You are on page 1of 41

CASE REPORT

SINUSITIS
Oleh:
Tia Syalita 1102011278
Vicianty Meista Sari 1102011288

Pembimbing :
Dr.Ilham Priharto, Sp.THT-KL

Kepaniteraan Departemen THT


RSUD Dr Drajat Prawiranegara , Serang
September 2015
IDENTITAS
• Nama : An. R
• Usia : 17 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Siswa
• Tanggal masuk RS : 1-10-2015
KELUHAN UTAMA
• Nyeri pada daerah mata, hidung dan dahi kiri sejak 3 bulan
SMRS

KELUHAN TAMBAHAN
• Pilek (sekret berbau dan berwarna putih kental)
• Bindeng (rinolalia)
• Sulit bernafas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah mata,
hidung dan dahi kiri sejak 3 bulan SMRS. Keluhan disertai
cairan dari hidung berwarna putih kental dan berbau, hidung
tersumbat, bindeng, dan kadang terdapat sekret yang tertelan
dari hidung, serta terdapat penurunan penciuman. Selain itu
pasien juga mengeluh nyeri kepala yang lebih dirasakan pada
pagi hari. Pasien mengatakan tidak terdapat gangguan
pendengaran, suara berdengung (-), rasa pusing berputar (-),
rasa nyeri dalam telinga (-), keluar cairan telinga (-). Pasien
juga mengaku tidak pernah mengalami radang tenggorokan,
namun terdapat gigi berlubang pada geraham atas kanan.
Pasien juga mengatakan tidak pernah memiliki kebiasaan
berenang, dan tidak pernah mengalami trauma pada daerah
wajah.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Sakit gigi (+)
• Rhinitis alergi (-)
• Trauma wajah (-)
• Sakit tenggorokan (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Rhinitis alergi (-)
• Hipertensi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis

TANDA VITAL
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Frekuensi nasi : 68 x/menit
• Frekuensi napas : 20 x/menit
• Suhu : 36,4 C
TELINGA

Pemeriksaan telinga Telinga kanan Telinga kiri


Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, nyeri tekan batas normal, nyeri tekan
tragus (-), hiperemis (-), tragus (-), hiperemis (-),
hematoma (-) hematoma (-)

Liang telinga Liang telinga lapang, Liang telinga lapang,


Serumen (+), hiperemis (-), Serumen (+), hiperemis (-),
edem (-), sekret (-), otorrhoe edem (-), sekret (-), otorrhoe
(-). (-).

Membran timpani Utuh, cone of light (+) jarum Utuh, cone of light (+) jarum
jam 5. jam 7.
HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
•Inspeksi : Bentuk hidung normal, inflamasi (-), nyeri tekan (+), deformitas (-).
Dahi, sekitar mata, dan pipi tidak terdapat sikatrik (-) edem (-).

Rhinoskopi anterior Kavum nasi dextra Kavum nasi sinistra

Vestibulum nasi Terdapat bulu hidung, Terdapat bulu hidung,


hiperemis (-). hiperemis (-).

Septum nasi Deviasi (-), deformitas Deviasi (-), deformitas (-


(-), hematoma (-). ), hematoma (-).

Konka nasalis media & Hipertrofi (+), hiperemis Hipertrofi (+), hiperemis
inferior (+). (+).
Meatus nasalis media & Sekret serous (+), polip Sekret serous (+), polip
inferior (-), darah (-). (-), darah (-).
TENGGOROKAN
Bibir Normal

Mulut Normal

Gigi Normal

Lidah Normal

Uvula Bentuk normal, hiperemis (-), edem (-), membran normal.

Palatum mole Ulkus (-), hiperemis (-).

Kanan Kiri

Arcus anterior Hiperemis (-), edem (-). Hiperemis (-), edem (-).

Arcus posterior Hiperemis (-), edem (-). Hiperemis (-), edem (-).

Tonsila palatina T1, warna merah muda, T1, warna merah muda,
edem (-), detritus (-), kriptus edem (-), detritus (-), kriptus
melebar. melebar.
Faring Hiperemis (-), edem (-), reflek Hiperemis (-), edem (-), reflek
muntah (+), membran (-). muntah (+), membran (-).
LEHER
• Pembesaran KGB leher (-), nyeri tekan (-)

GIGI
Karies gigi geraham lengkap

Karies gigi geraham karies gigi geraham


• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium : belum dilakukan pemeriksaan
• Foto sinus paranasal : belum dilakukan pemeriksaan

DIAGNOSIS KERJA
• Suspek sinusitis paranasal

PENATALAKSANAAN
• Rencana sinusektomi
EDUKASI
• Hindari makanan dan minuman yang dingin, pedas dan
berminyak
• Jangan sering mengucek hidung
• Jangan terlalu sering berenang
• Jika memiliki alergi usahakan hindari paparan dari alergen
tersebut.
• Sinus paranasal ini dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis
dan sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteumdi
bawahnya.
• Mukus yang dihasilkan didalam rongga-rongga ini terdorong ke
dalam hidung sebagai akibat dari aktivitas sel-sel bersilia.
Fungsi sinus paranasal adalah :
· Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus
terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan.
· Sebagai pengatur udara (air conditioning).
· Peringan cranium.
· Resonansi suara.
· Membantu produksi mukus.
• DEFINISI
peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis
maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis
sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut
multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut
pansinusitisl
ETIOLOGI
 infeksi dari hidung (rinogen) , gigi dan gusi (dentogen) ,
faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun
jarang
 trauma langsung
 berenang atau menyelam

Faktor predisposisi
 kelainan anatomi hidung
 hipertrofi konka
 polip hidung
 rinitis alergi
 Penyebab lain adalah infeksi jamur, infeksi gigi, dan yang
lebih jarang lagi fraktur dan tumor
KLASIFIKASI
Secara klinis sinusitis dibagi atas:
• Akut : berlangsung hingga 4 minggu
• Subakut : berlangsung hingga 12 minggu
• Kronik : berlangsung hingga lebih dari 12 minggu dan dapat
berlanjut dalam hitungan bulan atau tahun
• Berulang : terdapat beberapa serangan dalam satu tahun

Berdasarkan penyebabnya sinusitis :


• Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala
sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat
menyebabkan sinusitis
• Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering
menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar
dan molar)
Etiologi / faktor
Terbentuk KOM
predisposisi

Mukosa saling bersinggungan .


Silia tiidak dapat bergerak.
Sekret menumpuk.

Tekanan negatif rongga


sinus Nyeri

Transudasi.
Penghambatan drainase sinus.

Bakteri mudah Kuman menyebar ke


Sekret purulen
berkembang saluran pernapasan

Sekret bau Batuk


1. SINUSITIS AKUT

a) Sinusitis Maxillaris
• nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke
alveolus hingga terasa di gigi
• nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga
• nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk
• Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau
busuk

b) Sinusitis Ethmoidalis
• nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius
• nyeri dibola mata atau belakangnya, terutama bila mata digerakkan
• Nyeri alih di pelipis
• Post nasal drip
c) Sinusitis Frontalis
• nyeri kepala yang khas
• nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan
memburuk menjelang tengah hari
• Dahi terasa nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat
pembengkakan supra orbita

d) Sinusitis Sfenoidalis
• nyeri terlokalisasi di vertex, oksipital, di belakang bola mata
dan di daerah mastoid
• lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis
2. SINUSITIS SUBAKUT

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya
(demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda.

3. SINUSITIS KRONIS
• Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada hidung dan sekret pasca
nasal (post nasal drip) yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya
sedikit tersumbat.
• Gejala laring dan faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan.
• Gejala telinga berupa pendengaran terganggu oleh karena terjadi
sumbatan tuba eustachius.
• Ada nyeri atau sakit kepala.
• Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.
• Gejala saluran nafas berupa batuk dan komplikasi di paru berupa
bronkhitis atau bronkhiektasis atau asma bronkhial.
• Gejala di saluran cerna mukopus tertelan sehingga terjadi gastroenteritis.
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
1. Rhinoskopi anterior : mukosa konka hiperemis dan hipertrofi,
sekret purulen, bau +/-, septum deviasi +/-
2. Rhinoskopi posterior : post nasal drip
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos
• Posisi waters dengan dagu dan hidung menempel pada film.
Untuk sinus maksilaris, frontalis
• Posisi caldwell (anteroposterior) dengan hidung dan dahi yang
menempel pada film. Untuk sinus frontalis dan ethmoidalis
• Foto lateral berguna untuk sinus sphenoid
Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa
• Penebalan mukosa,
• Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)
• Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang
dapat dilihat pada foto waters.

WATERS LATERAL CALDWELL


2. CT Scan
• CT Scan adalah pilihan untuk sinusitis kronik, tapi tidak untuk
sinusitis akut.
• Kelebihan : mampu memberi gambaran sinus pada rinosinusitis
kronis yang gejalanya tidak sesuai dengan pemeriksaan klinis.
Dapat melihat sinus secara bilateral.
• Kelemahan : sulit membedakan rinosinusitis dengan infeksi virus
saluran pernafasan bagian atas
• Indikasi : pasien yang disertai komplikasi sinusitis (Neurologic
symptoms, diplopia, pembengkakan periorbital atau facial
dengan atau erythema disertai penyakit yang berat, nyeri mid-
head)
CT Scan
3. Pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret dari meatus
medius atau meatus superior dan dilakukan kultur.

4. Nasoendoskopi bermanfaat untuk konfirmasi diagnosis sekaligus


mendapatkan sekret dari meatus media untuk dikultur pada acute
bacterial rhinosinusitis (ABRS).

5. Sinoskopi dapat dilihat keadaan dalam sinus, apakah ada


sekret, polip, jaringan granulasi, massatumor atau kista dan
bagaimana keadaan mukosa dan apakah osteumnya terbuka.
Gejala Sinusitis Rinitis Alergi ISPA
Nyeri wajah + +/- -

≥10 hari sampai tahunan, Tidak pasti, kambuh bila


Waktu 10-14 hari
biasanya hilang timbul terdapat pajanan alergen

Kental, purulen, berwarna putih- Kental/encer, bening


Sekret Encer, serosa, bening
kuning-hijau atau putih-kuning-hijau

Ada, karena sekret yang sangat


Post nasal drip Jarang Jarang
kental
Demam ++ + ++
Batuk ++ - +/-

+ (bertambah ketika menunduk,


nyeri spesifik sesuai sinus yang
Sakit kepala - +/-
meradang, biasanya timbul pagi
hari)

Sakit gigi + (pada sinusitis maxillaris) - -

Nafas berbau + - -
Medikamentosa
 Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM
(komplek osteo meatal)
 Antibiotik spektrum luas, dekongestan, mukolitik,
analgetik

Pembedahan
Tatalaksana pembedahan yang dilakukan ada
beberapa cara, antara lain : bedah sinus endoskopi
fungsional, operasi Caldwell-Luc, etmoidektomi eksternal,
trepinasi sinus frontal dan irigasi sinus.
a. Komplikasi Orbita
selulitis preseptal, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses
orbita, dan trombosis sinus kavernosus.
b. Komplikasi Intrakranial
Komplikasi intrakranial dapat berupa meningitis, abses subdural,
abses intraserebri , dan trombosis sinus kavernosus
c. Osteomielitis dan Abses Subperiosteal
Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral
atau fistula pada pipi (Mangunkusumo, 2010).
d. Kelainan Paru
Kelainan paru akibat komplikasi rinosinusitis yaitu seperti bronkitis
kronik dan bronkiektasis.
 Karena sifatnya yang menetap, sinusitis kronik yang tidak
diobati dapat mengurangi kualitas hidup dan produktivitas
bagi penderita yang terkena. Pengobatan dini dan adekuat
pada sinusitis biasanya menghasilkan hasil yang memuaskan.
• American Medical Association . 2009 . Diakses melalui www.alison-
burke.com pada pukul 19.00 tanggal 01 Oktober 2015
• Brook, Itzhak. 2015. Chronic Sinusitis. Diakses melalui
http://emedicine.medscape.com/article/232791-overview#a6 pukul
7.55 tanggal 01 Oktober 2015
• Higler, Peter A. 1997. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. Jakarta :
EGC
• Junqueira . 2007. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi 10 . Jakarta :
EGC
• Mangunkusumo E, Soetjipto D. 2007. Sinusitis. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Jakarta : FKUI
• Pletcher SD, Golderg AN , 2003 . The diagnosis and treatment of
sinusistis . Vol 3 No.9 . Page 495-505
• Singh, Ameet. 2013. Paranasal Sinus Anatomy. Diakses melalui
http://emedicine.medscape.com/article/1899145-overview pada
pukul 18.30 tanggal 01 Oktober 2015
• Vartanian, A John. 2014. CT Scan of the Paranasal Sinuses. Diakses
melalui http://emedicine.medscape.com/article/875244-overview
pada pukul 09.15 tanggal 01 Oktober 2015

You might also like