You are on page 1of 42

Perkembangan jiwa

pada anak dan gangguan


psikiatri pada anak

dr. budi pratiti, SpKJ


Pemahaman & tujuan
 Deteksi dini perkembangan gangguan mental emosional
pada anak (dibawah usia 6 tahun )
 Gangguan Emosi dan tingkah laku pada anak
 Pelayanan Kesehatan Mental pada
Anak dan Remaja
(Ilmu Kedokteran Jiwa/Psikiatri)
 Meningkatkan kwalitas penanganan kesehatan mental
pada anak dan remaja
 Meningkatkan kesadaran, perhatian petugas
kesehatan,dokter, masyarakat pada umumnya (orang
tua, guru) terhadap kesehatan mental anak dan remaja
 Area perkembangan mental pada anak
Faktor2 yang berpengaruh pada
perkembangan jiwa anak
 Tinjauan Bio-Psiko- sosial
 Tinjauan Ilmiah, ilmu perkembangan
jiwa anak :
- Perkembangan psikososial (Erikson)
- Perkembangan Psikoseksual (Freud)
- Perkembangan Kognitif ( Piaget )
Perkembangan Psikososial
(Erikson)

Erikson
tiap tahap perkembangan manusia
dipengaruhi oleh unsur-unsur yang
ada dalam masyarakat.

 Ada 8 fase perkembangan Erikson, sejak


bayi sampai usia lanjut
( disini hanya dibahas 3 fase )
1. Masa bayi usia 0 – 1,5 th (Erikson)
 Sebagai fase perkembangan ‘rasa aman
dan rasa percaya yang mendasar’
(basic trust)
- Hubungan utama melalui mulut /
menyusu.
- Segala hal yang menghambat
rasa aman (menyusu) akan
berpengaruh terhadap rasa tidak aman dan
tidak percaya terhadap lingkungannya.
Gangguan yang dapat timbul pada
fase ‘basic trust’

 Membentuk kepercayaan
 Kesulitan makan (gangguan makan)
 Iritabilitas pada anak
 Cemas,rasa takut pada anak,sikap
seolah ingin selalu melekat pada ibu,
menolak lingkungan.
 Dewasa : pribadi
dependent/tergantung
2. Masa balita usia 1,5 – 3 th
(Erikson)
 Fase perkembangan kemampuan
‘otonomi diri’
- dengan proses pematangan fisik/tumbang
- anak mulai menyadari, dapat mengatur
diri
sendiri (dia berjalan sendiri, mengambil
sendiri yang diinginkan)
- Bila tak diberi kesempatan pd fase
perkembangan ini anak akan muncul rasa
ragu-ragu, malu, pengekangan diri yang
berlebihan.
Lanjutan fase otonomi

 Fase otonomi menentukan dasar


tercapainya :
- keseimbangan rasa cinta dan benci
- sikap kooperatif dan keinginannya
sendiri
- bebas berekspresi
- pengekangan diri
2. Masa balita usia 1,5 – 3 th
(Erikson)
 Fase perkembangan kemampuan
‘otonomi diri’
- dengan proses pematangan fisik/tumbang
- anak mulai menyadari, dapat mengatur
diri sendiri (dia berjalan sendiri,
mengambil sendiri yang diinginkan)
- Bila tak diberi kesempatan pd fase
perkembangan ini anak akan muncul rasa
ragu-ragu, malu, pengekangan diri yang
berlebihan.
Lanjutan fase otonomi

 Fase otonomi menentukan dasar


tercapainya :
- keseimbangan rasa cinta dan benci
- sikap kooperatif dan keinginannya
sendiri
- bebas berekspresi
- pengekangan diri
Penyimpangan yang dapat terjadi
pada fase otonomi :
 Temper tantrum
 Tingkah laku sadistik
 Tingkah laku menentang dan keras
kepala
 Gangguan hubungan dengan orang
lain, agresi, enuresis.
 Obsesif kompulsif, curiga.
Perkembangan Psikoseksual
Freud
Perkembangan ini mempunyai peranan yang
besar terhadap perkembangan
kepribadian.
1. Fase Oral, usia 0 – 2 th
Perasaan aman dan percaya diungkapkan
melalui pemuasan oral.
Bila terjadi hambatan pd fase ini maka
‘ terjadi fiksasi pada fase oral’,
berkembang menjadi adiksi pd fase oral
Lanjutan teori Freud

 Fase Anal, usia 2-3 atau 4 th.


Masa toilet training yang terhambat, dapat
terjadi kepribadian yang pelit, kaku, obsesif
kompulsif.
 Fase Oedipal/ phalic, usia 3 atau 4-6
th.
Anak melihat perbedaan antara laki-laki
dan perempuan.
Keadaan normal Anak perempuan akan
identifikasi dengan ibunya.
Perkembangan Kognitif ‘ Piaget’
Adalah kemampuan untuk menerima, mengubah
dan menggunakan berbagai informasi tentang
dunia sekitarnya.
1. Fase Sensori motor, usia 0-1,5 th / 2 th
reflek2 dasar otomatik,bayi dpt
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
sensori motor.
2. Fase Praoperasional, usia 2 – 7 th
Kemampuan berfikir anak dengan
menggunakan simbol-simbol ( mis: simbol
angka 2 dll ).
Macam2 Gangguan dalam
psikiatri pada anak
Gangguan Pemusatan perhatian dan hiperaktifitas
(ADHD)
 Gangguan Autisme (ASD)
 Gangguan perkembangan bicara dan bahasa
 Gangguan Depresi pada anak
 Gangguan Cemas Perpisahan pada anak
 Gangguan makan masa bayi dan kanak awal
 Enurisis ( ngompol )
 Retardasi mental
 Kesulitan belajar/ Gangguan belajar pada anak
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH)
(ADHD : attention defisit and hiperactivity disorder)

 Gangguan mental yang dimulai pada


anak usia sekolah, dapat terlihat
gejalanya di usia 3 – 4 tahun
 Prevalensi : 3 – 11 % populasi masyr
- 15,3 % tipe inatensi
- 2,2 % tipe hiperaktif &
impulsiv
- 5,3 % tipe campuran
….ADHD
 Penyebab :
- Gangguan neurotransmitter
monoamin dan dopamin di otak.
- Saudara kandung ADHD > risiko
ADHD pd saudara lain.
- Komplikasi kehamilan.
Gambaran Klinis
 Awitan (onset)
- dimulai pada usia 3-4 th.
- sering tidak disadari/tidak dikenali.
- Orang tua baru menyadari setelah anak
mengalami kesulitan di sekolah.
 Untuk membuat diagnosis :
membutuhkan laporan/ data emosi dan
perilaku anak baik dirumah maupun
disekolah, data dari guru, pengasuh, teman
sepermainan.
Gejala klinis Utama
 Inatensi :
anak kesulitan dalam mengikuti pelajaran
di kelas walaupun kecerdasannya memadai
 Hiperaktif dan impulsiv :
- banyak bergerak
- tidak bisa duduk diam
- sangat ceroboh
- banyak melamun
- respon emosi labil dan iritabel.
…..Hiperaktiv dan impulsiv

hiperaktiv dan impulsif :


- Tampak tidak sabar dalam segala
aktivitas, mis : sangat tidak sabar
menunggu giliran
- Rentan terhadap terjadinya kecelakaan
- Sering diberi ‘label’ : anak
bandel,nakal,usil,malas,tidak mau
sekolah, sembrono, melanggar.
Dampak lain pada anak Hiperaktiv
 Perilaku antisosial
 Kesulitan membaca / sekolah
 Gangguan mood / emosi
 Kecerobohan dalam hubungan sosial.
Tata laksana ADHD
 Terapi perilaku ( multi disiplin profesi )
 Pemberian psikostimulan:
- metil phenidat 0,3 – 1 mg / kg BB, 2
kali/hr
- dextroamphetamin 0,15 – 0,5 mg/kg BB,
2X
- klonidin 0,1 mg, 3 – 4 kl/hr
 Modifikasi terapi perilaku di sekolah
( hadiah/pujian, hukuman ringan yg sesuai )

Diberikan dan dimonitor dalam dosis dan kemajuan gangguan


serta tapering terapi
TERAPI PERILAKU ADHD

 Perilaku inatensi :
- perlakukan anak sesuai kebutuhannnya
misal anak belum selesai mengerjakan PR ,
tanyakan dng pendekatan mengapa, lalu
bagaimana selanjutnya ?.
- Ajarkan disiplin dengan penuh pengertian,
dalam belajar bahan2 sekolah, misal : lihat
PR sepulang sekolah, kerjakan sebentar
dengan di tunggu
- PERLU EDUKASI TERAPI ( guru PLB? )
…..LANJUTAN TERAPI PERILAKU

 Keinginan anak tidak semata-mata dihambat


 Berikan daftar / urutan pekerjaan / tugas yg perlu
dikerjakan
 Pemberian reward & punishment yg sesuai, misal :
beri hadiah bila dia bisa mengerjakan sesuatu, tunda
hadiah bila belum bisa.
 Pujian dan penghargaan yg tidak
berlebihan (?)
 Bicarakan dng keluarga untuk pemberian OBAT
PERILAKU IMPULSIF
 Melatih disiplin untuk tindakan2 impulsif,
misal : ajarkan ketrampilan ketlatenan dan
ketelitian dng ditunggu/didampingi.

 KESIMPULAN :
Edukasi terapi, terapi keluarga, okupasi
terapi,farmako terapi (obat).
Farmako terapi yang benar dan tepat
(Farmako terapi adalah BUKAN
KETERGANTUNGAN
Gangguan AUTIS
 Merupakan gangguan perkembangan
pervasif
 Prevalensi :
4 – 5 per 10.000, laki-laki > perempuan.
 Penyebab :
organik, genetik, faktor ibu yang tidak
responsif terhadap kebutuhan emosional
anak merupakan faktor risiko.
Sindrom fragil X.
.. LANJUTAN aUTIS

 Awitan ( onset )
- Sebelum usia 3 tahun
- Tidak disadari pada usia 12 - 18
bulan kesulitan berbahasa/ bicara.
- Anaknya tenang dan tidak rewel (?)
Gejala Klinis Utama, ANAK
AUTISM
 Keterlambatan dalam berinteraksi
sosial
 Keterlambatan dalam komunikasi
 Terdapat keanehan (stereotipy)
dalam perilaku,sikap,ketertarikan.
Pedoman diagnosis, autism
 Usia kurang dari 3 th ‘tumbang’ normal
 Usia diatas 3 th terjadi Gg interaksi
sosial,komunikasi,sikap2 trereotipi.
 Hambatan Interaksi sosial: tidak merespon
untuk bertatap muka
 Hambatan dalam kemampuan berbahasa,
permainan imaginatif dan imitasi
sosial,kurang respon terhadap ungkapan
verbal dan non verbal
 Stereotipi sikap, perilaku,ketertarikan
Penatalaksanaan Anak Autis
 Pendekatan edukasi / terapi belajar
(PLB), intensif dan terstruktur, terapi
bicara,bahasa,ketrampilan.
 Terapi perilaku (OT), menstabilkan
perilaku yang tidak diinginkan agar
menjadi stabil
 Farmakoterapi (dr), untuk
menghilangkan perilaku agresif dan
impulsif.
--
Farmako terapi:
bicarakan dengan keluarga maksud
dan tujuan pemberian obat yi, :
 untuk menghilangkan perilaku stereotipi
agar mudah diajarkan dalam pelaksanaan
OT(okupasi terapi),ET (edukasi terapi) atau
mengatasi ketidak stabilan emosi dan
tingkah laku yg mengganggu dirumah.
 Hati2 dalam pemberian obat pd anak.
 Haloperidol, risperidon, terapi ajuvan
vitamin (vit B 6 )
Depresi pada anak
 Termasuk kelompok gangguan mood/gangguan
perasaan
 Prevalensi :
- usia prasekolah 0,3 – 0,9 %
- usia sekolah 2%
- di rumah sakit : anak 20%,remaja 40%
 Etiologi
Biologis : tumor,infeksi dll.
Psikologis:orangtua depresi, penuh konflik, kurang
perhatian, bersikap keras, penuh tekanan.
Gejala Klinis Utama
 Perasaan depresif : murung , mudah marah, cemberut.
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Kurang energi, mudah lelah,kurang aktifitas

GEJALA LAIN :
 Konsentrasi dan perhatian kurang,
 Tidak percaya diri, Gg tidur,
 Rasa bersalah, nafsu makan kurang,
 Pandangan masa depan suram, rasa ingin mati.
Gejala klinis sesuai Usia
 Usia 1 – 3 th :
gelisah, iritabel, tidak mudah ditenangkan.
tidak suka bermain, nafsu makan berkurang, sulit
tidur, mudah terbangun,mimpi buruk, pertumbuhan
terhambat

 Usia 3 – 6 th :
Tampak sedih, mudah menangis, mudah marah, tidur
mudah terganggu, menolak diasuh, keluhan somatik,
ingin mati, tidak ingin bermain, merasa tidak
berharga, menghindar dari sosial.
Tata Laksana
 Psikoterapi ( supportif ), bombongan,pujian
 Psikofarmaka :
- bicarakan dengan keluarga tujuan
pemberian obat,
jenis antidepresan ssri bila diperlukan:
fluoxetin, imipramin
Obat efektif dalam 3 minggu.Evaluasi
kembali, Apakah perlu dirujuk ?
Gangguan Cemas Perpisahan
 Biasanya berhubungan dengan kedekatan
dengan orang dirumah : pengasuh,
orangtua.
 Riwayat perpisahan masa kanak.
 Ancaman kehilangan orangtua/tokoh
orangtua

 Gejala Utama:
- kekhawatiran berlebih pd anak, ketakutan
- berakibat menolak sekolah
- keluhan somatik
Tata laksana cemas pd anak
 Terapi keluarga,
membantu orangtua/keluarga akan
kebutuhan cinta dan suportif yang
konsisten
 Terapi perilaku,
anak ‘didorong’/ dibujuk pelan2 utk kembali
ke sekolah, tidak dipaksa.
 Terapi bermain,
empati pd anak akan keberadaannya
--
 Farmako terapi :
- anti cemas derivat benzodiazepin
diberikan
dengan penuh pertimbangan dan evaluasi
teliti dari dokter.
- Utamakam terapi perilaku dan suportif
terapi.
Gangguan lainnya pada anak
 Gangguan makan pd bayi dan masa
anak awal
 Enuresis (ngompol) pd anak
 Retardasi mental pd anak
 Gangguan bicara dan bahasa pada
anak
 Down syndrom
Retardasi Mental
 Keadaan perkembangan mental yang
terhenti atau tidak lengkap pada anak
 Keterlambatan ketrampilan pd masa
perkembangan
 Berakibat pd kognitif,
bahasa,motorik,sosial
Macam-macam RM
 RM ringan : mampu didik,
IQ 50 – 55 hingga 70.
RM sedang : mampu latih,
IQ 35 – 40 hingga 50 – 55.
 RM berat : dirawat,
IQ 20 – 25 hingga 35 - 40
 RM sangat berat : dng gejala neurologis
berat, IQ 20 – 25
Penanganan RM
 RM ringan : dapat sekolah di sekolah umum
dengan bimbingan tambahandalam belajar.
 RM sedang : latihan ketrampilan khusus
sesuai kesenangan anak misal : latihan
memasak, berkebun dll.
 RM berat : terapi neurologi, ADL sebatas
dia bisa ( sangat minimal )
 RM sengant berat : perlu perawatan khusus

You might also like