You are on page 1of 26

ASKEP

GANGGUAN TINGKAH LAKU


Oleh kelompok 3 :
1. Elok Nadliroh
2. Fera Ayu F
3. Ida Nihayatul A
4. Niputu Erista W
5. Rizki Emil L
6. Siti Indah Nur H
I. KONSEP TEORI

PENGERTIAN

Gangguan tingkah laku adalah perilaku antisosial


yang persisten pada anak dan remaja yang secara
signifikan mengganggu kemampuan mereka untuk
melakukan fungsi di bidang social, akademik, atau
pekerjaan.
Gejalanya dikelompokkan ke dalam empat area :
agresi terhadap orang dan binatang, perusakan
barang-barang, kecurangan dan pencurian, dan
pelanggaran peraturan yang serius.
Etiologi dan Faktor Resiko

1. Faktor-faktor biologis
Dalam tiga studi adopsi berskala besar di Swedia,
Denmark, dan Amerika Serikat, mengindikasikan
bahwa perilaku kriminal dan agresif dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan dimana faktor
lingkungan pengaruhnya sedikit lebih besar.
Etiologi dan Faktor Resiko

2. Faktor-faktor Psikologis
Anak-anak dapat mempelajari agresivitas, dari orang
tua yang berperilaku agresif. Anak juga dapat meniru
tindakan agresif dari berbagai sumber lain seperti
televisi. Setelah ditiru, tindakan agresif kemungkinan
akan dipertahankan. Berbagai karakteristik pola asuh
seperti disiplin keras dan tidak konsisten dan
kurangnya pengawasan secara konsisten
dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak-
anak.
Etiologi dan Faktor Resiko

3. Pengaruh lingkungan
a. Orangtua :
sikap orang tua terhadap anak mereka merupakan
faktor yang sangat penting bagi kepribadian anak
itu. Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian
dapat menimbulkan kebingungan pada anak. Orang
tua tidak rukun, sering tidak konsekuen dalam
mengatur kedisiplinan dan sering bertengkar
didepan anak. Sebaliknya, disiplin yang
dipertahankan secara kaku dapat menimbulkan
frustasi yang hebat. Kepribadian orang tua sendiri
juga sangat penting.
b. Saudara-saudara :
Rasa iri hati terhadap saudara adalah normal,
biasanya lebih nyata pada anak pertama dan
lebih besar antara anak-anak dengan jenis
kelamin yang sama. Perasaan ini akan bertambah
keras bila orangtua memperlakukan anak-anak
tidak sama. Untuk menarik perhatian dan simpati
orangtuanya, anak-anak tersebut bisa
menunjukkan perilaku yang agresif atau
negativistik.
c. Orang-orang lain di dalam rumah : seperti nenek,
saudara orangtua atau pelayan, juga dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.

d. Teman-teman seusia :
 Penerimaan atau penolakan dari teman-teman
seusia
 Afiliasi dengan teman-teman seusia yang
berperilaku menyimpang
4. Faktor-faktor sosiologis
Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas
pendidikan yang rendah, kehidupan keluarga
yang terganggu, dan subkultur yang
menganggap perilaku kriminal sebagai suatu hal
yang dapat diterima terungkap sebagai faktor-
faktor yang berkontribusi
Awitan dan Proses Klinis

Dua subtipe gangguan tingkah laku didasarkan pada usia saat awitan :
1. Tipe awitan masa kanak-kanak mencakup gejala-gejala yang
terjadi sebelum usia 10 tahun, termasuk agresif fisik terhadap
orang lain dan gangguan hubungan teman sebaya. Anak tersebut
lebih mungkin mengalami gangguan tingkah laku yang persisten
dan berkembang menjadi gangguan kepribadian antisosial saat
dewasa.
2. Tipe awitan remaja didefinisikan sebagai tidak adanya gangguan
tingkah laku sampai usia 10 tahun. Remaja tersebut sedikit
kemungkinannya menjadi agresif, dan mereka mempunyai
hubungan dengan teman sebaya yang lebih normal. Mereka
sedikit kemungkinannya untuk mengalami gangguan tingkah laku
yang persisten atau gangguan kepribadian antisosial saat dewasa.
Klasifikasi Gangguan Tingkah Laku

1. Ringan
Individu mengalami sedikit masalah tingkah laku yang menyebabkan
bahaya terhadap orang lain yang relative ringan, seperti berbohong,
bolos sekolah atau keluar rumah tanpa izin.
2. Sedang
Jumlah masalah tingkah laku meningkat seperti hanya jumlah
bahaya terhadap orang lain, seperti vandalisme atau pencurian.
3. Berat
Ada banyak masalah tingkah laku, dan bahaya yang besar terhadap
orang lain, seperti seks yang dipaksa, kekejaman terhadap binatang,
penggunaan senjata, pencurian, atau kerampokan.
Gejala-Gejala Gangguan Tingkah Laku
• Berbohong
• Agresi kepada orang dan binatang
• Mengganggu, mengancam, atau • Mencuri di toko
mengintimidasi orang lain
• Mendobrak rumah, gedung atau mobil
• Perkelahian
• Menipu orang lain untuk meghindari
• Penggunaan senjata
tanggung jawab
• Pemaksaan kegiatan seksual
• Kekejaman kepada orang atau • Pelanggaran peraturan yang serius
binatang
• Keluar sepanjang malam tanpa ijin orang
• Perusakan barang-barang tua
• Menyebabkan kebakaran
• Melarikan diri dari rumah sepanjang
• Vandalisme (pencurian)
malam
• Sengaja merusak barang-barang
• Bolos sekolah
• Kecurangan dan pencurian
Penanganan Gangguan Tingkah Laku

Non Farmakologi

– Intervensi keluarga
– Penanganan multisistemik (PMS)
– Pendekatan kognitif
– Pengobatan Berbasis Rumah Sakit
dan Rehabilitasi
Farmakologi
Penelitian 1 :
menunjukkan efektivitas penggunaan methylphenidate dalam menurunkan
tingkat perlawanan, pembangkangan, agresi, dan perubahan mood pada
pasien dengan usia 5-8 tahun yang didiagnosis dengan gangguan tingkah laku,
dengan atau tanpa ADHD.

Penelitian 2 :
menunjukkan efektivitas dari divalproat dalam menurunkan kemarahan dan
agresivitas pada usia remaja.

Penelitian 3 :
menunjukkan efektivitas dari lithium dalam menurunkan agresivitas pada
pasien usia remaja dengan gangguan tingkah laku.
II. ASKEP GANGGUAN TINGKAH LAKU

Pengkajian

– Riwayat
Anak yang mengalami gangguan tingkah laku memilik
riwayat gangguan hubungan dengan teman sebaya, agresif
terhadap orang atau binatang, merusak barang-barang,
kecurangan atau pencurian, dan pelanggaran peraturan
yang serius seperti bolos, melarikan diri dari rumah, dan
kelaur rumah sepanjang malam tanpa ijin. Perilaku dan
masalah yang terjadi mungkin ringan sampai berat.
– Penampilan Umum dan Perilaku Motorik
Penampilan, bicara, dan perilaku motoric klien
biasanya normal untuk kelompok seusianya, tetapi
dapat sedikit ekstrim (dalam hal tindikan pada tubuh,
tato, gaya rambut, dan cara berpakaian). Klien sering
sekali membungkuk di kursi dan murung serta tidak
mau diwawancara. Ia dapat mengucapkan kata-kata
kotor, menghina perawat/dokter, dan mengucapkan
kata-kata hinaan tentang orangtua, guru, polisi, dan
figure yang berwenang lainnya.
– Mood dan Afek
Klien mungkin tenang dan enggan berbicara atau
mungkin menunjukkan marah atau bermusuhan secara
terang-terangan. Sikap klien mungkin tidak hormat
kepada orang tua, perawat atau setiap orang yang
dianggap berada pada posisi yang berwenang. Iritabilitas,
frustasi dan marah-marah biasa terjadi. Klien mungkin
tidak mau menjawab pertanyaan atau bekerja sama saat
wawancara, dengan meyakini bahwa ia tidak
membutuhkan bantuan atau terapi. Jika klien mempuyai
masalah hukum, ia dapat mengungkapkan perasaan
bersalah atau menyesal yang dangkal, tetapi perasaan
tersebut tidak mungkin tulus.
– Proses dan Isi Pikir
Proses pikir klien biasanya utuh yakni, ia memiliki
kapasitas berpikir logis dan rasional. Akan tetapi,
klien sering kali merasa dunia menjadi agresif
dan mengancam dan klien berespons dengan
cara yang sama. Klien mengalami preokupasi
dengan kewaspadaan untuk dirinya sendiri,
dengan berperilaku seolah-olah setiap orang
“berusaha menangkap saya”. Pikiran atau fantasi
tentang kematian atau kekerasan biasa terjadi.
– Sensorium dan Proses Intelektual
Klien waspada dan terorientasi, memorinya utuh,
dan tidak ada perubahan sensori persepsi.
Kapasitas intelektualnya tidak terganggu, tetapi
biasanya klien mempunyai nilai yang jelek karena
prestasi akademik yang rendah, masalah perilaku
di sekolah, atau tidak masuk sekolah, tidak
menyelesaikan tugas dan sebagainya.
– Penilaian dan Daya Tilik
Penilaian dan daya tilik klien terbatas meskipun tahap
perkembangan klien dipertimbangkan. Klien terus-
menerus melanggar peraturan tanpa memperhatikan
konsekuensinya. Perilaku mencari tantangan atau
perilaku yang beresiko biasa terjadi, seperti
penggunaan obat-obatan atau alcohol mengemudi ugal-
ugalan aktifitas seksual, dan aktifitas yang melanggar
hukum seperti mencuri. Klien kurang daya tilik, biasanya
dengan menyalahkan orang lain atau masyarakat atas
masalahnya, klien jarang yakin bahawa perilakunya
menyebabkan kesulitan.
– Konsep Diri
Harga diri klien rendah meskipun mereka
biasanya mencoba untuk tampak kuat. Mereka
tidak menilai diri mereka sebagai orang yang
nilainya lebih dari orang lain. Identitas mereka
hubungan dengan jenis perilaku yang mereka
tunjukkan, sepeerti menjadi tenang jika mereka
mendapatkan banyak pengalaman seksual atau
menjadi penting jika mereka mencuri barang-
barang yang mahal atau dikeluarkan dari sekolah.
– Peran dan Hubungan
Hubungan dengan orang lain terganggu dan bahkan dapat
menjadi kekerasan, terutama dengan mereka yang berwenang.
Hal ini mencakup orang tua, guru, polisi, dan sebagian besar
orang dewasa lainnya yang mereka temui. Agresif fisik dan verbal
biasa terjadi. Saudara kandung mungkin menjadi target ejekan
atau agresi klien. Hubungan dengan teman sebaya terbatas
dengan orang lain yang menunjukkan perilaku yang sama dengan
klien, teman sebaya di sekolah dipandang sebagai orang yang
dungu atau takut jika mereka mengikuti peraturan. Klien biasnya
mendapatkan nilai yang jelek di sekolah atau di keluarkan dari
sekolah atau berhenti sekolah. Klien tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan (jika cukup umur) karena ia lebih senang mencuri apa
yang ia butuhkan. Ide klien untuk melaksanakan peran adalah
berhenti sekolah, melanggar peraturan, dan mengambil
keuntungan dari orang lain.
– Pertimbangan Fisiologis dan Perawatan Diri
Klien sering kali beresiko terhadap kehamilan yang tidak
direncakan dan penyakit menular seksual karena perilaku
seksual mereka yang dini dan sering. Penggunaan obat-
obatan dan alcohol merupakan resiko tambahan untuk
kesehatan. Klien yang mengalami gangguan tingkah laku
terlibat dalam agresi fisik dan perilaku kekerasan, termasuk
penggunaan senjata, hal ini mengakibatkan lebih banyak
cidera dan kematian daripada orang lain yang seusia
dengan klien.
Analisa Data dan Perencanaan

Diagnosis keperawatan yang biasanya digunakan


untuk klien yang mengalami gangguan tingkah laku
adalah :
– Resiko perilaku kekerasan
– Ketidakpatuhan
– Ketidakefektifan koping individu
– Hambatan interaksi social
– Gangguan harga diri
Identifikasi Hasil
Kriteria hasil untuk klien yang mengalami gangguan tingkah laku
adalah
– Klien tidak akan melukai orang lain atau merusak barang.
– Klien akan berpartisipasi dalam terapi.
– Klien akan mempelajari keterampilan penyelesaian masalah
dan koping yang efektif.
– Klien akan berinteraksi dengan orang lain dengan menggunakan
perilaku yang sesuai dengan usianya dan dapat diterima.
– Klien akan mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya
yang sesuai dengan usianya.
Intervensi

You might also like