You are on page 1of 20

KEMAJUAN

ISLAM
DI
INDONESI
Azka Mufliha
A
ISTANA, PESANTREN, PASAR

– Faktor yang menyebabkan Islam berkembang pesat ialah penempatan pusat-


pusat lingkaran peradaban di tiga titik yang tepat, yaitu istana, pesantren, dan
pasar.
– Istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan
kehidupan sosial. Di sini dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam
birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan. Di sini pula
kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim.
– Pesantren berperan di bidang pendidikan, dan merupakan pusat kebudayaan
kedua setelah istana. Di sini jaringan-jaringan pengajian agama di lingkungan
masyarakat luas dibangun, di kota ataupun di pedesaan, begitu pula tema-tema
pengajian. Di sini pula kitab-kitab keagamaan ditulis dan disalin untuk
disebarkan.
ISTANA, PESANTREN, PASAR

– Peran pesantren, atau dayah dan meunasah di Aceh, surau di Minangkabau,


semakin menonjol pada abad ke-18 M di seluruh pelosok Nusantara.
– Lembaga yang semula bersifat kedaerahan ini berkembang menjadi lembaga
supra-daerah yang kepemimpinan dan peserta didiknya tidak lagi berdasarkan
kesukuan. Ia tumbuh menjadi lembaga universal yang menerima guru dan
murid tanpa memandang latar belakang suku dan daerah asal.
– Pada masa itulah, pesantren atau dayah mampu membentuk jaringan
kepemimpinan intelektual dan penyebaran agama dalam berbagai tingkatan
dan antardaerah.
ISTANA, PESANTREN, PASAR

– Sedangkan pasar berperan di bidang ekonomi dan perdagangan. Pasar merupakan daerah
pemukiman para saudagar, kaum terpelajar, dan kelas menengah lain, termasuk para perajin,
yang berhadapan langsung dengan situasi kultural yang sedang berkembang.
– Di sini orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta
bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial, dan keagamaan. Di sini pula
perkembangan bahasa Melayu mengalami dinamika yang menentukan bagi luasnya
penyebarannya ke berbagai wilayah Nusantara lain.
– Di tengah komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat masjid yang merupakan tempat
mereka berkumpul dan menghadiri pengajian-pengajian keagamaan. Di sini pula madrasah-
madrasah didirikan, dan buku-buku keagamaan didatangkan dari negeri Arab dan Persia, dikirim
ke pesantren untuk disalin, disadur, atau diterjemahkan agar dapat disebarluaskan.
– Di sini pula dirancang strategi penyebaran agama mengikuti jaringan-jaringan emporium yang
telah mereka bina sejak lama. Tentu saja, tiga titik pusat lingkaran peradaban ini saling
mendukung satu dengan yang lain, dan saling berinteraksi. Ini tercermin dalam tatanan kota yang
dibangun pada zaman kejayaan imperium dan emporium Islam.
ISTANA, PESANTREN, PASAR

– Kota-kota Islam di Nusantara dibangun mengikuti model kota di negeri Arab dan
Persia. Ia berbeda dengan kota-kota pada zaman Hindu dan kota-kota lama di
Eropa.
– Kota-kota lama di Eropa dibangun dengan menempatkan istana sebagai bagian
yang terpisah dari keseluruhan tatanan kehidupan kota. Kota-kota Islam
menempatkan istana sebagai bagian integral dari kehidupan kota.
– Dengan begitu, istana tidak terasing dan dapat berinteraksi secara dinamis
dengan pusat-pusat peradaban di luarnya seperti lembaga pendidikan dan
pasar.
– Model kota seperti itu memungkinkan istana mempengaruhi kebudayaan kota
dengan kuat lewat kehidupan di pesantren dan pusat pemukiman para
saudagar, perajin, dan cendekiawan yang disebut pasar atau bazar.
ISTANA, PESANTREN, PASAR

– Penataan kota seperti itu dan penempatan tiga titik lingkaran pusat
peradaban, semakin efektif berfungsi ketika proses Islamisasi memasuki
tahapan kedua. Yaitu ketika implikasi rasional dan filosofis dari konsep
tauhid mulai disertakan dalam menyampaikan ajaran Islam.
– Dan, Islam tidak cukup diterima secara formal atau berdasarkan aspek
legallistik formal.
– Jika itu yang ditekankan, maka Islam tidak akan berakar sedemikian
mendalam di dalam jiwa, pikiran, dan pandangan hidup penduduk
Nusantara.
BUKTI
PENINGGALA
N
KEJAYAAN
ISLAM
Azka Mufliha
prologue
– Seperti kita tahu, jauh sebelum Islam datang, masyarakat Indonesia
masih sangat dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Budha, namun seiring
masuknya Islam ke Nusantara, proses percampuran budaya pun
menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Pun dalam kegiatan sehari-hari,
pola hidup mereka mulai beralih dan sedikit demi sedikit terpengaruh
oleh budaya Islam.
– Besarnya pengaruh budaya Islam ini bahkan sampai merambah ke
setiap lapisan masyarakat, tak terkecuali kerajaan-kerajaan Islam yang
memerintah pada masa itu.
– Alhasil, banyak peninggalan kerajaan bercorak islami yang hingga
sekarang masih bisa kita jumpai, di antaranya meliputi:
1. Keraton atau Istana
– Keraton atau istana merupakan bangunan luas yang dipakai sebagai tempat
tinggal raja atau ratu yang sedang memerintah.
– Selain itu, keraton juga biasanya difungsikan untuk menjalankan urusan-urusan
kerajaan. Keraton umumnya dikelilingi oleh tembok besar yang tinggi sebagai
simbol “pemisah” antara raja dengan rakyat biasa.
– Nah, di Indonesia sendiri ada cukup banyak peninggalan kerajaan Islam berupa
keraton yang masih sangat terjaga sampai hari ini, seperti:
•Pura Pakualaman (Daerah Istimewa Yogyakarta)
•Keraton Surakarta Hadiningrat (Jawa Tengah) •Keraton Kanoman (Jawa Barat)
•Pura Mangkunegaran (Jawa Tengah) •Keraton Kacirebonan (Jawa Barat)
•Keraton Banten (Banten) •Keraton Maimun (Sumatra Barat)
•Keraton Kasepuhan (Jawa Barat) •Istana Bima (Nusa Tenggara Barat)
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
(Daerah Istimewa Yogyakarta)
2. Masjid

– Peninggalan kerajaan Islam yang kedua yang bisa dengan mudah kita
temui adalah masjid. Ya, sebagai tempat ibadah sudah tentu bangunan
ini menjadi poin yang tidak mungkin dilewatkan oleh para anggota
kerajaan pada masanya.
– Umumnya, masjid dibangun di alun-alun dekat dengan keraton. Di
Indonesia, ada banyak peninggalan kerajaan Islam yang berwujud
masjid, antara lain:
•Masjid Agung Surakarta (Surakarta)
•Masjid Sendang Duwur (Tuban)
•Masjid Kudus (Kudus)
•Masjid Baiturrahman (Aceh)
•Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon)
•Masjid Agung Yogyakarta (Yogyakarta)
•Masjid Sunan Ampel (Surabaya)
•Masjid Mantingan (Jepara)
•Masjid Agung Banten (Banten)
Masjid Agung Demak (Demak)
3. Makam dan Batu Nisan

– Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon – Batu nisam makam Fatimah binti Maimun di
(Jawa Barat)
Leran, Gresik, Jawa Timur. Batu nisan ini berangka
– Makam Sunan Tembayat di Klaten (Jawa tahun 1082 M atau 475 H.
Tengah);
– Batu nisan makam Sultan Malik al Saleh dari
– Makam Troloyo di Mojokerto (Jawa Timur)
Samudra Pasai. Batu nisan ini berangka tahun
– Makam raja-raja Mataram di Imogiri, 1297 M atau 696 H.
Yogyakarta
– Kompleks makam Sultan Hasanuddin di – Batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim di
Gowa (Sulawesi Selatan) Gresik, Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun
1419 M atau 822 H.
– Makam Sunan Bonang di Tuban (Jawa
Timur) – Batu nisan makam berangka tahun 1380 M (781
– Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon H) dan 1389 M (789 H) di Munje Tujoh, Aceh
(Jawa Barat) Utara.
Makam Sunan Gunung Jati
4. Pesantren
– Budaya Islam memang snagat kuat pengaruhnya di segala bidang, termasuk di
bidang pendidikan. Nah, salah satu bukti bahwa agama Islam memiliki pengaruh
yang cukup bisa diperhitungkan adalah berdirinya sekolah berbasis agama atau yang
biasa disebut dengan pesantren.
– Lembaga pendidikan yang satu ini memang sudah ada sejak Islam mulai
berkembang di Indonesia.
– Di Indonesia sendiri ada cukup banyak pesantren yang menjadi rujukan para pelajar
yang ingin menimba ilmu umum dan ilmu agama, seperti Pesantren Ampel Denta di
Surabaya dan Pesantren Prabu Giri Satmaka di Gresik. Pesantren Ampel Denta
sendiri didirikan oleh Sunan Ampel, salah seorang anggota Walisongo.
5. Seni dan Sastra

– Tidak hanya pada bidang pendidikan, masuknya Islam ke Indonesia


juga berpengaruh besar terhadap perkembangan seni dan sastra di
Tanah Air.
– Ada cukup banyak peninggalan Islam di bidang sastra yang
terkenal sampai sekarang, seperti Hikayat Panji Inu Kertapati,
Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Si Miskin,
Hikayat Bahtiar, Hikayat Hang Tuah, Syair Abdul Muluk, serta
Gurindam Dua Belas.
Seni Ukir, Aksara,
Kaligrafi, dan Naskah
Seni ukir yaitu lukisan, gambar, atau hiasan yang
ditorehkan/dipahatkan pada kayu, batu, logam, dan lain Naskah adalah karangan asli seseorang yang masih berbentuk
tulisan tangan. Naskah-naskah yang ditemukan rata-rata
sebagainya. Contoh seni ukir terdapat pada masjid berbahasa Arab.
Mantingan (Jepara), ukiran kayu dari Cirebon, ukiran pada a. Gharib al Hadist merupakan kumpulan hadis. Disusun oleh
makam (Gunongan) di Madura, ukiran pada gapura makam Abu Ubaidah Alqassim bin Sallam. Naskah ini tersimpan di
Sunan Pandanaran (Klaten), dan gapura makam Sendang perpustakaan Universitas Leiden Belanda.
Dhuwur (Tuban). b. Naskah yang disusun oleh Abu Qurairah berisi tentang
Aksara yaitu sistem tanda-tanda grafis yang digunakan tauhid. Naskah ini tersimpan di British Museum London.
manusia untuk berkomunikasi. Berikut ini peninggalan 6. Seni Pertunjukan, Budaya, dan Tradisi
sejarah yang berupa aksara. Seni pertunjukan memiliki beberapa macam bentuk.
Misalnya tarian, musik, atau
a. Aksara Jawi (Arab Melayu), yaitu aksara Arab yang
lakon tertentu semacam wayang. Berikut ini contoh seni
terdapat di Sumatra dan Semenanjung Malaka. pertunjukan.
b. Aksara Pegon yaitu aksara Arab dalam bahasa Sunda dan a) Seni tari: Saman, Seudati, Zapin, dan Rudat.
Jawa. b) Seni musik: rebana, orkes, dan gambus.
c. Aksara Arab gundul yaitu aksara Arab tanpa disertai baris c) Seni suara: qasidah dan shalawat.
dan harakat. d) Seni pakeliran: wayang Menak (ceritanya dari Persia)
Kaligrafi yaitu seni menulis indah menggunakan huruf Arab. e) Adat istiadat: pakaian adat, upacara adat, dan lain-lain.
Kesusastraan
Peninggalan sejarah Islam berupa karya sastra di antaranya sebagai berikut.
a. Hikayat, yaitu karya sastra lama bercorak Islam yang berisi cerita pelipur lara atau pembangkit semangat. Misalnya
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
b. Syair, yaitu sajak yang terdiri atas empat bait di mana setiap baitnya terdiri empat baris. Misalnya Syair Peratun, Syair
Burung Pingai, dan Syair Burung Pungguh.
c. Suluk, yaitu kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Misalnya Suluk Suka Rasa, Suluk Wujil, serta beberapa syair
dan prosa tulisan Hamzah Fansuri.
d. Babad, yaitu cerita yang lebih menekankan pada sejarah atau latar belakang kejadiannya. Misalnya Babad Tanah Jawi
atau riwayat para nabi, Kitab Manik Mayu, dan Kitab Ambia yang berisi cerita dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad
saw.
e. Kitab yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup sesuai dengan syariat dan adat. Contoh kitab di antaranya Tajus-
Salatin (Mahkota Segala Raja) karya Bukhari al Jauhari, serta Bustanus-Salatin dan Siratul Mustaqin karya Nurudin ar Raniri
atas perintah Sultan Iskandar Muda II.
6. Perayaan
Keagamaan
– Cukup banyak perayaan keagamaan peninggalan kerajaan Islam yang turun
temurun dilestarikan sampai hari in, di antaranya adalah Garebek Besar,
Garebek Syawal, dan Garebek Maulud atau Sekaten yang diadakan di Keraton
Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon.
– Ada juga perayaan Tabuik yang dilaksanakan di Sumatera Barat. Festival Tabuik
sendiri merupakan perayaan untuk mengenang meninggalnya Hussein, putra
Khalifah Ali bin Abi Thalib yang tidak lain adalah cucu Nabi Muhammad SAW.

You might also like