Kompleks (KDK)
• Kejang umum tonik, klonik, • Kejang fokal/parsial, atau
atau tonik-klonik, anak kejang fokal menjadi umum
dapat terlihat mengantuk
setelah kejang • Berlangsung > 15 menit
• Berlangsung singkat < 15 • Berulang dalam 24 jam
menit • Ada kelainan neurologis
• Tidak berulang dalam 24 sebelum atau sesudah
jam kejang
• Tanpa kelainan neurologis
sebelum dan sesudah
kejang
PATOMEKANISME
DIAGNOSIS
• Anamnesis (mengenai aktivitas kejang)
• Pemeriksaan fisis (terutama status
neurologis)
• Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria
Livingston yang telah dimodifikasi, yang merupakan pedoman
yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA FKUI-RSCM
Jakarta, yaitu :
– Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun
– Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari
15menit
– Kejang bersifat umum
– Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
– Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
– Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
– Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak
melebihi 4 kali.
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah tepi lengkap dapat dilakukan untuk
membantu mengetahui etiologi demam.
• Pemeriksaan elektrolit dan glukosa darah dilakukan bila
anak mengalami diare, muntah atau hal lain yang dapat
mengganggu keseimbangan elektrolit atau gula darah.
Pungsi lumbal

• Indikasi pungsi lumbal


adalah menegakkan atau
menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
Bila pasti bukan
meningitis tidak perlu
dilakukan pungsi lumbal.
Catatan
• Pada bayi kecil, sulit untuk menentukan meningitis atau bukan
hanya dari pemeriksaan neurologis. Anjuran mengenai pungsi
lumbal pada kejang demam adalah:
– Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan pungsi lumbal
– Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan untuk melakukan
pungsi lumbal
– Bayi > 18: pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin.
Pungsi lumbal dilakukan bila secara klinis dicurigai
mengalami meningitis atau bila ada keragu-raguan.
Elektroensefalografi
• Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan untuk dilakukan pada anak
dengan kejang demam.
• Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada
keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya:
– Kejang demam pada anak berumur kurang dari 6 bulan
atau lebih dari 5 tahun
– Diragukan apakah kejang didahului demam atau demam
terjadi setelah kejang
– Diragukan apakah anak benar mengalami demam pada
saat kejang
» Kesepakatan Saraf Anak 2004
PENATALAKSANAAN
Pengobatan fase akut
• Semua pakaian yg ketat dibuka
• Penderita dimiringkan u/cegah aspirasi
• Jalan napas hrs bebas, isap lendir, beri O2, jika
perlu intubasi
• Awasi keadaan vital: kesadaran, pernapasan,
jantung
• Jika suhu tinggi: kompres, beri antipiretika
• Penghentian kejang tercepat: diazepam (IV atau
Intra Rektal)
Penghentian kejang
• Diazepam (IV) 0,3-0,5 mg/kgBB atau diazepam
(IR) 5 mg  BB anak < 10 kg diazepam (IR) 10 mg
 BB anak > 10 kg
• Bila kejang (+) diazepam dpt diulang 2 kali  jika
msh kejang beri fenitoin. Fenitoin dosis awal: 10-
20 mg/kgBB (IV)  setelah 12-24 jam fenitoin: 4-
8 mg/kgBB/hari
• Utk maintenance: fenobarbital atau as. valproat
• Fenobarbital dosis awal: 10-20 mg/kgBB  4-8
mg/kgBB/hari
PROGNOSIS
• Dengan penangulangan yang tepat dan cepat,
prognosis kejang demam baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian.
• Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak
sesudah menderita kejang demam tergantung
dari faktor:
– Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam
keluarga.
– Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf
sebelum anak menderita kejang demam.
– Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
ENSEFALITIS
Pendahuluan
• Encephalitis adalah radang pada parenkim otak,
menimbulkan disfungsi neurofisiologikal difus dan atau
fokal.
• Etiologi :
– 60% penyebab tidak diketahui
– Dari yg diketahui 67% berhubungan dgn peny.infeksi
pd anak spt: parotitis, varisela, morbili & rubela
– 20% o/virus Herpes simplex & arbovirus
– Jarang o/ enterovirus, adenovirus, rabies &
cytomegalovirus (CMV)
Patofisiologi
• Tempat masuk virus melalui :
– Kulit, sal.pernapasan & sal.pencernaan
• Virus menyebar keseluruh tubuh dgn cara:
– Setempat
– Hematogen primer
– Hematogen sekunder
– Saraf
• Virus berkembang biak  serang SSP  diikuti
kel.neurologis
• Kel.neurologis disebabkan o/:
– Invasi & perusakan langsung pd jar.otak
– Reaksi jar.saraf thdp virus  sebabkan demielinisasi,
kerusakan vaskular & paravaskular
– Reaksi aktivitas virus neurotropik yg bersifat laten
Manifestasi klinis
• Sangat bervariasi: ringan s/ berat
• Masa prodromal: 1-4 hari
– Demam, sakit kepala, pusing, muntah, malaise
– Nyeri tenggorokan, nyeri ekstremitas
• Tanda ensefalitis: berat ringannya ~ distribusi & luas
lesi pd neuron
– Gelisah, iritabel, perub.tingkah laku, ggn kesadaran &
kejang
• Tanda neurologis fokal:
– Afasia, hemiparesis, hemiplegi, paralisis saraf otak
• Tanda rangsang meningeal dpt terjadi  jika radang
capai meningen
• Tanda ruam kulit: enterovirus, varisela & zoster
Trias Encephalitis

1. Demam  hiperpireksia
2. Kejang umum,fokal atau hny twitching
3. Kesadaran menurun

 Masa prodromal: 1-4 hari


Diagnosis
• Gambaran klinis, pem.virologi & PA
• Lumbal pungsi: CSS jernih, juml.sel 50-
200, dominasi sel limfosit, protein kadang
meningkat, kadar glukosa normal
• EEG: proses inflamasi yg difus (aktivitas
lambat bilateral)
• CT-scan: lesi fokal, terutama lobus
temporalis (Herpes simplex)
Tata laksana
• Semua pasien yg dicurigai ensefalitis  rawat RS
• Perawatan umum:
– Jalan napas terbuka, isap lendir
– Pemberian makanan secara enteral/parenteral
– Jaga keseimbangan cairan & elektrolit
– Koreksi ggn asam-basa
• Kejang: diazepam  fenobarbital
• Demam: parasetamol, kompres
• Tek.intrakranial : deksametason 1 mg/ kgBB/x
atau manitol 1,5-2 g/kgBB iv (8-12 jam)
DISKUSI KASUS
ANAMNESIS DAN PEMFIS
• Os kejang sejak 5 jam SMRS. Kejang dirasakan
selama ± 1 menit. Saat kejang mata os
mendelik keatas. Setelah kejang os langsung
sadaar dan kemudian menangis beberapa jam
setelahnya. Os mengalami demam ± 2 hari
sebelum timbul kejang. Batuk dan pilek (+).
Mual dan muntah (+), 2 kali/hari.
• Di UGD, os kejang sebanyak 4 kali. Os selalu
ingin tertidur, menangis (-).
• TTV
– S : 38,5o C
– N : 110 x/m
– RR : 32 x/m
• Antropometri
– BB = 10 kg
– TB = 7,8 cm
• Status gizi
– BB/U : 10 – 11,5 = -1,5 SD (Gizi kurang)
– TB/U : 78 – 86 = -8 SD (Sangat pendek)
– BB/TB : 10 – 10,5 = -0,5 SD (Normal)
Trias Encephalitis
1. Demam  hiperpireksia
2. Kejang umum,fokal atau hny twitching
3. Kesadaran menurun

 Masa prodromal: 1-4 hari


TATALAKSANA
• IVFD KAEN 3A 10 tpm makro
• Inj. Ceftriaxone 1x500 mg
• PCT drip 3x100 mg
• Protap kejang bila kejang
JAM OBAT TEMPAT
PEMBERIAN
O9.30 WIB Diazepam 10 mg supp KLINIK
14.15 WIB Diazepam 10 mg supp UGD
17.40 WIB Fenitoin drip 100 mg UGD
dalam 30 menit
19.45 WIB Fenobarbital 200 mg IV UGD
21.00 WIB Fenobarbital 100 mg IV UGD
pro ICU
PROTAP KEJANG UNTUK ANAK
(dr.Natalina,Sp.A)
1. Pasien kejang diberikan diazepam 0,3-0,5 mg/kg BB IV Max
2x
2. Jika pasien masih kejang diberikan :
 Phenitoin dosis 10-20 mg/kgBB bolus perlahan 1
mg/kgBB/menit atau mudahnya diberi dalam 30 menit
 Jika pasien masih kejang dapat berbarengan diberikan
Phenobarbital
 Luminal 10-20 mg/kgBB im BOKA-BOKI atau
 Cibital 10-20 mg/kgbb IV
3. Selanjutnya dosis maintence 12 jam kemudian 5-7
mg/kgBB/hari (2x) boleh s/d 20 mg/kgBB/hari
4. Jika pasien masih kejang hubungi ICU konsul dokter anastesi
5. Jika ICU tidak bisa “PASIEN di RUJUK” ajaaaa!!!
KEMATIAN
Patofisiologi Ensefalitis Viral

Virus tertelan Sistm Limfatik Gigitan nyamuk

Peredaran darah

Infeksi organ Stadium ekstraneural

Infeksi SSP

Rx jargn saraf thdp Ag-Ab


Destruksi langsung

Demielinisasi,kerusakn
Kerusakan neuron PD& perivaskuler

Gejala Neurologis KEMATIAN


DAFTAR PUSTAKA
• Buku Ajar Nelson Edisi 4. Jakarta. EGC
• Buku Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia Jilid I tahun 2010
• Buku Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I tahun
2004
• http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.
• www.medicastore.com

You might also like