You are on page 1of 32

TUGAS

KELOMPOK II
ASKEP KLIEN DENGAN DEGENERATIF SISTEM
PERSYARAFAN
NAMA-NAMA KELOMPOK
 MEILAN DUWIT
 METLY DINALI

 MAKDALENA MOKOLOMBANG

 MARVIN WARBAL

 JESICA KORAH

 HIMIE TAMPOLI
1.1. LATAR BELAKANG

 Gangguan Neurologi merupakan suatu


kemunduran Biologis yang terjadi secara umum
dalam proses menua. Gangguan semacam ini
tidak dapat pungkiri karena semakin
bertambahnya usia maka akan terjadi
penurunan pada kemamuan fisik maupun secara
kognitif. Gangguan neurologi menempati angka
kematian tertinggi terutama pada Lansia.
Misalnya stroke di Amerika Serikat menempati
tempat ke tiga sebagai penyebab kematian
setelah penyakit jantung koroner dan penyakit
kanker tercatat setiap tahun tercapai 500.000
Stroke baru dan 200.000 dari pada yang
meninggal dunia.
TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM


SYARAF
Sistem persarafan terdiri dari otak, medula
spinalis, dan saraf perifer struktur-struktur ini
bertanggung jawab untuk control dan koordinasi
aktivitasi sel tubuh melalui inpuls-inpuls elektrik.
 2.1.1OTAK

 Otak dibagi menjadi tiga bagian besar :


serebrum, batang otak dan serebelum. Semua
berada dalam satu bagian struktur tulang yang
disebut tengkorak, yang juga melindungi otak
dari cedera.
 2.1.2 MENINGEN
 Meningen atau lapisan pelindung otak terdiri
dari plameter, lapisan arahmoid dan dura meter.
 2.1.3 SEREBRUM
 Serebrum terdiri dari 2 hemisfer dan 4 lobus
subtansia grisea terdapat pada bagian luar
dinding serebrum dan substansia alba menutupi
dinding serebrum bagian dalam. Sebagian besar
hemisfer serebri berisi jaringan sistem saraf
pusat (SSP) Keempat Lobus serebrum adalah :
 * Frontal

 * Parietal

 * Temporal

 * Oksipital
 2.1.4 DIENSEFALON
 o Talamus terdapat pada sisi inferior thalamus
dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi
dinding ventrikel ketiga
 2.1.5 BATANG OTAK

 Terletak pada fossa anterior dan terdiri


dari otak tengah, pons dan medulla oblongata.
Otak tengah menghubungkan pons dan
serebelum dengan hemisfer serebrum
 2.1.6 SEREBELUM
 Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian
terbesar kedua dari otak terdiri dari bagian sentral
terkonstriksi, vermis, dan dua massa lateral, hemisfer
serebelar. Serebelum bertanggung jawab untuk
mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan
otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan
yang diletuskan di suatu tempat di SSP
 2.1.7 MEDULA SPINALIS
 Korda jaringan otak yang terbungkus dalam kolumna
vertebrata yang memanjang dari medulla batang otak
sampai ke area vertebrata lumbal pertama disebut
medulla spinalis. Berfungsi mengendalikan berbagai
aktifitas refleks dalam tubuh. Dan menstransmisi impuls
ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden.
 Saraf-saraf spinal. Medulla spinalis tersusun dari 33 segmen yaitu 7 segmen servikal, 12 torakal, 5 lumbal,
5 sakral dan 5 segmen koksigius. Medulla spinalis mempunyai 31 pasang saraf spinal.
 SISTEM SARAF PERIFER
 A. Saraf Kranial
 1. Saraf Olfaktori ( CN I )
 2. Saraf Optik ( CN II )
 3. Saraf Okulomotor ( CN III)
 4. Saraf Troklear € CN IV )
 5. Saraf Trigeminal ( CN V)
 6. Saraf Abdusen ( CN VI )
 7. Saraf Fasial ( CN VII )
 8. Saraf Vestikbulokoklear ( CN VIII )
 9. Saraf Glosafaringeal ( CN IX)
 10. Saraf Vagus ( CN X)
 11. Saraf Aksesori Spinal ( CN XI )
 12. Saraf Hipoglosal ( CN XII )
 B. Saraf Spinal
 a. Saraf Servikal (8 pasang), C1 sampai C8
 b. Saraf Toraks (12 pasang), T1 sampai T12
 c. Saraf Lumbal (5 pasang), L1 sampai L5
 d. Saraf Sacral (5 pasang), S1 sampai S5
 e. Saraf Koksiks (satu pasang).
2.2. PEMERIKSAAN NEUROLOGIK

 Pemeriksaan neurologik dibagi menjadi 5 komponen, yaitu : fungsi serebral,


saraf-saraf kronial, sistem motorik, sistem sensorik dan status refleks.
 B. GLASGOW COMA SCALE
 Eye : Spontan 4
 Dengan perintah 3
 Dengan nyeri 2
 Tidak berespon 1
 Motorik: Dengan perintah 6
 Melokalisasikan nyeri 5
 Menarik area yang nyeri 4
 Fleksi abnormal 3
 Ekstensi 2
 Tidak berespon 1
 Verbal: Berorientasi 5
 Bicara membingungkan 4
 Kata-kata yang tidak tepat 3
 Suara tidak dapat dimengerti 2
 Tidak ada respon 1
2.4. PENUAAN SISTEM NEUROLOGIS

 A. Perubahan structural
· lansia sering mengalami bentuk tubuh
fleksi dan memperlihatkan kekakuan otot,tremor
dan lambt dalam brgerak
 B. Perubahan synaptic
· Perubahan synaptic meliputi kehilagan
dendrite dan dendritik pada beberapa sel dan
peningkatan jumlah dendrite didalam sel
lainnya.
PENGARUH TERHADAP LANSIA
 a. Fisik :
 Ø lansia akan mengalami kesulitan dalam memulai
suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot
 b. Fungsi tubuh;
 Ø kekakuan dan imobilitas bias menyebabkan sakit
otot dan kelelahan
 c. Persepsi-sensori
 Ø hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
 c. Persepsi-sensori
 Ø hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
 e. Bahasa dan bicara
 Ø sulit memikirkan atau mengucpkan kata-kata
yang tepatf.
 Memori

 Ø Masalah umum pada lansia meliPuti


melupakan nama benda dan lemah dalam
percakapan atau peristiwa baru. Memotri jangka
pendek mungkin menurun seirang dengan usia
tetapi daya ingat jangka panjang sering
dipertahankan. Kerusakan memori seperti gejala
pelupa mungkin disebabkan sindrom amnesia.
 g. Kognitif
 Ø Penurunan kognitif sangat rendah dalam
proses penuaan yang normal. Ketrampilan
kognitif dapat dikategorikan sebagai
ketrampilan intelektual dan dasar ketrampilan
psikomotor.
2.5. MASALAH-MASALAH PADA LANSIA

 A. EPILEPSI
 B. TREMOR
 C. DELIRIUM
 D. DISTONIA

 E. ALZHEIMER
 F. ATAKSIA
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PENYAKIT STROKE DAN
PARKINSON’S

 3.1. DEFINISI STROKE


– Stroke adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
ke otak.
 (Brunner 2 Sudarth, Vol 3, 2001)

– Stroke dapat didefinisikan sebagai deficit


neurology yang mempunyai awitan mendadak
dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari
CVD.
 (Corolyn M. Hudak, 1996)
JENIS STROKE
 1. Menurut atiologi
 a. Stroke Hemoragik
 b. Stroke Non – Hemoragik
 2. Stroke menurut perjalanan penyakitnya.
 a. TIA (Transient Ischemia Attack)
 b. Progressif Stroke inevaluation
 c. Stroke Lengkap
3.2. ETIOLOGI

 1. Trombosis
 2. Emboli Serebral
 3. Iskemia / TIA
 4. Perdarahan Serebral
3.4. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri kepala yang sangat hebat ke leher dan


2. Mual muntah
3. Fotopobia, terjadi karena perdarahan subarachnoid
akibat pecahnya aneurisme intracranial.
4. Kaku kuduk
5. Penurunan kesadaran
6. Kerusakan motorik
7. Kerusakan komunikasi terdiri dari :
 – Aprasia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya.
 – Disatria yaitu Kesulitan bicara
 – Disfasia / Afasia yaitu Kehilangan bicara
 8. Gangguan persepsi
 9. Gangguan fungsi kognitif dan efek psikologis
 10. Disfungsi kandung kemih
11. Pre hospital stroke terdiri dari:
3.5. KOMPLIKASI

 1. Hipoksia serebral
 2. Aliran darah serebral
 3. Embolisme serebral
 4. Kompliklasi lanjutan yang sering terjadi:
– Imobilitas
– Hemiparese atau deficit neurology
– Infeksi saluran kemih
– Nyeri karena tekanan
– Kontraktor
– Tromboflebitis
– Abrasi kornea
 3.6. PEMERIKSAAN FISIK
 1. Untuk mempermudah mengenai gejala
stroke, dapat digunakan “Prehospital Stroke
Scale” yaitu :
 a. Mulut mengok (fasial drop)
 b. Arm Drift
 c. Bicara abnormal
 2. Pemeriksaan Tonus Otot
 3. Pemeriksaan Refleks
 4. Pengukuran GCS
3.7. PENCEGAHAN

 a. Pencegahan Primer
 b. Pencegahan Sekunder
3.8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

. Tomografi Komputer
. Angiografi Serebral
. Fungsi Lambal
 CT Scan
. MRI
Ultrasonografi Doppier
. EEG
. Sinar – X tengkorak
3.9. REHABILITASI STROKE

 Rehabilitasi intensif bisa membantu penderita


untuk belajar mengatasi kelumpuhan atau
kecacatan karena kelainan fungsi sebagian
jaringan otak. Bagian otak lainnya kadang bias
menggantikan fungsi yang sebelumnny
dijalankan oleh bagian otak yang mengalami
kerusakan. Rehabilitasi segera dilakukan setelah
tekanan darah,denyut nadi dan pernafaan
penderita stabil.
ASKEP TEORITIS(STROK)
 A. PENGKAJIAN
 1. Data Biografis
 2. Riwayat kesehatan saat ini
 3. Riwayat kesehatan masa lalu
 4. Riwayat kesehatan keluarga
 5. Riwayat psikososial
 6. Aktifitas sehai-hari dan istirahat
 7. Pola nutrisi
 8. Pola eliminasi
 9. Gaya hidup
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d
terhambatnya aliran darah,adanya oklusi.
 2. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b/d
kehilangan refleks menelan, gangguan batuk dan
penurunan kesadaran.
 3. Gangguan mobilitas b/d kelemahan dan paralise
 4. Gangguan komunikasi verbal atau tulisan b/d
kerusakan sirkulasi otak, gangguan neuromoskular.
 5. Perubahan persepsi sensasi b.d deficit
neurologist, stress psikologis.
 6. Kurang perawatan diri b.d kerusakan
neuromoskular, penurunan kekuatan dan ketahanan,
kehilangan control / koordinasi otot
C INTERVENSI

 DX 1. Perubahan perfusi jaringan otak b.d terhambatnya aliran darah, adanya


oklusi.
 1. Kaji status neurologist
 R/ : mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial penurunan
TIK dan mengetahui lokasi luas dan resolusi kerusakan SSP.
 2. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab khusus
selama penurunan perfusi.
 R/ : Mempengaruhi penetapan intervensi, kerusakanan / kemunduran tanda /
gejala neurologist pada fase awal memerlukan tindakan pembedahan.
 3. Monitor TTV
 R/ : Mengetahui keadaan umum K dan memantau adanya perubahan yang
mencolok.
 4. Posisikan K dengan posisi kepala agak ditinggikan dan dalam posisi
anatomis.
 R/ : Menover valvasa dapat menaikkan TIK dan memperbesar resiko
perdarahan G. kolaborasi dalam pemberian therapy, seperti pelunak feses.
 R/ : Mencegah proses mengejar selama defekasi yang b/d peningkatan TIK.
 · DX 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kehilangan refleks
menelan, gangguan batuk dan penurunan kesadaran.
 1. Kaji tanda obstruksi trakeobronkhial
 R/ : Mempengaruhi penetapan intervensi yang tepat.
 2. Lakukan suction dengan teknik yang tepat
 R/ : Membersihkan jalan nafas dan mencegah terjadinya hypoxia.
 3. Letakkan K pada posisi tegak selama dan setelah makan.
 R/ : Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan
menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
 4. Catat pola dan irama dari pernafasan, seperti adanya periode
apnea setelah pernafasan, hiperventilasi, pernafasan chieyne –
strokes
 R/ : Ketidakteraturan pernafasan dapat memberikan gambaran
lokasi kerusakan serebral / penaikan TIK
 5. Sentuh bagian pipi dalam dengan spatel lidah untuk
mengetahui adanya kelemahan lidah.
 R/ : Untuk mengontrol gerakan lidah dan mencegah lidah jatuh ke
belakang.
 · DX. 3. Gangguan mobilitas b.d. kelemahan dan paralise.
 1. Kaji kemampuan secara fngsional dengan teratur, klasifikasikan melalui
skala 0-4.
 R/ :Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan.
 2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (terlentang, miring) dan jika
memungkinkan bias lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang
terganggu.
 R/ : Menurunkan terjadinya trauma jaringan dan mencegah terjadinya
dekabitus.
 3. Lakukan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
 R/ : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi dan membantu
mencegah kontraktur.
 4. Gunakan penyangga lengan ketika K berada pada posisi tegak sesuai
indikasi.
 R/ : Selama paralysis flasid, penggunaan penyangga dapat menurunkan resiko
terjadinya subluksasio lengan dan sindrom bahu – lengan.
 5. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.
 R/ : Mempertahankan posisi fungsional.
A. KESIMPULAN

 Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang


disebabkan oleh berhentinya suplay darah ke
otak. Disamping itu selain stroke ada juga
penyakit lainnya seperti Parkinson. Adapun
pengertian dari Parkinson adalah merupakan
gangguan neurology progresif yang mngenai
pusat otak yang bertanggunga jawab untuk
mengontrol dan mengatur gerakan.
B. SARAN

– Mahasiswa mampu melakukan


pengkajian pada klien dengan gangguan
neurologist
– Mahasiswa mampu memahami konsep
dasar penyakit pada klien gangguan neurologis.
– Mahasiswa mampu menegakkan asuhan
keperawtan pada klien dengan gangguan
neurologis
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

You might also like