You are on page 1of 32

ASFIKSIA

Pembimbing:
dr. H. Soeroto, Sp.F (K) ,S.H

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUD


IBNU SINA GRESIK
2018
PENDAHULUAN

Asfiksia mekanik yang paling


sering dijumpai dalam kasus
tindak pidana.

Tujuan pemeriksaan terhadap


korban adalah untuk memastikan
korban meninggal secara alamiah,
mekanik atau akibat keracunan
(pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan).
ASFIKSIA

• Kegagalan masuknya udara ke


dalam alveoli paru atau sebab2
lain yang mengakibatkan
persediaan oksigen dalam
Definisi jaringan atau darah atau
keduanya berkurang sampai
suatu tingkat tertentu dimana
kehidupan tidak mungkin
berlanjut.
ETIOLOGI

Penyebab Trauma
Keracunan
alamiah mekanik
• Penyebab asfiksia • Ditimbulkan oleh
• Penyakit mekanik bahan-bahan
yang • Trauma yang racun
diderita mengakibatkan
emboli udara vena,
emboli lemak,
pneumotoraks
bilateral; sumbatan
atau halangan pada
saluran napas
Jenis-jenis Asfiksia Mekanik

 Pembekapan (smothering).
 Penyumbatan saluran napas (gagging dan choking).
 Tekanan di daerah leher.
 Pengaruh berat badan: mati gantung (hanging).
 Tenaga dari luar: penjeratan (strangulation).
pencekikan (throttling).
 Tersumbat oleh cairan: tenggelam (drowning).
 Gangguan gerakan pernafasan (asfiksia traumatik).
 Sufokasi (suffocation).
Secara patofisiologi, menurut
Gordon dibedakan
4 bentuk asfiksia:
Anoksia
anoksik

Anoksia Anoksia
histotoksik anemik

Anoksia
stagnant
1. ANOKSIA ANOKSIK
O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru
Penyebab :

Asfiksia murni/sufokasi: tidak ada atau


tidak cukup O2: bernafas dalam
ruangan tertutup.
Asfiksia mekanik: hambatan mekanik.
2. ANOKSIA ANEMIK
Hemoglobin membawa O2 tidak
cukup:
- Anemia berat.
- Perdarahan masif.
- Kelainan darah seperti leukemia,
thalasemia dll.
3. ANOKSIA STAGNANT
Sirkulasi darah yang membawa O2
tidak lancar:
- Gagal jantung
- Hambatan pembuluh darah
4. ANOKSIA HISTOTOKSIK
Gangguan pada sel / jaringan  jaringan /
sel tidak dapat menggunakan O2 secara
efektif.

Dibagi dalam 4 tipe:


Ekstraseluler: gangguan di luar sel
Intraseluler: permeabilitas sel berkurang
Metabolik: hasil metabolit tidak dapat
dibuang
Substrat: Intake tidak cukup untuk
metabolisme yang efisien.
Patofisiologi Asfiksia
Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh
tubuh.
Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha
kompensasi dari tubuh)
 Jantung berusaha mengkompensasi keadaan
tekanan oksigen yang rendah dengan mempertinggi
outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang
terus dan tidak cukup untuk kerja jantung, maka
terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung
dengan cepat.
GEJALA-GEJALA ASFIKSIA
Gejala-gejala asfiksia dapat dibagi atas beberapa
stadium:
Stadium Dispnea
 Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya
kadar CO2 akan merangsang pusat pernafasan.
 Gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi)
bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya
otot-otot pernafasan tambahan.
 Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol,
denyut nadi dan tekanan darah meningkat.
 Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium
kejang.
Stadium Kejang
Berupa gerakan klonik yang kuat pada
hampir seluruh otot tubuh
Kesadaran hilang dengan cepat
Bila kekurangan O2 ini terus berlanjut,
maka penderita akan masuk ke stadium
apnea.
Stadium Keletihan
 Spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan
urin dapat keluar spontan.
 Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi,
sianosis makin jelas.
 Korban kehabisan nafas karena depresi pusat
pernafasan,
 Otot menjadi lemah,
 Hilangnya refleks,
 Dilatasi pupil,
 Tekanan darah menurun,
 Pernafasan dangkal dan semakin memanjang,
 Pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih
berdenyut beberapa saat lagi.
Stadium Akhir (Apnea)
 Fase akhir yaitu suatu fase dengan paralisis
pusat pernapasan yang lengkap dimana
pernapasan telah berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai


terjadinya kematian sangat bervariasi.
Umumnya berkisar antara 3 sampai 5 menit.
Tanda Kardinal Asfiksia

Tardieu’s
spot Buih halus
Sianosis
(Petechial sukar pecah
hemorrages)
PEMERIKSAAN JENAZAH
PEMERIKSAAN LUAR PEMERIKSAAN DALAM
 Sianosis pada bibir, ujung-  Darah berwarna lebih gelap dan
ujung jari tangan & kaki. lebih encer, karena fibrinolisin darah
 Pembendungan sistemik yang meningkat paska kematian.
maupun pulmoner dan dilatasi  Busa halus di dalam saluran
jantung kanan. pernapasan.
 Warna lebam mayat merah-  Pembendungan sirkulasi pada
kebiruan gelap dan terbentuk seluruh organ dalam tubuh
lebih cepat. sehingga menjadi lebih berat,
 Terdapat busa halus pada berwarna lebih gelap dan pada
hidung dan mulut, kadang- pengirisan banyak mengeluarkan
kadang bercampur darah darah.
akibat pecahnya kapiler.  Petekie.
 Gambaran pembendungan  Edema paru sering terjadi pada
pada mata berupa pelebaran kematian yang berhubungan
pembuluh darah konjungtiva dengan hipoksia.
bulbi dan palpebra.  Kelainan-kelainan yang
berhubungan dengan kekerasan.
Jenis-jenis Asfiksia

1. Pembekapan
Penutupan saluran napas bagian luar.
Alat-alat: telapak tangan, kain, handuk, bantal, kasur,
atau plester lebar.
Tanda: luka memar atau lecet pada lubang hidung dan
mulut.
Dapat tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan bila
menggunakan bahan halus.
2. Penyumbatan saluran napas
Gagging: sumbatan pada orofaring.
Choking: sumbatan pada laringofaring.
Penyebab:
 Tertelan permen atau kacang.
 Penyumpalan mulut dengan kain, kertas,
atau tisu
Tanda: benda asing pada saluran napas
dan luka pada saluran napas akibat
benda asing.
3. Mati gantung
Suatu strangulasi berupa tekanan pada leher akibat adanya jeratan
yang menjadi erat oleh berat badan korban.
Alat: tali, kain, atau dasi
Pemeriksaan luar:
 Bekas jeratan berparit, seperti v terbalik, tidak bersambung, terletak di
bagian atas leher, warna kecoklatan, dan kering seperti kertas perkamen.
 Luka lecet.
 Leher sedikit memanjang dengan bekas jeratan di leher.
 Ada garis ludah di pinggir salah satu sudut mulut.
Pemeriksaan dalam:
 Resapan darah pada jeratan, pangkal tenggorokan dan esofagus.
 Tanda-tanda pembendungan.
 Perdarahan berupa garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari
arteri karotis interna, setentang dengan tekanan tali pada leher.
4. Penjeratan
Keadaan udara terhalang masuk ke saluran pernapasan akibat tenaga
luar.
Alat-alat: tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kabel, atau kaos kaki.
Pemeriksaan luar:
 Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan bersambung di bawah
atau setentang kartilago tiroid, lecet di sekitar jeratan, dan ada vesikel
halus.
 Bila korban tetap terjerat, maka warna bekas jeratan kecoklatan seperti
kertas perkamen.
 Tanda-tanda asfiksia sangat jelas (muka bengkak, membiru, mata melotot,
dan lidah menjulur).
 Dapat dijumpai keluar feses dan urin.
Pemeriksaan dalam
 Fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trakea lainnya.
 Mukosa laring dan trakea menebal kadang disertai perdarahan kecil.
 Pembendungan paru-paru.
 Tardieu’s spot.
5. Pencekikan
Penekanan leher dengan tangan yang menyebabkan dinding
saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran
napas.
Pemeriksaan luar:
 Banyak bekas kuku jari tangan pada leher korban.
 Memar.
Pemeriksaan dalam:
 Perdarahan otot bagian dalam leher.
 Fraktur os hyoid dan lidah.
 Pembendungan pada wajah dan kepala.
6. Tenggelam
Terhalangnya udara masuk ke dalam saluran pernapasan oleh
sumbatan cairan
Tenggelam dapat terjadi pada
 Air tawar.
 Air asin.
Pemeriksaan luar:
 Tanda-tanda asfiksia.
 Tangan menggenggam rumput atau kayu.
 Washer woman’s hand.
 Cutis anserina.
 Kadang gigitan ikan dan binatang air lainnya.
Pemeriksaan dalam:
 Lumpur, pasir halus, dan benda asing lainnya dalam mulut dan saluran
napas, lumen laring, trakea, dan bronkus.
 Ada pitting oedem.
 Esofagus dan lambung berisi cairan dan lumpur.
Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan diatom: dijumpai 4 sampai 5 diatom per
lapangan pandang besar atau 10 sampai 20 per satu
sediaan.
 Pemeriksaan darah: berat jenis dan kadar elektrolit
darah untuk menentukan jenis air tempat korban
tenggelam.
7. Asfiksia traumatik
Asfiksia yang terjadi akibat penekanan dari luar pada dinding dada
sehingga dada terfiksasi dan menimbulkan gangguan gerak
pernapasan.
Penyebab:
 Korban tertimbun oleh pasir, tanah, runtuhan tembok.
 Korban tergencet saat berdesakan.
Tanda postmortem:
 Sianosis.
 Pembendungan muka disertai petekie.
 Edema konjungtiva.
 Perdarahan subkonjungtiva.
 Petekie pada leher, bokong, dan kaki.
8. Sufokasi
Sufokasi ialah asfiksia yang murni.
Sufokasi terjadi karena korban berada dalam ruangan kecil tertutup,
lemari es, kepala dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup yang
diikat di bagian leher, atau korban masuk selokan pengap.
9. Asfiksia akibat keracunan
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologi
dalam dosis toksik menyebabkan gangguan kesehatan atau
mengakibatkan kematian.
Menurut sumber:
 Racun tumbuhan.
 Racun hewan.
 Racun mineral.
 Racun sintetik.
Menurut tempat :
 Racun alam bebas.
 Racun rumah tangga.
 Racun pertanian.
 Racun industri.
 Racun farmasi.
Pemeriksaan luar:
 Bau.
 Pakaian.
 Kelainan pada tempat masuk racun.
 Kulit.
 Rambut.
 Kuku.
 Sklera.
Pemeriksaan dalam:
 Perdarahan kecil otak.
 Lidah ternoda oleh warna tablet atau kapsul.
 Esophagus mengalami regurgitasi, selaput lendir hiperemis.
 Epiglotis, glotis mengalami hiperemi, edema, atau regurgitasi.
 Pada paru, terjadi pembendungan akut, edema, atau emfisema akut.
 Pada lambung dan usus 12 jari: bau, warna isi lambung, dan bahan-
bahan racun (tablet atau kapsul).
 Jantung mengalami pelunakan, warna merah pucat atau coklat
kuning, dan pelebaran ventrikel;
 Pada usus dijumpai tablet yang belum tercerna;
 Degenerasi lemak atau nekrosis hati.
 Pembendungan akut pada limpa.
 Ginjal agak membesar, korteks membengkak, warna kelabu kuning.
 Konsentrasi zat racun yang tinggi dalam urin.
Aspek Medikolegal

 Pembunuhan lebih sering pada pembekapan


dan penjeratan. Pembunuhan juga terjadi
pada gagging, choking, mati gantung,
pencekikan, tenggelam, sufokasi, dan
keracunan.
 Bunuh diri dapat terjadi pada gagging,
choking, mati gantung, penjeratan,
tenggelam dan keracunan.
 Kecelakaan umumnya tenggelam terutama di
musim hujan dan banjir. Kecelakaan dapat
terjadi pada pembekapan, gagging, choking,
mati gantung, penjeratan, pencekikan,
asfiksia traumatik, sufokasi, dan keracunan.

You might also like