Professional Documents
Culture Documents
di awal kehamilan
Abortus
Abortus spontan
provokatus
Etiologi
Usia
Paritas
Ekonomi
Klasifikasi abortus spontan
Abortus spontan terjadi secara alami, tanpa perlu di
induksi. Insiden 10-15% , penyebab utamanya antara
lain; kadar progesteron tdk normal, kelainan pd
kelenjar tyroid, DM tdk terkontrol, kelainan rahim,
infeksi & penyakit autoimun lainnya.
Penanganan
Istirahat /tirah baring
Periksa denyut nadi dan suhu tubuh 2x sehari
Tes kehamilan dan pemeriksaan USG
Abortus insipiens
Perdarahan pd usia kehamilan < 20 minggu
Hasil konsepsi atau janin masih berada di uterus
Disertai dilatasi serviks yang meningkat
Perdarahan sedikit, nyeri ringan
Rasa mules lebih sering & kuat perdarahan bertambah
Penanganan
Konsultasi ke dokter obgyn untuk mengakhiri kehamilan
Istirahat /tirah baring
Tes kahamilan dan pemeriksaan USG
Jika janin sdh keluar tetapi plasenta masih teringgal,
lakukan plasenta secara manual
Abortus inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pd usia kehamilan <
20 minggu , sebagian masih berada dalam rahim.
Terjadi dilatasi serviks
Jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus
Perdarahan terus-menerus, jika hasil konsepsi tidak keluar
Nyeri hebat
Penanganan
Konsultasi dlm penatalaksanaan infeksi & evaluasi uterus
Jika syok, infus NaCl atau RL, persiapkan transfusi darah
Kuretase (post kuret berikan antibiotik)
Jika janin sdh keluar tetapi plasenta masih teringgal,
lakukan plasenta secara manual
Abortus komplit
Semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong
Tidak terjadi dilatasi serviks
Perdarahan sedikit
Nyeri tidak ada atau ringan
Penanganan
Bila kondisi baik, berikan ergometrin 3x1 tab dlm 3-5 hari
Jika terjadi anemia, berikan hemanitik
Jika terjadi infeksi, berikan antibiotik
Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin, & mineral.
Missed abortion
Janin telah meninggal tetapi hasil konsepsi masih ada di
dalam rahim dlm jangka waktu yang lama (2 minggu-lebih)
Tidak disertai dilatasi serviks
Perdarahan sedikit (berupa bercak darah)
Terdapat nyeri abdomen/punggung
Tidak ada denyut jantung janin
Penanganan
Bila kadar fibrinogen normal, lakukan kuretase
Jika kadar fibrinogen rendah, berikan fibinogen kering
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan hasil konsepsi
Abortus habitualis
Seseorang yg mengalami abortus > 3x secara berurutan
Perawatan lanjutan ; memberikan dukungan selama proses
berduka, konseling penggunaan KB, hubungan seksual dlm
kurun waktu 2-4 minggu & konseling kehamilan berikutnya
Penanganan
Konseling genetik dan pemeriksaan endokrinologi
Ibu dgn Rh-Neg harus mendapatkan immunoglobin Rh dlm
waktu 72 jam setelah abortus berlangsung
Pemeriksaan USG
Komplikasi Abortus
Perdarahan
Kematian Perforasi
Infeksi Syok
Peran perawat
• Riwayat penyakit ibu
Deteksi dini • Pemeriksaan fisik secara umum
• Pemeriksaan USG, DL, kultur cairan serviks
ABORTUS
Imunoselektif
Faktor ovum Sosek rendah
dr tropoblast
Infeksi virus
Defesiensi
Paritas tinggi & faktor
protein
kromosom
Faktor predisposisi
Faktor umur
Faktor alat reproduksi
Faktor riwayat kehamilan MH sebelumnya
Faktor kehamilan ganda
Faktor etnik
Faktor makanan dan minuman
Faktor lain (genetik, merokok, toksoplasmosis)
Tanda dan gejala
o Amenore/tidak haid
o Mual muntah hebat
o Uterus membesar dr usia kehamilan
o Terjadi pd usia kehamilan 12-14 minggu
o Tidak ditemukan ballotement dan djj
o Terdapat perdarahan pervaginam (90%)
o Kondisi lanjut dapat keluar materi seperti anggur
o Β-hCG dalam darah atau urine (> 14 hari)
Komplikasi
Perdarahan hebat sampai syok
Infeksi sekunder
Preeklampsi Berat
Penangananya sama, kecuali persalinan harus berlangsung dalam
12 jam setelah kejang.
Ruptur uteri
Ruptur uteri adalah robekan dinding rahim yang terjadi saat kehamilan
atau persalinan. Biasanya terjadi secara spontan karena gangguan
mekanisme persalinan sehingga menimbulkan ketegangan
segmen bawah rahim yang berlebihan.
Menurut robekan ruptur uteri dibedakan menjadi 2 yaitu:
• Ruptur uteri kompleta
Bila peritoneum viserale ikut robek dan dengan demikian terdapat
hubungan langsung antara cavum uteri dengan cavum abdomen
Penatalaksanaan
Segera atasi syok (pasang infus ca Nacl 0,9% atau RL), transfusi
darah, pasang oksigen dan pemberian antibiotik.
Terminasi kehamilan
Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dgn perdarahan hebat
2) Resiko infeksi berhubungan dengan anemia dan perdarahan
3) Resiko cedera (janin) berhubungan dengan penurunan perfusi
uterin/plasenta akibat perdarahan
4) Resiko untuk terjadinya trauma ibu s.d penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan TD)
5) Resiko untuk terjadi trauma janin s.d penurunan perfusi plasenta
6) Gangguan perfusi pada jaringan ginjal s.d vasokontriksi, spasme dan
oedema glomerolus
7) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit s.d retensi air dan garam
Perdarahan pasca persalinan
PRIMER
SEKUNDER
Perdarahan < 24 jam SSD
> 24 jam SSD bayi lahir
bayi lahir
PENYEBAB PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
PRIMER
• Atonia uteri SEKUNDER
•Retensio plasenta • Sisa plasenta
•Robekan jalan lahir • Endometritis
•Kelainan pembekuan darah •Sub involusio
•Inversio uteri
Atonia Uteri
Atonia uteri adalah
ketidakmampuan uterus Faktor risiko :
khususnya miometrium untuk Polihidroamnion
berkontraksi setelah plasenta Kehamilan kembar
lahir Makrosomia
Persalinan lama
Persalinan terlalu
cepat
Persalinan dgn
•70% merupakan penyebab HPP induksi
•Terjadi setelah persalinan Infeksi intrapartum
pervaginam maupun operatif Paritas tinggi
Penanganan Umum
Selalu siapkan tindakan gawat darurat
Manajemen aktif kala III
Minta pertolongan pada petugas lain untuk
membantu bila memungkinkan
Bila syok, segera tangani
Kosongkan kandung kemih
Cari penyebab perdarahan
Mengenal ibu dengan kondisi berisiko
Tegakkan diagnosis kerja
Laserasi jalan lahir
Robekan yang terjadi pada
persalinan dengan trauma
terutama jika pembukaan serviks
belum lengkap
•Episiotomi
•Robekan spontan perineum
•Trauma forcep atau vakum
ekstraksi
Derajat satu •Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit
perineum
Plasenta Plasenta
inkaserata akreta
Plasenta Plasenta
perketa inkreta
Klasifikasi HPP
•HPP yg terjadi dalam 24 jam
HPP pertama kelahiran.
•Mis; atonia uteri, retensio
primer plasenta, robekan jalan
lahir, inversio uteri