You are on page 1of 35

INTRODUCTION

TO THE SHARIA INSURANCE


IN INDONESIA

MOHAMAD HIDAYAT
(SHARIA NATIONAL BOARD)

1
WHY SHARIA ECONOMICS ?
1. ECONOMIC REASON

2. POLITICAL - SOCIAL REASON

3. SHARIA REASON

4. ETHIC REASON

2
ETIKA DAN SPIRITUAL :
ERA BARU BISNIS

3
FENOMENA PRAKTEK BISNIS SAAT INI
Transformasi

Praktek bisnis kotor Praktek bisnis ber-etika

 Tidak jujur  Jujur


 Tidak adil  Adil (fair)
 Tidak transparan  Transparan (disclosure)
 Menipu  Kepedulian : Corporate Social
 Menghalalkan segala cara Responsibility Program
 Good Corporate Governance
(GCG)
Implikasi
Implikasi
 Menghancurkan reputasi
 Mengurangi daya saing
 Meningkatkan reputasi
 Risiko  bankrut
 Meningkatkan daya saing
 Manfaat  perusahaan
sustainable karena sulit ditiru
4
FENOMENA PRAKTEK BISNIS ABAD 21
Transformasi praktek bisnis dan marketing

Intellectual approach Emotional approach Spiritual approach

• Mengandalkan • Fokus pada • Faktor Ketuhanan dan


kecerdasan otak pemenuhan etika diikut sertakan
keinginan yang dalam praktek bisnis
• Keinginan customer
menjadi keinginan
(faktor emotional) • Keinginan customer
customer dan
tidak mampu untuk berinteraksi secara
kepuasan customer
ditangkap dengan legal (halal), nyaman
intellectual • Bersifat manipulatif terpenuhi  pebisnis
approach jika tidak dilandasi jujur, adil & dapat
kecerdasan spiritual dipercaya

5
THE PILLARS OF ETHIC
1.Justice
2.Transparency & Disclosure
3.Accountability & Responsibility
4.Fairness
5.LegalTransaction
6.Good Manner & Morals :
 Truthfulness and Honesty,
 Good Behaviour
 Respect and Love Others,
 Patience,
 Gratitude,
 Punctuality,
 Kindness to all, Courtesy,
 Forgiveness
6
PILAR ETIKA BISNIS SYARIAH

• TAUHID
• KEADILAN
• KEBEBASAN
• TANGGUNG JAWAB

7
THE PROHIBITED OF SHARIA

1. Gambling/Speculation (Maysir, Perjudian) (ex Money


Game)
2. Bad Conduct/Manner (Maksiat, Perbuatan Dosa)
(ex :Pornography, Sins, Stealing, Cheating, Lying etc)
3. Bribery (Riswah, Suap, Gratifikasi)
4. Non Halal (Haram) Foods & Drinks (ex : Intoxicants,
Drugs etc)
5. Usury (Riba, Bunga Uang)

8
INSTITUTIONS
• SHARIA BANKING
• SHARIA INSURANCE\RE
INSURANCE
• MULTI FINANCE
• SHARIA FUND
• ISLAMIC MULTI LEVEL MARKETING
• PAWNSHOP
• CAPITAL MARKET
• SHARIA`S BOND
• SHARIA`S STOCK/SHARE
• SUKUK (SBSN)
• MUTUAL FUND
• HOTEL
• KJK/UJK
• CASH WAQF 9
MENGAPA
BERASURANSI
SYARIAH ?

10
BER-ASURANSI … ?
• BERASURANSI BUKANLAH TINDAKAN MENENTANG
“TAQDIR”

• BERASURANSI MERUPAKAN UPAYA :


• MEMINIMALKAN RESIKO BILA TERJADI MUSIBAH DI
SUATU MASA MENDATANG (QS. AL HASYR 59:18)

• UPAYA MEMPROTEKSI KEBUTUHAN FINANCIAL


BAGI PRIBADI DAN KELUARGA ATAS SUATU
PERISTIWA (QS.AL MAIDAH 5:9)
• SALING MENOLONG DALAM MENGHADAPI
KESULITAN (QS.Al MAIDAH 5:2)

• BERINVESTASI UNTUK MASA DEPAN (QS.AL HASYR


59:18)

• BERASURANSI SYARIAH BERARTI MENGHINDARI


LARANGAN-LARANGAN SYARIAH YANG PRINSIPIL

• BERASURANSI SYARIAH MERUPAKAN PENGAMALAN


AJARAN MUAMALAH ISLAM YANG SANGAT SESUAI
DENGAN SPIRIT SYARIAH

mohamadhidayat 1810207 11
11
ASURANSI SYARIAH

1. PT Asuransi Takaful Umum


2. PT Asuransi Takaful Keluarga
3. PT Asuransi Syariah Mubarakah
4. PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia
5. PT MAA General Assurance *)
6. PT Great Eastern Life Indonesia
7. PT Asuransi Tri Pakarta
8. PT AJB Bumiputera 1912
9. PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera
10. PT Asuransi BRIngin Sejahtera Artamakmur
11. PT Asuransi Jasindo Takaful
12. PT Asuransi Central Asia
13. PT Asuransi Umum BumiPuteraMuda 1967
14. PT Asuransi Astra Buana
15. PT BNI Life Insurance

9/ 14/ 2003 HP Network Storage Services page 2


ASURANSI SYARIAH

16. PT Asuransi Adira Dinamika


17. PT Asuransi Staco Mandiri
18. PT Asuransi Sinar Mas
19. PT Asuransi Tokio Marine Indonesia
20. PT Asuransi Jiwa SinarMas
21. PT Tugu Pratama Indonesia
22. PT Avrist Assurance
23. PT Asuransi Allianz Life Indonesia
24. PT Panin Life
25. PT Asuransi Allianz Utama Indonesia
26. PT Asuransi Ramayana Tbk
27. PT Asuransi Jiwa Mega Life
28. PT AJ Central Asia Raya
29. PT Asuransi Parolamas
30. PT Asuransi Umum Mega

9/ 14/ 2003 HP Network Storage Services page 2


ASURANSI SYARIAH

31. PT Asuransi Jiwa Askrida


32. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) *)
33. PT Equity Life Indonesia *)
34. PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) *)
35. PT Asuransi Bintang, Tbk
36. PT Asuransi Bangun Askrida
37. PT Prudential Life Assurance
38. PT Jasaraharja Putera
39. PT AIA Financial
40. PT Asuransi Jiwa Sequis Life *)
41. PT Sun Life Financial Indonesia
42. PT AXA Mandiri Financial Services
43. PT Chartis Insurance Indonesia
44. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
45. PT Asuransi Syariah Duta Future International

9/ 14/ 2003 HP Network Storage Services page 2


ASURANSI SYARIAH

46. PT Jaya Proteksi Takaful


47. PT Asuransi Jiwa Syariah Al-Amin
48. PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
49. PT Asuransi Jiwa Syariah Giri Artha
50. PT Asuransi Perisai Amanah
51. PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk
52. PT Mandiri AXA General Insurance
53. PT Maskapai Asuransi Sonwelis
54. PT Pan Pacific Insurance

9/ 14/ 2003 HP Network Storage Services page 2


REASURANSI SYARIAH

1. PT Reasuransi Internasional Indonesia (ReIndo)


2. PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre)
3. PT Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein)

9/ 14/ 2003 HP Network Storage Services page 2


SIAPA YANG BERKOMPETENSI
MEMBUAT STANDARISASI DAN
PERNYATAAN HUKUM SYARIAH
DAN MENGAWASI
PRAKTEK PENGELOLAAN DAN
OPERASIONAL PERASURANSIAN SYARIAH
DI INDONESIA ?

17
UU NO 40 THN 2007 TENTANG
PERSEROAN TERBATAS (PASAL 109)

Perusahaan yang menjalankan kegiatan


usahanya berdasarkan prinsip syariah selain
memiliki Dewan Komisaris, wajib memiliki Dewan
Pengawas Syariah (1)

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud


2/10/2014 HP Network Storage Services page 2

pada ayat (1) terdiri dari seorang ahli syariah atau


lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi
Majelis Ulama Indonesia (2)

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) Bertugas memberikan saran dan
nasehat pada direksi serta mengawasi kegiatan
perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah (3)

18
PP 39 THN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS
PP NO 37 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN
USAHA PERASURANSIAN (PASAL 3 F)

“Untuk perusahaan asuransi


dan reasuransi yang
menyelenggarakan seluruh
atau sebagian usahanya
2/10/2014 HP Network Storage Services page 2

berdasarkan prinsip Syariah,


wajib memiliki Dewan
Pengawas Syariah“

19
PMK RI NO 152/PMK.010 THN 2012
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN
PERASURANSIAN (BAB VI PASAL 34)

Perusahaan Asuransi atau Perusahaan


Reasuransi yang menyelenggarakan seluruh
atau sebagian usahanya berdasarkan prinsip
syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah
(1)
9/ 14/ 2003 HP N etwork Storage Services page 2

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri dari atas 1 (satu)
ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS
atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (2)

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) harus dinyatakan
secara jelas dalam akta notaris (3)

20
PMK NO 18/PMK.010/2010
TENTANG
PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA
ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP
SYARIAH
“ PENGAWASAN ATAS PENERAPAN
PRINSIP DASAR
PENYELENGGARAAN USAHA
ASURANSI DAN USAHA
REASURANSI DENGAN PRINSIP
SYARIAH DILAKUKAN OLEH DEWAN
PENGAWAS SYARIAH “. (BAB VII
PENGAWASAN PSL 16)
21
“ DEWAN PENGAWAS SYARIAH ADALAH DEWAN
YANG DIBENTUK OLEH DEWAN SYARIAH NASIONAL
DAN DITEMPATKAN PADA LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH UNTUK MENGAWASI PERSEROAN YANG
MELAKUKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN
PRINSIP SYARIAH, DENGAN TUGAS YANG DIATUR
OLEH DEWAN SYARIAH NASIONAL “.

(RESUME PBI, PMK 152 & PRT DSN MUI)

22
PERSYARATAN ANGGOTA DPS
(KEPUTUSAN DSN MUI NO 30 THN 2000 BAGIAN KE 3
TTG PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN DPS
PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH)

1. Memiliki akhlaq karimah


2. Memiliki kompetensi kepakaran di
bidang syariah muamalah dan
pengetahuan di bidang perbankan
dan/atau keuangan secara umum
3. Memiliki komitmen untuk
mengembangkan keuangan
berdasarkan syariah
4. Memiliki kelayakan sebagai
pengawas syariah yang dibuktikan
dengan surat sertifikat dari DSN

23
KEWAJIBAN ANGGOTA DPS
(KEPUTUSAN DSN MUI NO 30 THN 2000 BAGIAN KE 7
TTG PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN ANGGOTA DPS
PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH)

1. Mengikuti Fatwa-Fatwa DSN


2. Mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan
syariah agar tidak menyimpang dari ketentuan
dan prinsip syariah yang telah difatwakan DSN
3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan
lembaga keuangan yang diawasinya secara rutin
kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam
setahun

24
PMK RI NO 152/PMK.010 THN 2012
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN
PERASURANSIAN (BAB VI PASAL 37)

TUGAS DPS

(1) Dewan Pengawas Syariah Wajib :


a. Melaksanaan tugas pengawasan & pemberian
nasihat dan saran kepada Direksi agar kegiatan
perusahaan sesuai dengan prinsip syariah.
b. Berupaya menjaga keseimbangan kepentingan
semua pihak, khususnya kepentingan pemegang
polis, peserta dan/pihak yang berhak memperoleh
manfaat

25
(2) Pelaksanaan tugas pengawasan & pemberian nasihat
yang dilakukan DPS sbgmn dimaksud dlm pada ayat (1),
huruf a, dilakukan terhadap termasuk dan tidak terbatas
pada :

a.Kegiatan perusahaan dalam pengelolaan kekayaan dan


kewajiban baik dana tabarru’, dana perusahaan
maupun dana investasi peserta
b.Produk asuransi syariah yang dipasarkan oleh
perusahaan
c.Praktik pemasaran produk asuransi yang dilakukan oleh
perusahaan
d.Kegiatan operasional perusahaan asuaransi dan
reasuransi syariah lainnya

26
PERATURAN BAPEPAM DAN LEMBAGA
KEUANGAN
TTG BENTUK & TATACARA PENYAMPIAAN
LAPORAN HASIL PENGAWASAN DPS

“ DPS wajib menyusun laporan hasil


pengawasannya atas penerapan
prinsip penyelenggaraan usaha
asuransi dan usaha reasuransi dengan
prinsip syariah ” (pasal 1 (1)).

27
SUPPORT TUGAS DPS
(PMK RI NO 152/PMK.010 THN 2012
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI
PERUSAHAAN PERASURANSIAN)

1. Menggunakan bantuan struktur organisasi di


bawah Komisaris, Direksi dan Komite Audit
2. Memperoleh informasi data dan informasi dari
Direksi berkaitan dengan pelaksanaan tugas
DPS, dan
3. Memberikan fasilitas untuk mendukung
pelaksanaan tugasnya;
4. Memberikan imbalan sesuai dengan aturan
perseroan;

28
Apa dan Bagaimana
Dewan Syariah Nasional MUI ?

29
(KEP DSN MUI NO 1 THN 2000 TENTANG PEDOMAN
DASAR DEWAN SYARIAH NASIONAL MUI)
Dewan Syariah Nasional dibentuk oleh MUI dengan tugas mengawasi dan
mengarahkan lembaga-lembaga keuangan syariah untuk mendorong
penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam kegiatan perekonomian dan
keuangan (Menimbang poin (a))

DSN berwenang (Bag IV poin 2 ):


1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing LKS dan
menjadai dasar tindakan hukum pihak terkait
2. Mengeluarkan Fatwa yang menjadi landasan bagi
ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
seperti Departemen Keuangan dan Bank Indonesia
3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-
nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada
LKS
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang
diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas
meneter /lembaga keuangan dalam maupun luar negeri
5. Memberikan peringatan kepada LKS untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil
tindakan apabila peringatan yang telah dikeluarkan tidak diindahkan
PROSES KELUARNYA FATWA
Meminta fatwa
Otoritas Keuangan/
Bisnis/ LKS (1)
DSN

Pendalaman masalah
(2) dan perumusan fatwa
dilakukan oleh BPH

Fatwa Pleno menyetujui draft fatwa BPH-DSN

(4) (3) BPH melakukan workshop dan


Rapat pleno DSN pengkajian secara intensif dan
melibatkan jasa para pakar di
bidang terkait

31
Fatwa mengenai
Perbankan syariah
(52)

Fatwa mengenai Fatwa-fatwa yang Fatwa mengenai


Asuransi Syariah dikeluarkan oleh Pasar Modal
(6) Dewan Syariah Syariah (7)
Nasional (84)

Fatwa mengenai berbagai


hal pada keuangan Syariah
(15)

32
FATWA -FATWA
tentang Perasuransian Syariah

1. Fatwa 21\DSN MUI|\X\2001 : Pedoman Umum


Asuransi Syariah
2. Fatwa 39\DSN MUI\X\2002 : Asuransi Haji
3. Fatwa 51\DSN MUI\III\2006 : Akad Mudharabah
Musytarakah dalam Asuransi & Reasuransi Syariah
4. Fatwa 52\DSN MUI\III\2006 : Akad Wakalah bil
Ujrah dalam Asuransi & Reasuransi Syariah
5. Fatwa 53\DSN MUI\III\2006 : Akad Tabarru pada
Asuransi dan Reasuransi Syariah
6. Fatwa 81\DSN MUI\II\2011 : Pengembalian
Kontribusi Tabarru bagi Peserta Asuransi yang
Berhenti Sebelum Masa Perjanjian Berakhir 33
KENDALA OPTIMALISASI KINERJA PENGAWASAN OLEH
DPS

1. Peraturan tugas DPS yang belum seragam


2. Persepsi manajemen atas organ DPS yang belum sesuai UU/Peraturan
yang berlaku
3. Infrastruktur DPS yang tidak memadai dalam mendukung
terlaksananya peran dan tugas DPS pada lembaga yang diawasinya
4. Kurangnya fasilitas ruang kerja dan staf yang membantu
5. Model struktur organisasi DPS yang tunggal
6. DPS tidak punya organ/unit kerja di bawahnya
7. Keberadaan DPS yang hanya di kantor pusat dan tidak memiliki
kelengkapan staf atau organ pengawasan syariah hingga ke level
pengawasan operasional atau ke cabang-cabang
8. Tidak memiliki auditor di bawahnya sebagaimana dimiliki dewan
komisaris.
9. Besaran renumerasi yang dinilai tidak seimbang dengan tanggung
jawab DPS

34
Terima Kasih

35

You might also like