Professional Documents
Culture Documents
K E L O M P O K 11
2
NILAI DAN ETIKA
PERUSAHAAN
RIO TINTO
Akuntabilitas: Rio Tinto bergantung pada inovasi, jadi Rio Tinto melakukan semua yang
dianggap bisa untuk memberdayakan orang-orang yang terlibat dengan Rio Tinto untuk
bertindak tegas - dan untuk menghargai mereka atas kerja keras mereka.
Kerja tim: Rio Tinto percaya bahwa bekerja bersama, dalam suasana saling percaya dan
menghormati, adalah mesin yang mendorong ke depan.
Integritas: Rio Tinto menumbuhkan budaya kejujuran dan keadilan - kepada rekan kerja,
pelanggan, pemasok, dan masyarakat tempat Rio Tinto beroperasi.
Rasa Hormat: Di Rio Tinto mereka mengutamakan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan rekan-rekan setim, dan bertujuan untuk saling mengenali kontribusi satu
sama lain terhadap kesuksesan perusahaan.
3
KASUS POLUSI
RIO TINTO
TAMBANG PANGUNA
BOUGAINVILLE
• Rio Tinto mengoperasikan tambang tembaga
Panguna di Bougainville sejak 1972 hingga
1989, ketika pemilik tanah setempat - marah
tentang polusi dan pembagian pendapatan -
memaksa tambang untuk tutup.
Perusahaan raksasa Pertambangan yang berada di Inggris-Australia, Rio Tinto merupakan pemilik mayoritas tambang tembaga
Panguna di Bougainville selama 45 tahun, daerah otonom di Papua New Guinea (PNG). Tetapi sekarang pihaknya telah menyerahkan
53,8 persen sahamnya di perusahaan operasi tambang, Bougainville Copper Ltd (BCL), dan mengumumkan menolak tanggung jawab
perusahaan atas kerusakan lingkungan yang ditimbulkan selama operasi dari tahun 1972 hingga 1989. Perusahaan percaya tidak lagi
memiliki kewajiban untuk mengatasi masalah lingkungan yang diwariskan tambang karena mematuhi hukum PNG pada hari itu dan
dipaksa untuk meninggalkan usaha pertambangan karena konflik bersenjata.
Rio Tinto mengoperasikan tambang tembaga Panguna di Bougainville sejak 1972 hingga 1989. Rio tinto melepaskan diri dari tambang
panguna di bougainville pada tahun 2016 dan menganggap tidak memiliki kewajiban untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang
telah terjadi. Rio Tinto menyatakan bahwa tidak ada peraturan yang signifikan tentang rehabiltasi dan rekonsiliasi terhadap
lingkungan yang rusak akibat kegiatan pertambangan dalam undang-undang yang berlaku di wilayah setempat. Meskipun begitu Rio
Tinto sebagai perusahaan Tambang multinasional yang sangat besar seharusnya tetap berpegang teguh pada nilai perusahaan yang
mereka anut yaitu Rio Tinto mengklaim di situs webnya bahwa “rasa hormat terhadap lingkungan adalah pusat dari pendekatan kami.
Sedapat mungkin kita mencegah - atau meminimalkan, mengurangi dan memulihkan - efek berbahaya yang mungkin dimiliki oleh
operasi kita. ”
Pada 2016, Rio Tinto dengan resmi meninggalkan pertambangan panguna di Bougainville dengan alasan harga komoditas yang turun secara
dramatis, resiko investor yang kian enggan berinvestasi pada bisnis ini, serta keadaan politik yang tidak menentu di PNG.
5
Pertambangan
Panguna
Pemerintah bersama warga sekitaran
bougainville sangat menginginkan rehabilitasi
terhadap kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh pertambangan Rio Tinto,
namun hal ini terkendala oleh masalah biaya.
Sebagai negara yang kurang berada PNG juga
enggan melakukan hutang pada bank karena
dianggap akan sangat membebankan
pengeluaran negara. Oleh karena itu,
pemerinrah mengusulkan untuk membuka
kembali lahan pertambangan agar memperoleh
dana, namun hal ini sampai sekarang belum
mendapat persetujuan dari penduduk pribumu
sebagai pemilik tanah yang sah.
6
DAMPAK PELANGGARAN ETIKA
RIO TINTO TERHADAP
PERTAMBANGAN PANGUNA DI
BOUGAINVILLE
7
KESIMPULAN
RIO TINTIO POLLUTION
Rio Tinto yang mengelola pertambangan panguna di Bougainville dianggap tidak bertanggung jawab dan
telah melanggar etika yang dipegang oleh perusahaan selama ini. Rio Tinto mengklaim bahwa rasa hormat
terhadap lingkungan merupakan dasar etika bisnis mereka. Namun pada prakteknya mereka meninggalkan
tambang panguna di Bougainville tercemar dan terbengkalai. Hal ini tentu saja sangan merugikan
masyarakat sekitar dalam berbagai aspek baik lingkungan, sosial, ekonomi maupun politik. Dan lagi, hal
ini sangat membenai pemerintah PNG dalam hal rehabilitasi dan rekonsiliasi daerah pertambangan yang
tercemar.
8