Professional Documents
Culture Documents
SINUSITIS
Oleh:
Tia Syalita 1102011278
Vicianty Meista Sari 1102011288
Pembimbing :
Dr.Ilham Priharto, Sp.THT-KL
KELUHAN TAMBAHAN
• Pilek (sekret berbau dan berwarna putih kental)
• Bindeng (rinolalia)
• Sulit bernafas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah mata,
hidung dan dahi kiri sejak 3 bulan SMRS. Keluhan disertai
cairan dari hidung berwarna putih kental dan berbau, hidung
tersumbat, bindeng, dan kadang terdapat sekret yang tertelan
dari hidung, serta terdapat penurunan penciuman. Selain itu
pasien juga mengeluh nyeri kepala yang lebih dirasakan pada
pagi hari. Pasien mengatakan tidak terdapat gangguan
pendengaran, suara berdengung (-), rasa pusing berputar (-),
rasa nyeri dalam telinga (-), keluar cairan telinga (-). Pasien
juga mengaku tidak pernah mengalami radang tenggorokan,
namun terdapat gigi berlubang pada geraham atas kanan.
Pasien juga mengatakan tidak pernah memiliki kebiasaan
berenang, dan tidak pernah mengalami trauma pada daerah
wajah.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Sakit gigi (+)
• Rhinitis alergi (-)
• Trauma wajah (-)
• Sakit tenggorokan (-)
TANDA VITAL
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Frekuensi nasi : 68 x/menit
• Frekuensi napas : 20 x/menit
• Suhu : 36,4 C
TELINGA
Membran timpani Utuh, cone of light (+) jarum Utuh, cone of light (+) jarum
jam 5. jam 7.
HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
•Inspeksi : Bentuk hidung normal, inflamasi (-), nyeri tekan (+), deformitas (-).
Dahi, sekitar mata, dan pipi tidak terdapat sikatrik (-) edem (-).
Konka nasalis media & Hipertrofi (+), hiperemis Hipertrofi (+), hiperemis
inferior (+). (+).
Meatus nasalis media & Sekret serous (+), polip Sekret serous (+), polip
inferior (-), darah (-). (-), darah (-).
TENGGOROKAN
Bibir Normal
Mulut Normal
Gigi Normal
Lidah Normal
Kanan Kiri
Arcus anterior Hiperemis (-), edem (-). Hiperemis (-), edem (-).
Arcus posterior Hiperemis (-), edem (-). Hiperemis (-), edem (-).
Tonsila palatina T1, warna merah muda, T1, warna merah muda,
edem (-), detritus (-), kriptus edem (-), detritus (-), kriptus
melebar. melebar.
Faring Hiperemis (-), edem (-), reflek Hiperemis (-), edem (-), reflek
muntah (+), membran (-). muntah (+), membran (-).
LEHER
• Pembesaran KGB leher (-), nyeri tekan (-)
GIGI
Karies gigi geraham lengkap
DIAGNOSIS KERJA
• Suspek sinusitis paranasal
PENATALAKSANAAN
• Rencana sinusektomi
EDUKASI
• Hindari makanan dan minuman yang dingin, pedas dan
berminyak
• Jangan sering mengucek hidung
• Jangan terlalu sering berenang
• Jika memiliki alergi usahakan hindari paparan dari alergen
tersebut.
• Sinus paranasal ini dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis
dan sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteumdi
bawahnya.
• Mukus yang dihasilkan didalam rongga-rongga ini terdorong ke
dalam hidung sebagai akibat dari aktivitas sel-sel bersilia.
Fungsi sinus paranasal adalah :
· Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus
terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan.
· Sebagai pengatur udara (air conditioning).
· Peringan cranium.
· Resonansi suara.
· Membantu produksi mukus.
• DEFINISI
peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis
maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis
sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut
multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut
pansinusitisl
ETIOLOGI
infeksi dari hidung (rinogen) , gigi dan gusi (dentogen) ,
faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun
jarang
trauma langsung
berenang atau menyelam
Faktor predisposisi
kelainan anatomi hidung
hipertrofi konka
polip hidung
rinitis alergi
Penyebab lain adalah infeksi jamur, infeksi gigi, dan yang
lebih jarang lagi fraktur dan tumor
KLASIFIKASI
Secara klinis sinusitis dibagi atas:
• Akut : berlangsung hingga 4 minggu
• Subakut : berlangsung hingga 12 minggu
• Kronik : berlangsung hingga lebih dari 12 minggu dan dapat
berlanjut dalam hitungan bulan atau tahun
• Berulang : terdapat beberapa serangan dalam satu tahun
Transudasi.
Penghambatan drainase sinus.
a) Sinusitis Maxillaris
• nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke
alveolus hingga terasa di gigi
• nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga
• nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk
• Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau
busuk
b) Sinusitis Ethmoidalis
• nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius
• nyeri dibola mata atau belakangnya, terutama bila mata digerakkan
• Nyeri alih di pelipis
• Post nasal drip
c) Sinusitis Frontalis
• nyeri kepala yang khas
• nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan
memburuk menjelang tengah hari
• Dahi terasa nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat
pembengkakan supra orbita
d) Sinusitis Sfenoidalis
• nyeri terlokalisasi di vertex, oksipital, di belakang bola mata
dan di daerah mastoid
• lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis
2. SINUSITIS SUBAKUT
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya
(demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda.
3. SINUSITIS KRONIS
• Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada hidung dan sekret pasca
nasal (post nasal drip) yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya
sedikit tersumbat.
• Gejala laring dan faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan.
• Gejala telinga berupa pendengaran terganggu oleh karena terjadi
sumbatan tuba eustachius.
• Ada nyeri atau sakit kepala.
• Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.
• Gejala saluran nafas berupa batuk dan komplikasi di paru berupa
bronkhitis atau bronkhiektasis atau asma bronkhial.
• Gejala di saluran cerna mukopus tertelan sehingga terjadi gastroenteritis.
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
1. Rhinoskopi anterior : mukosa konka hiperemis dan hipertrofi,
sekret purulen, bau +/-, septum deviasi +/-
2. Rhinoskopi posterior : post nasal drip
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos
• Posisi waters dengan dagu dan hidung menempel pada film.
Untuk sinus maksilaris, frontalis
• Posisi caldwell (anteroposterior) dengan hidung dan dahi yang
menempel pada film. Untuk sinus frontalis dan ethmoidalis
• Foto lateral berguna untuk sinus sphenoid
Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa
• Penebalan mukosa,
• Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)
• Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang
dapat dilihat pada foto waters.
Nafas berbau + - -
Medikamentosa
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM
(komplek osteo meatal)
Antibiotik spektrum luas, dekongestan, mukolitik,
analgetik
Pembedahan
Tatalaksana pembedahan yang dilakukan ada
beberapa cara, antara lain : bedah sinus endoskopi
fungsional, operasi Caldwell-Luc, etmoidektomi eksternal,
trepinasi sinus frontal dan irigasi sinus.
a. Komplikasi Orbita
selulitis preseptal, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses
orbita, dan trombosis sinus kavernosus.
b. Komplikasi Intrakranial
Komplikasi intrakranial dapat berupa meningitis, abses subdural,
abses intraserebri , dan trombosis sinus kavernosus
c. Osteomielitis dan Abses Subperiosteal
Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral
atau fistula pada pipi (Mangunkusumo, 2010).
d. Kelainan Paru
Kelainan paru akibat komplikasi rinosinusitis yaitu seperti bronkitis
kronik dan bronkiektasis.
Karena sifatnya yang menetap, sinusitis kronik yang tidak
diobati dapat mengurangi kualitas hidup dan produktivitas
bagi penderita yang terkena. Pengobatan dini dan adekuat
pada sinusitis biasanya menghasilkan hasil yang memuaskan.
• American Medical Association . 2009 . Diakses melalui www.alison-
burke.com pada pukul 19.00 tanggal 01 Oktober 2015
• Brook, Itzhak. 2015. Chronic Sinusitis. Diakses melalui
http://emedicine.medscape.com/article/232791-overview#a6 pukul
7.55 tanggal 01 Oktober 2015
• Higler, Peter A. 1997. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. Jakarta :
EGC
• Junqueira . 2007. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi 10 . Jakarta :
EGC
• Mangunkusumo E, Soetjipto D. 2007. Sinusitis. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Jakarta : FKUI
• Pletcher SD, Golderg AN , 2003 . The diagnosis and treatment of
sinusistis . Vol 3 No.9 . Page 495-505
• Singh, Ameet. 2013. Paranasal Sinus Anatomy. Diakses melalui
http://emedicine.medscape.com/article/1899145-overview pada
pukul 18.30 tanggal 01 Oktober 2015
• Vartanian, A John. 2014. CT Scan of the Paranasal Sinuses. Diakses
melalui http://emedicine.medscape.com/article/875244-overview
pada pukul 09.15 tanggal 01 Oktober 2015