You are on page 1of 42

DRY EYE SIGNS AND

SYMPTOMS IN NIGHT-
TIME WORKERS
JOURNAL READING

Pembimbing : DR.dr. Fifin L Rahmi, Sp.M(K)


PENDAHULUAN
Mata Kering

Penyakit Mata
Yang Umum

Hilangnya Kualitas
Iritasi Mata Ketidaknyamanan,
Visual

Rasa Sakit Kronis Hilangnya Kualitas


Gangguan Mood Gangguan Tidur
Yang Konstan Hidup

Mengurangi
Kinerja Kerja
Individu
Irama sirkadian Tidur

Penyesuaian jam internal


tubuh berkaitan dengan kurang tidur dikaitkan dengan
pengaturan perubahan perubahan sistem otonom
fisiologis dan perilaku melalui dan endokrin
sinyal neuronal dan hormonal

sekresi air mata

berpotensi merusak kualitas


atau kuantitas air mata.
Irama sirkadian mereka
Jam bangun mereka di terganggu karena
Pekerja malam hari malam hari mereka terkena sinyal
cahaya di tempat kerja

Tujuan dari penelitian ini -> mengevaluasi


gejala mata kering dan perubahan indeks air
mata pada pekerja malam hari.
METODE
Semua peserta diperiksa selama 2 hari berturut-
turut (sebelum dan setelah jaga malam) pada
waktu yang bersamaan pukul 7 pagi.
Pemeriksaan terdiri dari 2 hal yaitu:

Melengkapi kuesionair: meliputi intensitas dari gejala


mata kering untuk menghitung derajat keparahan
sebelum dan sesudah jaga malam. Kuesionair yang
digunakan adalah kueisioner SPEED (Standard
Patient Evaluation of Eye Dryness).

Pemeriksaan klinis (pada mata kiri) dengan urutan


sebagai berikut pemeriksaan mata eksterna untuk
menentukan derajat keparahan konjungtiva
hiperemis, tear break up time test (TBUT), dan tes
schimmer dasar.
Eklusi
1. riwayat penyakit
permukaan mata
(lipatan mata,
konjungtiva, dan
Karyawan medis sistem lakrimalis), • Konjungtiva
yang bertugas 2. pembedahan mata hiperemis
malam (staff selama 6 bulan • Tes Schimmer
medis dan terakhir,
3. penyakit sistemik • Tear Break Up
petugas Time Test
terkait dengan mata
keamanan) kering (seperti
artritis rheumathoid,
lupus, Sjogren
Syndrome),
4. penggunaan tetes
mata dan lensa
Peserta kontak selama 72
jam sebelumnya,
5. memiliki riwayat
penyakit
gastrointestinal atau
penyakit terkait
defisiensi vitamin A.
Penilaian
Pemeriksaan
Konjungtival Skala 0-4
diffuse
hiperemis ICEEC
illumination
Tear Break Up Time Test
Ditetesi
fluorescein
kemudian dibilas
dengan saline

Lapisan air mata


dinilai
menggunakan
cahaya biru

Interval waktu antara kedipan akhir


dan muncul dry spot pertama 
TBUT
TES SCHIMMER
Setelah meneteskan anastesi tetrakain 0,5% dan
menghapus cairan pada fornix. Schimmers strip
diletakkan antara lipatan mata terluar dan sepertiga
bawah. Setelah 5 menit, panjang strip dihitung dalam
ukuran milimeter. Lokasi, waktu, dan kondisi cahaya
disamakan pada semua pasien.
PENGOLAHAN DATA
• Data dikumpulkan dan dikodisasi dengan komputer dan
dianalisa dengan SPSS 11.
• Kendall rank test digunakan untuk membandingkan gejala
amta kering sebelum dan setelah jam malam.
• Wilcoxon rank test digunakan untuk membandingkan
parameter lapisan air mata (TBUT dan tes schimmer)
sebelum dan setelah jam malam.
• Lalu dinilai korelasi antara perubahan derajat keparahan
dan perubahan parameter klinis (TBUT dan tes schimmer
dasar) setelah dan sebelum jam malam dengan non-
parametrik spearman’s rank correlation coefficient test.
Nilai p <0,05 dianggap signifikan.
HASIL
Retang usia:
Subyek Penelitian 24 – 50 tahun

Rerata usia:
19 33,34 (SD ± 6.5)
tahun
31

Dengan beberapa
Laki-laki parameter
Perempuan
dibandingkan antara
sebelum dan setelah
jaga malam.
Kuesioner gejala dry eye
 tingkat keparahan setelah jaga malam lebih tinggi
secara signifikan
(P< 0,005)

Hiperemis Bulbar
konjungtiva hiperemis lebih parah setelah jaga
malam
(P=0,001)

Stabilitas Tear film


 hasil tes TBUT lebih rendah saat setelah jaga malam
(P=0,001)
Tes Basic Schirmer
• Dilakukan sebelum dan setelah jaga malam
• Rerata hasil tes setelah jaga malam >> sebelum jaga
malam
• (19.04 ± 7.83 vs 17.34 ± 6.45 mm)
• tdp perbedan yang signifikan secara statistik antara
sebelum dan setelah jaga malam (P=0.037)
Korelasi antara perubahan skor total tingkat keparahan dan
perubahan parameter klinis (TBUT, Basic Schirmer) saat
sebelum dan setelah jaga malam.
- Koefisien korelasi tes Schirmer adalah 0.078 (P=0.588).
- Koefisien korelasi untuk tes TBUT adalah -0.064
(P=0.657).

 Tidak ada korelasi antara perubahan skor total tingkat


keparahan dan perubahan parameter klinis (P > 0.05)
DISKUSI
Diskusi Hasil
Dry Eye adalah Gangguan Tidur
memiliki hubungan kuat
penyakit yang dengan berbagai
multifactorial macam penyakit yang
yang sangat berpotensi
mencangkup menyebabkan komorbid
yang signifikan dan
tear film dan menyebabkan
permukaan morbiditas pada pasien.
mata.
Diskusi Hasil
Kurang tidur juga
Nervus Simpatik dan berhuhubungan dengan
autonomic dan system
parasimpatic endokrin yang berubah
dengan meningkatnya
menstimulasi tekanan darah dan
menurunnya aktivitas
produksi gladula parasimpatis dan
bertambahnya sekresi
lacrimal. hormone stress seperti
Norepinefrin dan
cortisol.
Diskusi Hasil

studi yang dilakukan Ayaki menunjukkan bahwa


prevalensi gangguan tidur di pasien dry eye lebih
tinggi dari pada gangguan tidur dengan penyakit mata
lainnya, tapi study ini tidak spesifik apakah gangguan
tidur mengakibatkan peningkatan prevalensi dry eye
atau dry eye menyebabkan gangguan tidur.
Diskusi Hasil
• Di study sekarang, semua gejala • Di study yang dilakukan
dry eye memiliki perubahan Nascimento dan kolega
signifikan terhadap skor
mereka menunjukkan
keparahan yang lebih tinggi
penambahan sensitifitas dari
setelah shift malam (P<0,05).
nyeri diikuti kurang tidur.
• Ini menunjukkan
kemungkinan adanya faktor
dalam eksaserbasi dry eye.
Diskusi Hasil
• Hampir seluruh probandus yang mengikuti study ini

adalah usia muda dan usia pertengahan (Rerata usia


33,34 tahun). Mengingat bahwa prevalensi dry eye
meningkat seiring bertambahnya usia, mungkin efek
kurang tidur dan gangguan ritme circadian yang normal
pada tubuh lebih menimbulkan efek kepada usia yang
lebih muda.
Diskusi Hasil
• Hampir seluruh probandus yang mengikuti study ini

adalah usia muda dan usia pertengahan (Rerata usia


33,34 tahun). Mengingat bahwa prevalensi dry eye
meningkat seiring bertambahnya usia, mungkin efek
kurang tidur dan gangguan ritme circadian yang normal
pada tubuh lebih menimbulkan efek kepada usia yang
lebih muda.
Diskusi Hasil
• Tetapi, hampir seluruh • karena dry eye adalah
partisipan pada studi ini proses inflamasi yang
memiliki pengalaman berdampak pada kelenjar
dengan dry eye. Efek air mata dan mengubah
jangka panjang dari kerja kualitas dan kuantitas dari
shift-malam harus lebih air mata dan
diperhatikan setelah menyebabkan penyakit di
beberapa tahun dan akan permukaan mata.
menunjukkan efek • Di studi ini, tidak ada
nantinya di kehidupan, hubungan antara gejala
dry eye dan parameter
klinis, seperti di studi
sebelumnya.
UJI TBUT

• Digunakan untuk mengevaluasi stabilitas lapisan air


mata
• Penelitian kami menunjukkan bahwa bekerja pada
malam hari, dapat memperburuk gejala mata kering
dan mengurangi TBUT  penelitian Lee dkk
menunjukkan bahwa kekurangan tidur dapat
mengurangi TBUT
• Perubahan hormonal dan neurologis sekunder
terhadap kekurangan tidur mungkin dapat mengubah
komposisi lapisan air mata (contohnya terjadi
perubahan pada lapisan lipid) dan merusak stabilitas
lapisan air mata
SCHIRMER TEST
• nilai diagnostik dan reliabilitas uji Schirmer ini kontroversial
dikarenakan variabilitas yang tinggi pada uji Schirmer.
• Variabilitas tinggi ini bergantung pada berbagai faktor :
• ukuran dari bagian kertas Schimer yang disisipkan, suhu, dan
kelembaban lingkungan, cara meletakkan kertas pada tempatnya
dan refleks merobek saat kertas disisipkan
• peningkatan nilai uji Schirmer mungkin merupakan
kompensasi terhadap stres yang disebabkan oleh kurang
tidur
• nilai uji Schirmer kurang atau sama dengan 10 mm memiliki
nilai diagnostik lebih besar daripada nilai di atas 10 mm
• Peningkatan nilai uji Schirmer  sensitivitas dari uji ini
menjadi berkurang
DISKUSI
• TBUT bergantung pada penurunan tegangan permukaan yang
disebabkan oleh musin dan faktor lainnya dan tidak bergantung
pada volume air mata.
• Pada kenyataannya, bisa dikatakan bahwa TBUT memeriksa
kualitas lapisan air mata daripada kuantitasnya.
• uji Schirmer memeriksa kuantitasnya
• Meskipun uji Schirmer kurang sensitif daripada TBUT untuk
diagnosis mata kering dan tidak menunjukkan adanya disfungsi
akut lapisan air mata begitu juga pada uji TBUT
• uji Schirmer sangat berguna untuk menilai sekuel jangka panjang
penyakit permukaan okular seperti sindrom mata kering
DISKUSI
• Karena pengaruh mata kering terhadap kualitas hidup
sangat hebat, setiap perbaikan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini dapat meningkatkan kualitas
hidup dan kinerja dalam pekerjaan.
• Kami menemukan bahwa bekerja pada malam hari
dapat memperburuk gejala mata kering dan
ketidakstabilan lapisan air mata.
• Oleh karena itu, pekerja malam hari perlu mendapat
perhatian khusus untuk mencegah onset atau
eksaserbasi penyakit. Studi lebih lanjut diperlukan
untuk menilai lapisan air mata dan perubahan biokimia
untuk menggambarkan temuan pada penelitian ini.
CRITICAL APPRAISAL
CRITICAL APPRAISAL
• Jurnal yang berjudul : Dry Eye Signs and Symptoms in
night-time Workers yang diambil dari website
www.journals.elsavier.com/journal-of-current-ophtamology
29 (2017) 270-273
• Berdasarkan analisis PICO VIA didapatkan hasil sebagai
berikut:
• Sampel penelitian Kecil

50 subyek (Staf RS
yang shift malam) : 31
laki-laki dan 19
perempuan dengan
rentang usia antara 24
dan 50 tahun dengan
usia rata-rata 33,34
(SD ± 6,5) tahun
Keterbatasan

• Penelitianini memiliki beberapa keterbatasan 


Sampel yang digunakan ukurannya kecil.
• tidak memiliki kelompok kontrol subjek dengan
pengukuran yang dilakukan selama siang hari
(sebelum memulai pekerjaan dan pada akhir hari).
Pemeriksaa
n Semua peserta diperiksa
pada dua hari berturut-
turut (sebelum dan
sesudah shift malam)
Pemeriksaa pada saat bersamaan
Kuesioner
n klinik (jam 7 pagi)

Pemeriksaa
Tear
n Hiperemia tes Schirmer
Breakup
permukaan konjungtiva, dasar
Time (TBUT)
ocular
Semua pengukuran bersifat non-invasive

Sesuai ketentuan dalam Deklarasi Helsinki

Informed consent diperoleh dari semua peserta

protokol penelitian telah disetujui oleh komite etika.


Semua peserta diperiksa selama 2 hari berturut-turut (sebelum dan setelah jaga malam) pada waktu

yang bersamaan pukul 7 pagi. Pemeriksaan terdiri dari 2 hal yaitu:

1. Melengkapi kuesionair: pertama, pada tiap peserta, kami melengkapi kuesionair yang meliputi

intensitas dari gejala mata kering untuk menghitung derajat keparahan sebelum dan sesudah

jaga malam. Kuesionair yang digunakan adalah kueisionee SPEED (Standard Patient

Evaluation of Eye Dryness). 4 gejala mata kering yaitu kekeringan, mata mengganjal, mata

kelelahan, iritasi, terbakar atau berair dinilai secara subjektif dari 0 ke 4, yang menggambarkan

keparahan gejala. Kuesioner diberikan sebelum tindakan atau manipulasi pada mata.

2. Pemeriksaan klinis (pada mata kiri) dengan urutan sebagai berikut pemeriksaan mata eksterna

untuk menentukan derajat keparahan konjungtiva hiperemis, tear break up time test (TBUT),

dan tes schimmer dasar.


Pada penelitian ini ditemukan:
1. Berdasarkan kuesioner, 4 keluhan mata kering lebih
dirasakan
2. Berdasarkan hiperemis bulbar: ditemukan lebih parah
setelah jaga malam
3. Berdasarkan TBUT: stabilitas lapisan air mata menurun
4. Pada schimmer ditemukan 10 subjek dengan nilai
kurang dari 10 mm setelah jaga malam
• Subjek penelitian ini representatif dengan jumlah total 50
pasien sehat yang bekerja di waktu malam hari selama 12
jam.
• Desain penelitian ini cukup baik dengan menggunakan
metode cross sectional yang bisa digunakan untuk
mencari faktor risiko suatu penyakit, pada kasus ini yaitu
mata kering pada pekeja jaga malam
• Perlakuan untuk masing-masing subyek adalah sama.
Subyek dipilih secara acak untuk dilakukan penilaian
dengan pemeriksaan yang sama.
• Hasil dari penelitian ini penting.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keparahan
gejala mata kering lebih parah saat setelah jaga malam
dibandingkan dengan sebelum jaga malam, konjungtiva
hiperemis juga terlihat lebih parah setelah jaga malam, tes
TBUT juga lebih rendah saat setelah jaga malam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bekerja di waktu
malam menyebabkan instabilitas dari lapisan air mata dan
eksaserbasi gejala mata kering.
• Hasil dari penelitian ini aplikatif. Karena penelitian ini
dapat dijadikan acuan untuk mengedukasi para pekerja
jaga malam bahwa salah satu faktor risiko yang
memperberat gejala mata kering adalah berkerja di waktu
malam hari.
THANKYOU 

You might also like