You are on page 1of 8

RIO TINTO POLLUTION

ETIKA BISNIS DAN CORPORATEGOVERNANCE

K E L O M P O K 11

LIANA NUR AINI 1 6 11 0 11 0 3 3


E LY M A R G I A N I 1 6 11 0 11 0 7 9
MOH. ADRIAN 1 6 5 1 0 11 0 0 1
MOCH. RAFLI 1 6 5 1 0 11 0 0 9
D E VA N I A P R AT I W I 1 7 11 0 11 0 2 9
M U H A M M A D F I K R I F. 1 7 11 0 11 0 6 9
A J I PA N G E S T U 1 7 11 0 1111 3
TENTANG RIO TINTO
Rio Tinto adalah sebuah perusahaan asal Britania Raya
yang bergerak di sektor material. Industri yang menjadi
fokus utama Rio Tinto adalah industri pertambangan dan
metal. Pada tahun 2014, Rio Tinto mendapatkan nilai
penjualan sebesar AS$51,2 miliardengan profit AS$3,7
miliar. Pada tahun yang sama, Rio Tinto menempati
peringkat ke-109 dalam daftar Global 2000, sebuah daftar
perusahaan terbesar di dunia yang diperingkat oleh
majalah bisnis Forbes, dengan total nilai pasar (market
value) AS$103,8 miliar dan total aset sebesar AS$111
miliar.

Perusahaan ini memproduksi batu bara, besi, tembaga,


uranium, emas, dan intan. Perusahaan ini mempekerjakan
32.000 pekerja pada tahun 2004. Perusahaan ini bermarkas
di London, Inggris dan Melbourne, Australia.

2
NILAI DAN ETIKA
PERUSAHAAN
RIO TINTO

Akuntabilitas: Rio Tinto bergantung pada inovasi, jadi Rio Tinto melakukan semua yang
dianggap bisa untuk memberdayakan orang-orang yang terlibat dengan Rio Tinto untuk
bertindak tegas - dan untuk menghargai mereka atas kerja keras mereka.
Kerja tim: Rio Tinto percaya bahwa bekerja bersama, dalam suasana saling percaya dan
menghormati, adalah mesin yang mendorong ke depan.
Integritas: Rio Tinto menumbuhkan budaya kejujuran dan keadilan - kepada rekan kerja,
pelanggan, pemasok, dan masyarakat tempat Rio Tinto beroperasi.
Rasa Hormat: Di Rio Tinto mereka mengutamakan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan rekan-rekan setim, dan bertujuan untuk saling mengenali kontribusi satu
sama lain terhadap kesuksesan perusahaan.

3
KASUS POLUSI
RIO TINTO
TAMBANG PANGUNA
BOUGAINVILLE
• Rio Tinto mengoperasikan tambang tembaga
Panguna di Bougainville sejak 1972 hingga
1989, ketika pemilik tanah setempat - marah
tentang polusi dan pembagian pendapatan -
memaksa tambang untuk tutup.

• Rio Tinto melepas bagiannya dari tambang


pada tahun 2016, dan sekarang Rio Tinto
beranggapan tidak memiliki kewajiban untuk
mengatasi masalah lingkungan yang terjadi di
daerah tambang.

• Hari ini, Bougainville - daerah otonom di


Papua Nugini - hancur oleh kerusakan yang
ditimbulkan oleh perang dan tambang.

• Pemerintah Bougainville sedang


mempertimbangkan pembukaan kembali
tambang untuk mendanai pembersihan.
4
TAMBANG PANGUNA BOUGAINVILLE

Perusahaan raksasa Pertambangan yang berada di Inggris-Australia, Rio Tinto merupakan pemilik mayoritas tambang tembaga
Panguna di Bougainville selama 45 tahun, daerah otonom di Papua New Guinea (PNG). Tetapi sekarang pihaknya telah menyerahkan
53,8 persen sahamnya di perusahaan operasi tambang, Bougainville Copper Ltd (BCL), dan mengumumkan menolak tanggung jawab
perusahaan atas kerusakan lingkungan yang ditimbulkan selama operasi dari tahun 1972 hingga 1989. Perusahaan percaya tidak lagi
memiliki kewajiban untuk mengatasi masalah lingkungan yang diwariskan tambang karena mematuhi hukum PNG pada hari itu dan
dipaksa untuk meninggalkan usaha pertambangan karena konflik bersenjata.

Rio Tinto mengoperasikan tambang tembaga Panguna di Bougainville sejak 1972 hingga 1989. Rio tinto melepaskan diri dari tambang
panguna di bougainville pada tahun 2016 dan menganggap tidak memiliki kewajiban untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang
telah terjadi. Rio Tinto menyatakan bahwa tidak ada peraturan yang signifikan tentang rehabiltasi dan rekonsiliasi terhadap
lingkungan yang rusak akibat kegiatan pertambangan dalam undang-undang yang berlaku di wilayah setempat. Meskipun begitu Rio
Tinto sebagai perusahaan Tambang multinasional yang sangat besar seharusnya tetap berpegang teguh pada nilai perusahaan yang
mereka anut yaitu Rio Tinto mengklaim di situs webnya bahwa “rasa hormat terhadap lingkungan adalah pusat dari pendekatan kami.
Sedapat mungkin kita mencegah - atau meminimalkan, mengurangi dan memulihkan - efek berbahaya yang mungkin dimiliki oleh
operasi kita. ”

Pada 2016, Rio Tinto dengan resmi meninggalkan pertambangan panguna di Bougainville dengan alasan harga komoditas yang turun secara
dramatis, resiko investor yang kian enggan berinvestasi pada bisnis ini, serta keadaan politik yang tidak menentu di PNG.

5
Pertambangan
Panguna
Pemerintah bersama warga sekitaran
bougainville sangat menginginkan rehabilitasi
terhadap kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh pertambangan Rio Tinto,
namun hal ini terkendala oleh masalah biaya.
Sebagai negara yang kurang berada PNG juga
enggan melakukan hutang pada bank karena
dianggap akan sangat membebankan
pengeluaran negara. Oleh karena itu,
pemerinrah mengusulkan untuk membuka
kembali lahan pertambangan agar memperoleh
dana, namun hal ini sampai sekarang belum
mendapat persetujuan dari penduduk pribumu
sebagai pemilik tanah yang sah.

6
DAMPAK PELANGGARAN ETIKA
RIO TINTO TERHADAP
PERTAMBANGAN PANGUNA DI
BOUGAINVILLE

Aspek Lingkungn : limbah tailing dan limbah tambang yang


mencemari tanah pertanian dan saluran saluran sungai di
sekitarnya.

Aspek Sosial : masyarakat terpaksa pindah ke tempat lain akibat


dari kerusakan lingkungan yang tidak memungkinkan mereka
untuk mencari nafkah di tempat asal.

Aspek Ekonomi : masyarakat bougainville yang notabene


sebagai pemilik atas tanah pertambangan tidak menerima
haknya dengan layak. Mereka merasa pembagian hasil oleh Rio
Tinto tidaklah adil.

Aspek Politik : pecahnya perang sipil antara warga sekitar


dengan pemerintah PNG akibat dari tuntutan ganti rugi yang
tidak dipenuhi oleh pihak Rio Tinto.

7
KESIMPULAN
RIO TINTIO POLLUTION

Rio Tinto yang mengelola pertambangan panguna di Bougainville dianggap tidak bertanggung jawab dan
telah melanggar etika yang dipegang oleh perusahaan selama ini. Rio Tinto mengklaim bahwa rasa hormat
terhadap lingkungan merupakan dasar etika bisnis mereka. Namun pada prakteknya mereka meninggalkan
tambang panguna di Bougainville tercemar dan terbengkalai. Hal ini tentu saja sangan merugikan
masyarakat sekitar dalam berbagai aspek baik lingkungan, sosial, ekonomi maupun politik. Dan lagi, hal
ini sangat membenai pemerintah PNG dalam hal rehabilitasi dan rekonsiliasi daerah pertambangan yang
tercemar.
8

You might also like