You are on page 1of 35

STROKE NON HEMORAGIK

PEMBIMBING : DR. ARDIANSYAH, M.KES., SP.S


PENYUSUN : TABITA NUR AMALINA
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R
Usia : 60 tahun
Alamat : Magelang
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 29-09-2017
Tanggal Pulang : 02-10-2017
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Mendadak mengalami penurunan kesadaran dan
lemah anggota gerak kanan, bicara pelo.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Tidar Magelang dengan
keluhan tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran.
Setelah sadar, pasien merasakan kelemahan anggota gerak
kanan. Keluhan disertai dengan bicara pelo dan pasien
merasa pusing. Mulut pasien tampak perot ke sebelah kiri.
Sebelumnya pasien juga merasa mual dan muntah. Pasien
mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma(-)
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat obesitas (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi (-)


Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat Sosial

 Pasien bukan merupakan seorang perokok.


 Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan
disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK

Tekanan darah : 170/110 mmHg


Nadi : 60 x/menit
Napas : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Internus
KEPALA
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
 Hidung : tak ditemukan kelainan
 Telinga : tidak ditemukan kelainan
 Leher : KGB tak teraba
THORAX
 Sesak nafas (-)
 SDV +/+
ABDOMEN
 Inspeksi : tak tampak membuncit
 Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus (+) Normal
Status Neurologis
1. Kesadaran
Compos Mentis
2.Nervus Kranialis
Nervus I : penciuman baik
Nervus II : pupil isokhor, diameter 2mm/2mm,
reflek cahaya +/+
Nervus III,IV,VI : ptosis (-), gerakan bola mata bebas ke segala arah,
Nervus V :buka mulut (+), mengigit (+), menguyah (+),
menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan (+)
Nervus VII : sisi wajah kanan datar,
menutup mata +/+, mengerutkan dahi (+), plica
nasolabialis kanan sedikit datar
Nervus VIII : fungsi pendengaran baik
Nervus IX : sengau (-)
Nervus X : tidak ada gangguan menelan
Nervus XI : dapat mengangkat bahu kiri dan kanan
Nervus XII : deviasi lidah ke kanan (+)
Motorik dan Sensorik

Motorik : KO. 555/555


555/555

Sensorik : Sensibilitas halus dan kasar baik


kiri dan kanan
Refleks

Refleks Fisiologis
Patella : +/+
Bisep : +/+
Trisep : +/+

Refleks Patologis
Babinski :+/-
Chaddock : +/-
Hoffmen trommer :+/-
DIAGNOSIS

 Diagnosis klinis : Hemiparesis dextra


 Diagnosis topis : ganglia basalis thalamus
sinistra
 Diagnosis etiologis : Stroke Non Hemoragik
TATA LAKSANA

Awal (di IGD)


 Infus Asering
 Injeksi Piracetam 3x3gr
 Injeksi Citicolin 3x500 mg
 Amodipine 10mg 1x1
Hari selanjutnya (di bangsal G)
 Infus Asering
 Injeksi Piracetam 3x3gr
 Neurodex 1x1
 Miniaspi 1x1
DEFINISI

Stroke didefinisikan sebagai penyakit yang


disebabkan oleh gangguan peredarah darah di otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik
baik lokal maupun global yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang dapat menyebabkan kematian.
EPIDEMIOLOGI

 Insidens 200 per 100.000 penduduk per tahun.


 Insiden meningkat dengan bertambahnya usia.
 Perbandingan penderita pria dan wanita hampir sama.
 Prevalensi stroke 800 per 100.000 penduduk dari berbagai jenis penyakit
susunan saraf lainnya.
ANATOMI
ETIOLOGI

Emboli
Sumber emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis
akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik.
Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari “plaque atherosclerotique” yang berulserasi atau
thrombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul
pada daerah leher
Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis dan percabanganya) dan
pembuluh darah kecil. Tempat terjadinya trombosis yang paling
sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada
daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

1) Defisit motorik
Paralisis pada salah satu sisi atau hemiplegia karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
2) Defisit komunikasi
Difungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan dengan disartria, afasia,
apraksia.
3) Defisit persepsi sensori
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi, meliputi disfungsi persepsi visual,
gangguan hubungan visual-spasial, kehilangan sensori.
4) Defisit fungsi kognitif dan efek psikologi
Disfungsi ini ditunjukkan dalam lapang pandang terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa, dan kurang motivasi
5) Defisit kandung kemih
Kerusakan kontrol motorik dan postural menyebabkan penderita pasca stroke
mengalami ketidakmampuan menggunakan urinal, mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi. Tonus otot meningkat dan refleks tendon kembali, tonus
kandung kemih meningkat, dan spastisitas kandung kemih dapat terjadi.
FAKTOR RESIKO

1.Faktor yang tidak bisa


dimodifikasi :
 Usia
 Jenis kelamin
 Genetik
2. Faktor yang bisa dimodifikasi
a. Gaya Hidup b. Fisiologi
 Merokok  Hipertensi
 Diet  Penyakit jantung
 Alkoholik  Diabetes mellitus
 Obat-obat  Gangguan ginjal
 Obesitas
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis
Anamnesis terutama mengenai gejala awal, waktu awitan,
aktivitas penderita saat serangan, gejala seperti nyeri
kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan
(hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta
faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain).
Pemeriksaan Fisik
meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan
suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya
cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis,
dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal
jantung kongestif). Pemeriksaan thoraks (jantung
dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neurologis dan skala stroke.
Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan
saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem
motorik, sikap dan cara jalan refleks, koordinasi,
sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang
dianjurkan saat ini adalah NIHSS.
PENATALAKSANAAN
Terapi Operatif
dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi
konservatif , bila terjadi gangguan sensorik yang berat, atau adanya atrofi otot-
otot thenar.
PENCEGAHAN

1. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetisi, getaran


peralatan tangan pada saat bekerja.
2. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
3. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan.
4. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta
mengupayakan rotasi kerja.
DIAGNOSIS BANDING

 Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher


diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik
sesuai dermatomnya.
 Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain
otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan
lengan bawah.
 Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di
telapak tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak
tangan tidak melalui terowongan karpal.
 de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor
pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan
yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan
tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor
ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline on the Treatment of


Carpal Tunnel Syndrome. 2008.
2. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline On The Diagnosis
of Carpal Tunnel Syndrome. 2007.
3. Jagga, V. Lehri, A et al. Occupation and its association with Carpal Tunnel syndrome- A
Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. 2011. Vol. 7, No. 2: 68-78.
4. Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita
Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.
2008. Vol. 3, No. 1.
5. Joseph J. Biundo, and Perry J. Rush. Carpal Tunnel Syndrome. American College of
Rheumatology. 2012.
6. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. 2009.
7. Huldani. Carpal Tunnel Syndrome. Banjarmasin: Unlam. 2013.
8. Carpal Tunnel Syndrome.
9. (online:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54961/Chapter%20II.pdf?
sequence=3 tanggal 9 Oktober 2017)
10. Carpal Tunnel Syndrome.
11. (online: http://digilib.unila.ac.id/6517/15/BAB%20II.pdf tanggal 9 Oktober 2017)
12. Latov, Norman. Peripheral Neuropathy. New York: Demos Medical Publishing. 2007.
13. Bachrodin, Moch. Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. 2011. Vol.7 No. 14.
AlhamduliLlaah

You might also like