You are on page 1of 29

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Farah Elena Astrilia


1610211069
Definisi
• Anemia
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau masa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh
• Anemia defisiensi besi
Anemia yang timbul akibat kosong nya cadangan besi tubuh sehingga
penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang
Anemia normositik normokrom
• Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan
akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada
sumsum tulang.
• Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan
konsentrasi hemoglobin
• Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg ,
MCHC 26 – 35%
Anemia makrositik hiperkrom
• Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
• Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = >
35 %
• Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam
folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan
myelodisplasia)
Anemia mikrositik hipokrom
• Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal.
• Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %.
• Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
2) Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik
Metabolisme besi
• Besi dalam tubuh terdapat dalam hemoglobin sebanyak 1,5 – 3g dan
sisa lainnya terdapat dalam plasma dan jaringan
• Kebanyakan besi tubuh adalah dalam hemoglobin dengan 1 ml sel
darah merah mengandung 1 mg besi
• Besi yang diserap usus setiap hari kira-kira 1-2 mg, ekskresi besi
melalui eksfoliasi sama dengan jumlah besi yang diserap usus yaitu 1-
2 mg.
• Besi yang diserap oleh usus dalam bentuk transferin bersama dengan
besi yang dibawa oleh makrofag sebesar 22 mg dengan jumlah total
yang dibawa tranferin yaitu 24mg untuk dibawa ke sumsum tulang
untuk eritropoesis
Epidemiologi
• Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di
Negara maju maupun Negara yang sedang berkembang
• Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3% laki-laki tidak memiliki
cukup zat besi dalam tubuh mereka
• Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia

Laki dewasa 16-50%


Wanita 25-48%
Wanita hamil 46-92%
Etiologi
1. Kehilangan darah yang bersifat patologis atau menahun
• Perdarahan uterus ( menorrhagi, metrorrhagia) pada wanita,
perdarahan gastrointestinal diantaranya adalah ulcus pepticum,
gastritis, karsinoma lambung, karsinoma kolon, infeksi cacing
tambang.
• Perdarahan saluran kemih, yang disebabkan tumor, batu ataupun
infeksi kandung kemih. Perdarahan saluran nafas (hemoptoe).
2. Kebutuhan besi meningkat
Kebutuhan yang meningkat pada prematuritas, pada masa
pertumbuhan [remaja], kehamilan, wanita menyusui, wanita
menstruasi.
3. Diet yang buruk/ diet rendah besi
faktor yang banyak terjadi di negara yang sedang berkembang dimana
faktor ekonomi yang kurang dan latar belakang pendidikan yang rendah
sehingga pengetahuan mereka sangat terbatas mengenai diet/ asupan
yang banyak mengandung zat besi.
4. Malabsorbsi
sering terjadi akibat dari penyakit coeliac, gastritis atropi dan pada
pasien setelah dilakukan gastrektomi.
Klasifikasi defisiensi besi
1. Deplesi besi (Iron depleted state).: keadaan dimana cadangan
besinya menurun, tetapi penyediaan besi untuk eritropoesis belum
terganggu.
2. Eritropoesis Defisiensi Besi (Iron Deficient Erytropoesis) : keadaan
dimana cadangan besinya kosong dan penyediaan besi untuk
eritropoesis sudah terganggu, tetapi belum tampak anemia secara
laboratorik.
3. Anemia defisiensi besi : keadaan dimana cadangan besinya kosong
dan sudah tampak gejala anemia defisiensi besi.
Gejala
Gejala umum anemia
• kelemahan tubuh, lesu, mudah lelah, pucat, pusing, palpitasi,
• penurunan daya konsentras
• sulit nafas (khususnya saat latihan fisik)
• mata berkunang-kunang
• telinga mendenging
• Letargi
• menurunnya daya tahan tubuh
Gejala khas
• koilonychia/ spoon nail/ kuku sendok dimana kuku berubah jadi
rapuh, bergaris-garis vertikal dan jadi cekung sehingga mirip sendok
• Atropi papil lidah. Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap
disebabkan karena hilangnya papil lidah.
• Stomatitis angularis/ inflamasi sekitar sudut mulut.
• Glositis
• Pica/ keinginan makan yang tidak biasa
• Disfagia merupakan nyeri telan yang disebabkan `pharyngeal web`
• Atrofi mukosa gaster
• Sindroma Plummer Vinson/ Paterson kelly ini merupakan kumpulan
gejala dari anemia hipokromik mikrositik, atrofi papil lidah dan
disfagia.
Gejala penyakit dasar
• Dispepsia
• Parotis membengkak
• Kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami
Patofisiologi
Pemeriksaan
• Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila
kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel
darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik >
100 fl.
• Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31
pg.
• Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung
dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30- 35%
dan hipokrom < 30%.

• Red cell Distribution Width (RDW)


parameter sel darah merah yang masih relatif baru, dipakai secara
kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi
anemia. untuk mendeteksi tingkat anisositosis. Kenaikan nilai RDW
merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat
besi. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda
meyakinkan dari kekurangan zat besi. Nilai normal 15 %
• Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun
setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh.. Besi
serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun
donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis,
dan malignansi.
• Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama
dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada
kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan
akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
• Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)
rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi, merupakan
indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum tulang.
Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks
kekurangan suplai besi yang meyakinkan terhadap perkembangan
eritrosit. Jenuh transferin dapat menurun pada penyakit peradangan.
• Serum feritin adalah
suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk menentukan
cadangan besi orang sehat. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik
untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan
besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan zat
besi.
Diagnosis
• Anemia hipokromik mikrositik
• MCV <80 fl dan MCHC <31%
• Dua dari tiga parameter
besi serum <50 mg/dl
TIBC >350 mg/dl
Saturasi transferrin <15%
• Feritin serum <20 ug/dl
• Sumsum tulang cadangan besi negative
Terapi
• Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkan penyebab yang
mendasari terjadinya anemia defisiensi besi.
• Terapi besi
1. Oral : preparat besi yang diberikan peroral merupakan terapi yang
banyak disukai oleh kebanyakan pasien, hal ini karena lebih efektif,
lebih aman, dan dari segi ekonomi preparat ini lebih murah.
Ex: Ferro Sulfat : merupakan preparat yang terbaik, dengan dosis 3 x
200 mg, diberikan saat perut kosong [sebelum makan].
Ferro Glukonat, Ferro Fumarat, Ferro Laktat : merupakan preparat
dengan kandungan besi lebih rendah daripada ferro sulfat. Harga lebih
mahal tetapi efektifitasnya hampir sama.
2. Parenteral: pada pasien dengan malabsorbsi berat, penderita
Crohn aktif, penderita yang tidak member respon yang baik
dengan terapi besi peroral, penderita yang tidak patuh dalam
minum preparat besi atau pada kehamilan tua.
Ex: Besi Sorbitol Sitrat (Jectofer) Pemberian dilakukan secara
intramuscular dalam dan dilakukan berulang.
Ferri hidroksida-sucrosa (Venofer) Pemberian secara intravena lambat
atau infus.
1. Diet: perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang
bergizi dengan tinggi protein dalam hal ini diutamakan protein
hewani.
2. Vitamin C: pemberian vitamin C ini sangat diperlukan mengingat
vitamin C ini akan membantu penyerapan besi. Diberikan dengan
dosis 3 x 100mg.
3. Transfusi darah: pada anemia defisiensi besi ini jarang memerlukan
transfusi kecuali dengan indikasi tertentu.
Referensi
• Hoffbrand’s Essential Haematology
• Hematologi Klinik Ringkas
• http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2008/ANE
MIA%20DEFISIENSI%20BESI.pdf
• http://eprints.undip.ac.id/43853/3/Elsa_G2A009017_BAB_2.pdf

You might also like