You are on page 1of 37

KOLESTEATOMA

EKSTERNA
MEGAWATI ANANDA HASBI PUTRI
I WAYAN GDE KRISNA ANDYNATA
FACHRI PADMARIDHO

Pembimbing :

dr. Wilda Heike Lokey


Embriologi Telinga
minggu ke-4, dimana
terjadi penebalan
surface ectoderm
Kemudian terbentuklah
otic placode.
Otic placode kemudian
membentuk otic pit.
kemudian bersatu dan
membentuk otic vesicle
dan pada otic vesicle
terjadi pertumbuhan
diverticulum dan
pemanjangan.
Embriologi Telinga
 Vesicle bagian ventral akan membentuk sacculus dan cochlear duct. Kemudian
menggulung sekitar 2,5 putaran membentuk membran cochlear dan terdapat penghubung
dengan sacculus yaitu ductus reuniens.
 Sedangkan pada bagian dorsal terjadi pembentukan dari endolymphatic duct, utricle dan
semicircular duct.
 Stimulasi dari otic vesicle membuat mesenchyme berkondensasi dan berdiferensiasi
membentuk cartilagoneus otic capsule. Karena pembesaran dari membranous labirynth,
vakuola muncul di cartilagoneus otic capsule, membentuk perilymphatic space. Kemudian
berhubungan dengan cochlear duct berkembang menjadi scala tympani dan scala
vestibuli.
Embriologi Telinga
 Bagian telinga tengah
berkembang dari
tubotympanic recess dari
first pharingeal pouch.
 Bagian proksimalnya
membentuk
pharyngothympanic tube
(auditory tube).
 Bagian distalnya akan
membentuk tympanic
cavity meluas dan
menyelimuti auditory
ossicles tendon dan
ligament serta chorda
thympani nerve.
Embriologi Telinga
 Eksternal acoustic meatus terbentuk
dari perkembangan first pharingeal
groove bagian dorsal. proliferasi sel-sel
epitel di bawah meatus yang
membentuk Meatus Plug. Lalu
meluruh dan berkembang menjadi
Tympani Membrane definitive yang
dibentuk dari lapisan epitel ektoderm
di dasar acoustic meatus, lapisan
epitel endoderm di tympani cavity
dan lapisan intermediate jaringan ikat
yang membentuk stratum fibrosum.
Embriologi Telinga
 Aurikula terbentuk dari hasil proliferasi
mesenkim di ujung dorsal first and
secondary pharyngeal arch yang
mengelilingi first pharyngeal groove
dan membentuk 6 auricular hillock
kemudian bersatu lalu membentuk
auricula definitif. 7
 Pada awalnya, telinga luar berada di
regio leher bawah. Setelah terbentuk
mandibula, telinga luar naik ke
samping kepala setinggi dengan
mata.
ANATOMI TELINGA
DAN MEMBRAN
TYMPANI
ANATOMI
TELINGA
TENGAH
ANATOMI
KOKLEA
DAN
ORGAN
CORTI
FISIOLOGI PENDENGARAN

 Gelombang suara yang dialirkan melalui udara atau


tulang ditangkap oleh Auricula, lalu dialirkan melalui
Meatus Acusticus Externus menuju Membran
Tympani.
 Getaran pada Membran Tympani kemudian
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran.
 Energi getar akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan Fenestra Vestibuli sehingga perilimfa
pada skala vestibuli bergerak.
 Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan
gerak relatiF antara membrane basilaris dan
membrane tektoria.
FISIOLOGI PENDENGARAN

 Terjadi rangsang mekanik yang menyebabkan


defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuara
terbuka, dan terjadi pelepasan ion bermuatan
listrik dari badan sel.
 Terjadi depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di
lobus temporal.
EPIDEMIOLOGI
Insidensi Aquired kolesteatoma berkisar antara 9-12,6 kasus per
100.000 dewasa dan 3-15 kasus per 100.000 anak-anak.Lebih banyak
terjadi pada aki-laki 1,4: 1 pada kejadian cholesteatoma yang telah
dilaporkan. Di antara anak-anak, 72 persen anak laki-laki yang lebih
tinggi dilaporkan. Prevalensi cholesteatoma juga telah terbukti
bervariasi menurut ras. Prevalensi paling tinggi di kalangan orang
Kaukasia, diikuti oleh orang Afrika, sementara jarang didapatkan pada
orang Asia non-India.

Lung C, Mattew Y, Suey S, etc. Updates and Knowledge Gaps in Cholesteatoma Research. BioMed Research
International Volume 2015.
ETIOLOGI
 Gray (1964): kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah.

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008
PATOFISIOLOGI
 Kolesteatoma Kongenital
Terbentuk sebagai akibat dari epitel skuamosa terperangkap di dalam tulang
temporal selama embriogenesis, ditemukan pada telinga dengan membran timpani
utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma biasanya di
mesotimpanum anterior, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontine angle.
Penderita sering tidak memiliki riwayat otitis media supuratif kronis berulang, riwayat
pembedahan otologi sebelumnya, atau perforasi membrane timpani. Kolesteatoma
kongenital paling sering diidentifikasi pada anak usia dini (6 bulan – 5 tahun). Saat
berkembang, kolesteatom dapat menghalangi tuba eustachius dan menyebabkan
cairan telinga tengah kronis dan gangguan pendengaran konduktif.

Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008
 Kolesteatoma Akuisital
1. Kolesteatoma akuisital primer
Kolesteatoma akuisita primer klasik berawal dari retraksi pars flaksida di bagian medial
membran timpani yang terlalu dalam sehingga mencapai epitimpanum.
Saat proses ini berlanjut, dinding lateral dari epitimpanum (disebut juga skutum) secara
perlahan terkikis, menghasilkan defek pada dinding lateral epitimpanum yang perlahan
meluas. Membrane timpani terus yang mengalami retraksi di bagian medial sampai
melewati pangkal dari tulang-tulang pendengaran hingga ke epitimpanum posterior.
Destruksi tulang-tulang pendengaran umum terjadi.
Jika kolesteatoma meluas ke posterior sampai ke aditus ad antrum dan tulang mastoid itu
sendiri, erosi tegmen mastoid dengan eksposur dura dan/atau erosi kanalis semisirkularis
lateralis dapat terjadi dan mengakibatkan ketulian dan vertigo.
Kolesteatoma akuisital primer tipe kedua terjadi apabila kuadran
posterior dari membran timpani mengalami retraksi ke bagian
posterior telinga tengah. Apabila retraksi meluas ke medial dan
posterior, epitel skuamosa akan menyelubungi bangunan atas
stapes dan membran timpani tertarik hingga ke dalam sinus
timpani. Kolesteatoma primer yang berasal dari membran timpani
posterior cenderung mengakibatkan eksposur saraf wajah (dan
kadang-kadang kelumpuhan) dan kehancuran struktur stapes.
2. Kolesteatoma Akuisital Sekunder
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir
perforasi membrane tympani ke telinga tengah (Teori Migrasi) atau terjadi akibat metaplasi
mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (Teori Implantasi).
Suatu prosedur yang sederhana seperti insersi tympanostomy tube dapat mengimplan epitel
skuamosa ke telinga tengah, yang akhirnya menghasilkan kolesteatoma. Perforasi marginal di
bagian posterior adalah yang paling mungkin menyebabkan pembentukan kolsteatoma jika
retraksi terjadi cukup dalam sehingga menjebak epitel deskuamasi.
Kolesteatoma merupakan media baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), yang paling sering
adalah Proteus dan Pseudomonasaeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu respons imun
lokal yang mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai sitokin. Sitokin
yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah interleukin-1 (IL-1), interleukin-6
(IL-6), tumor necrosis factor-α (TNF-α), tumor growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat
menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan
mampu berangiogenesis.
Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
Waizel S. Temporal Bone, Acquired Cholesteatoma. Emedicine. May 1, 2007 (cited August 27, 2009). Available at http:/emedicine.medscape.com/article/384879-overview.
Kolesteatoma merupakan media baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), yang paling sering adalah
Proteus dan Pseudomonasaeruginosa.

Jenis Kuman Jumlah Temuan

Pseudomonas aeruginosa 9 31,50%

Proteus mirabilis 17 58,50%

Difteroid 1 3,30%

Streptococcus β-hemolyticus 1 3,30%

Enterobacter sp. 1 3,30%

Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah interleukin-1 (IL-1), interleukin-6
(IL-6), tumor necrosis factor-α (TNF-α), tumor growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-
sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis.

Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
Waizel S. Temporal Bone, Acquired Cholesteatoma. Emedicine. May 1, 2007 (cited August 27, 2009). Available at http:/emedicine.medscape.com/article/384879-overview.
MANIFESTASI KLINIS

Gejala khas dari kolesteatoma adalah otorrhea tanpa rasa nyeri, yang terus menerus atau sering berulang.

Karena kolesteatoma tidak memiliki suplai darah (vaskularisasi), maka antibiotic sistemik tidak dapat

sampai ke pusat infeksi pada kolesteatoma. Akan tetapi, pada kolesteatoma terinfeksi yang besar biasanya

resisten terhadap semua jenis terapi antimikroba.

Gangguan pendengaran juga merupakan gejala yang umum pada kolesteatoma.

Pusing adalah gejala umum relative pada kolesteatoma, tetapi tidak akan terjadi apabila tidak ada fistula

labirin akibat erosi tulang atau jika kolesteatoma mendesak langsungpada stapes footplate.

Kadangkala, kolestetaoma bermanifestasi pertama kali dengan tanda-tanda dan gejala komplikasi pada

susunan saraf pusat, yaitu: thrombosis sinus sigmoid, abses epidural, atau meningitis.
Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008
Waizel S. Temporal Bone, Acquired Cholesteatoma. Emedicine. May 1, 2007 (cited August 27, 2009). Available at http:/emedicine.medscape.com/article/384879-overview.
Persaud R, Singh A, Georgalas C, etc. Case Report: A New Case of Syncronous Primary External Ear Canal Cholesteatoma. Otolaryngology-Head and neck surgery. 2006;134: 1055-6.
PEMERIKSAAN PENCITRAAN
CT Scan merupakan modalitas pencitraan pilihan karena CT Scan dapat mendeteksi cacat tulang yang halus sekalipun. Densitas kolesteatoma, yaitu
kurang lebih 2 sampai +10 Hounsfield Unit, sehingga efek dari desakan massa itu sendirilah yang lebih penting dalam mendiagnosa kolesteatoma.

Defek yang dapat dideteksi dengan menggunakan CT Scan adalah sebagai berikut:

 Erosi skutum

 Fistula labirin

 Cacat di tegmen

 Keterlibatan tulang-tulang pendengaran

 Erosi tulang-tulang pendengaran atau diskontinuitas

 Anomali atau invasi dari saluran tuba

Waizel S. Temporal Bone, Acquired Cholesteatoma. Emedicine. May 1, 2007 (cited August 27, 2009). Available at http:/emedicine.medscape.com/article/384879-overview.
TATALAKSANA
 NON PEMBEDAHAN
Pemberian obat tetes telinga dari campuran alkohol atau gliserin dalam perioksida 3%, tiga
kali seminggu
 PEMBEDAHAN
Stadium I : Canaloplasty
Canaloplasty dipilih pada lesi yang terdapat di anterior dan inferior liang telinga dan tidak
ditemukan perluasan ke mastoid
Stadium II dan III : Canaloplasty + Tympanoplasty
Tujuan dari sebuah Tympanoplasty adalah untuk menutup lubang di gendang telinga dan
melakukan apapun yang mungkin untuk membalikkan kerusakan pada tulang telinga
Stadium IV : Mastoidektomi
Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses infeksi pada
tulang mastoid. Tujuan mastoidektomi adalah menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap
organ telinga dan sekitarnya. Mastoidektomi dinding runtuh dilakukan pada destruksi yang
luas didinding posterior dan terdapat gangguan fungsi tuba atau perluasan ke telinga
tengah. Mastoidektomi dinding utuh dilakukan jika fungsi telinga tengah normal
KOMPLIKASI

 TULI KONDUKSI
 TULI SENSORINEURAL
 PARALISIS FACIALIS
 KEHILANGAN PENDENGARAN TOTAL
PROGNOSIS

 Kolesteatoma dapat sembuh secara total tetapi, beberapa operasi


mungkin diperlukan. Karena operasi umumnya berhasil, komplikasi
dari pertumbuhan kolesteatoma yang tidak terkontrol sekarang
relatif jarang terjadi
TERIMA KASIH

You might also like