You are on page 1of 26

ANAK CACAT

Andy Hidayat, dr, M Biomed


Anak Cacat
• Gangguan jasmani/ rohani/ sosial
• Butuh pendidikan/ pelayanan khusus 
pertumbuhan dan perkembangan seoptimal
mungkin
Pembagian :
• Tuna jasmani (physical handicap) misal : tuli
bisu ( tuna rungu & wicara ); buta ( netra );
lumpuh ( tuna ortopedik )
• Tuna rohani ( mental handicap ) misal : IQ
• Tuna sosial ( maladjusted children ) misal :
Anak Nakal, autism
Tuna Neurologis : cacat karena penyakit SSP (
epilepsi)
Penyebab Tuna Netra :
• Kelainan bawaan
• Kecelakaan
• Penyakit infeksi  scarlet fever, variola, difteri
• Oftalmia neonatorium, Trakhoma, defisiensi
vitamin A, retrolental fibroplasia
Penyebab gangguan pendengaran
• Kelainan bawaan alat pendengar
• Penyakit telinga misal Otitis media
• Kerusakan alat pendengar , karena luka
kebakaran, jatuh/ kemasukan benda asing
Penyebab gangguan bicara
• Kongenital
– Retardasi mental
– Ketulian
– Cerebral Palsy
– Anomali alat bicara perifer
– Gangguan perkembangan bicara
• Didapat
– Afasia
– Disarthria
– Psikogenik
– Sosiokultural
Penyebab lumpuh ( tuna ortopedik)
• Kelainan bawaan dan poliomielitis
• Kecelakaan, Osteomielitis, gejala sisa
meningitis atau ensefalitis.
TUNA MENTAL
• IQ > 140 : genius (high gifted)
• 110 – 140 : superior (rapid learner & gifted)
• 90 – 110 : Normal (average)
• 80 – 90 : sub normal (slow learner)
• 50 – 70 : Debil  masih dapat dididik dan
dilatih dalam batas tertentu.
• 20 – 50 : Imbesil  tidak dapat dididik tetapi
dalam batas tertentu masih dapat dilatih
• < 20 : Idiot  tidak dapat dididik/ dilatih.
KENAKALAN ANAK
• Pelanggaran hukum atau peraturan yang
dilakukan oleh anak-anak di bawah umur
(10 – 18 tahun ) atau kelakuan anti sosial yang
dapat mengancam keselamatan anak atau
umum.
• Penyebabnya : individuil (kepribadian &
tingkah laku; keadaan jasmani & mental), latar
belakang keluarga dan faktor sosial ( keadaan
ekonomi; interaksi masyarakat )
AUTISME
• Autisme atau Autism Spectrum
Disorder (ASD) adalah gangguan
perkembangan yang memengaruhi interaksi
sosial, komunikasi, dan perilaku.
GEJALA AUTISME
• Kategori pertama adalah gangguan interaksi sosial dan
komunikasi. Gejala ini meliputi gangguan pemahaman
dan kepekaan terhadap perasaan orang lain serta
penguasaan bahasa yang lamban.
• Kategori kedua adalah pola pikir, minat, dan perilaku
yang terbatas dan bersifat mengulang. Contoh gerakan
repetitif, misalnya mengetuk-ngetuk atau meremas
tangan, dan merasa kesal saat rutinitas tersebut
terganggu.
• Penyandang autisme juga cenderung memiliki masalah
dalam belajar dan kondisi kejiwaan lain, misalnya
gangguan hiperaktif atau Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan kecemasan,
atau depresi.
GEJALA DALAM INTERAKSI & KOMUNIKASI SOSIAL
• Perkembangan bicara yang lamban (misalnya tidak bisa bicara lebih dari 10
kata saat usianya dua tahun) atau sama tidak bisa bicara.
• Tidak pernah mengungkapkan emosinya
• Tidak peka terhadap perasaan orang lain.
• Tidak merespons saat namanya dipanggil, meski indera pendengarannya
normal.
• Tidak mau bermanja-manja atau berpelukan dengan orang tua atau saudara.
• Cenderung menghindari kontak mata.
• Jarang menggunakan bahasa tubuh serta ekspresi wajah saat berkomunikasi.
• Tidak bisa memulai percakapan, meneruskan obrolan, atau hanya bicara saat
meminta sesuatu.
• Nada bicara yang tidak biasa, misalnya datar seperti robot.
• Sering mengulang kata-kata dan frasa, tapi tidak bisa menggunakannya
dengan tepat.
• Cenderung terlihat tidak memahami pertanyaan atau petunjuk yang
sederhana.
• Tidak memahami interaksi sosial yang umum, misalnya cara menyapa.
GEJALA DALAM POLA PERILAKU
• Memiliki kelainan dalam pola gerakan, misalnya selalu berjinjit.
• Lebih suka rutinitas yang familier dan marah jika ada perubahan.
• Tidak bisa diam.
• Melakukan gerakan repetitif, misalnya mengibaskan tangan,
mengayunkan tubuh ke depan dan belakang, atau menjentikkan jari.
• Cara bermain repetitif dan tidak imajinatif, misalnya menyusun balok
berdasarkan ukuran atau warna daripada membangun sesuatu yang
berbeda.
• Hanya menyukai makanan tertentu, misalnya memilih makanan
berdasarkan tekstur atau warna.
• Sangat terpaku pada topik atau kegiatan tertentu dengan intensitas
fokus yang berlebihan.
• Cenderung sensitif terhadap cahaya, sentuhan, atau suara, tapi tidak
merespons terhadap rasa sakit.
GANGGUAN LAIN DARI AUTISME

• Penyandang autisme umumnya juga memiliki


gejala atau pengaruh dari gangguan yang lain,
misalnya hiperaktif (ADHD), epilepsi, sindrom
Tourette, gangguan obsesif kompulsif
(OCD), depresi, gangguan cemas menyeluruh,
gangguan belajar, serta gangguan bipolar.
• Tiap gangguan tersebut mungkin
membutuhkan penanganan secara terpisah,
misalnya obat-obatan atau terapi perilaku
kognitif.
ETIOLOGI AUTISME
• Autisme tanpa faktor penyebab dasar atau autisme primer
merupakan jenis autisme yang paling umum terjadi. Jumlahnya
diperkirakan mencapai 90 persen dari keseluruhan penyandang
autisme.
• Dalam kasus-kasus tertentu, autisme juga mungkin disebabkan oleh
suatu penyakit atau faktor lingkungan. Autisme sekunder ini jarang
terjadi dan hanya dialami sekitar 10 persen penyandang autisme.
• Ada beberapa faktor genetika dan lingkungan yang diperkirakan
dapat memicu autisme, tetapi penyebab pastinya belum diketahui.
Ada juga beberapa hal yang dikira menyebabkan autisme, tapi
ternyata tidak terbukti, yaitu:
– Senyawa thiomersal yang mengandung merkuri (digunakan sebagai
pengawet untuk beberapa vaksin).
– Vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR).
– Pola makan, seperti mengonsumsi gluten atau produk susu.
– Pola asuh anak.
– Selain itu, ada beberapa kategori yang dapat digunakan untuk
mengelompokkan faktor pemicu risiko autisme, di antaranya:
FAKTOR PEMICU AUTISME

• Faktor Keturunan Dalam Autisme


Mutasi dari gen tertentu dapat mempertinggi
risiko autisme pada anak. Ada gen-gen
keturunan tertentu yang dipercaya dapat
membuat anak-anak lebih rentan terhadap
autisme.
FAKTOR PEMICU AUTISME

• Pengaruh Kelahiran dan Masa Dalam Kandungan


Seorang anak mungkin terpajan faktor-faktor
lingkungan tertentu selama berada dalam kandungan.
Sebagian peneliti mengungkapkan teori bahwa anak
yang terlahir rentan terhadap autisme hanya akan
positif mengidap autisme jika terpajan faktor pemicu
tertentu dari lingkungan, antara lain:
– Kelahiran prematur.
– Terpajan alkohol atau obat-obatan, misalnya sodium
valproate yang terkadang digunakan untuk mengobati
epilepsi, selama dalam kandungan.
FAKTOR PEMICU AUTISME
• Pengaruh Faktor Neurologis
Gangguan spesifik pada perkembangan otak dan
sistem saraf juga dapat berpengaruh. Menurut teori
medis dan penelitian pemetaan otak yang mempelajari
penyandang autisme, koneksi antara bagian-bagian
otak mungkin mengalami kekacauan atau menjadi
hipersensitif.
Koneksi yang kacau atau hipersensitif tersebut
mengakibatkan para penyandang autisme tiba-tiba
merasakan respons emosional berlebihan saat melihat
objek atau kejadian sepele. Mungkin inilah alasan para
penyandang autisme menyukai rutinitas dan sangat
marah jika terjadi perubahan. Rutinitas memberi
mereka pola perilaku yang tidak memancing respons
emosional yang berlebihan.
FAKTOR PEMICU AUTISME
• Pengaruh Faktor Psikologis Dalam Autisme
Salah satu faktor risiko yang diperkirakan memengaruhi
gejala penyandang autisme adalah perbedaan mereka dalam
pola pikir. Sebuah konsep yang dikenal sebagai ‘teori pikiran’
(theory of mind) menjadi dasar dalam berbagai penelitian
yang mendalami kemungkinan pengaruh faktor psikologis
terhadap autisme. Teori ini memaparkan tentang
kemampuan seseorang untuk memahami kondisi kejiwaan
orang lain dan menyadari bahwa tiap individu memiliki
keinginan, keyakinan, emosi, serta hasrat masing-masing.
Anak-anak yang normal dianggap sudah memahami teori
pikiran saat berusia sekitar empat tahun. Sedangkan anak-
anak dengan autisme memiliki pemahaman terbatas atau
tidak sama sekali tentang teori pikiran. Keterbatasan inilah
yang mungkin menjadi akar permasalahan mereka dalam
interaksi sosial serta menjadi alasan adanya gejala psikologis
dalam autisme.
FAKTOR PEMICU AUTISME

• Pengaruh Usia Ibu


Risiko sang anak mengidap autisme
diperkirakan semakin meningkat jika sang ibu
menjalani masa kehamilan dan melahirkan
pada usia lebih tua (terutama, di atas 35
tahun).
TERAPI AUTISME
• Program penanganan tersebut akan mempunyai efek
yang berbeda dalam mempengaruhi perkembangan
bagi satu anak dan anak lainnya hingga dewasa, karena
setiap anak dengan autisme memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda untuk tumbuh.
• Program penanganan pada penderita autisme secara
garis besar meliputi :
– terapi wicara – untuk membantu memperbaiki interaksi
sosial
– terapi okupasi – membantu perkembangan motorik halus
– terapi perilaku – menemukan latar belakang perilaku
sensitif dan memberikan solusi
– terapi pendidikan
• Intervensi Interaksi Sosial
Jenis bantuan ini bertujuan membantu penyandang autisme anak-
anak untuk berkomunikasi dan berinteraksi sehingga mereka lebih
mudah beradaptasi. Intervensi dini ini juga mungkin diadakan di
sekolah atau bersama orang tua dan guru.

• Analisis Perilaku Terapan (ABA)


ABA (Applied Behaviour Analysis) membagi kemampuan (misalnya,
kemampuan komunikasi dan kognitif) menjadi tugas-tugas sederhana
yang diajarkan secara terstruktur serta memberikan hadiah atau
pujian untuk mendorong perilaku baik. ABA biasanya dilakukan di
rumah, tapi ada program tertentu yang terkadang dapat diterapkan di
sekolah atau tempat penitipan anak.
Tugas-tugas sederhana yang lama-kelamaan semakin kompleks dalam
jenis terapi yang banyak dipakai di Indonesia ini dapat membantu
perkembangan sang anak dengan meningkatkan kemampuannya
secara bertahap. Tetapi ada sebagian pakar yang mengkhawatirkan
intensitasnya dan meragukan kegunaan kemampuan yang
dikembangkan tersebut di luar terapi.
• Treatment and Education of Autistic and Related Communication
Handicapped Children (TEACCH)
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme sering
menunjukkan respons yang lebih baik terhadap informasi yang diberikan
secara visual. Karena itulah TEACCH mengutamakan sistem pembelajaran
terstruktur menggunakan komunikasi visual.
Pengajaran dan Pelatihan Untuk Orang Tua
• Peran orang tua bagi anak-anak penyandang autisme sangatlah penting.
Partisipasi aktif orang tua akan mendukung dan membantu meningkatkan
kemampuan sang anak.
• Mencari informasi sebanyak mungkin tentang autisme serta penanganannya
sangat dianjurkan untuk para orang tua. Anda bisa mencari tahu lebih
banyak melalui Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), Yayasan Autisma
Indonesia, serta International Center for Special Care in Education (ICSCE).
• Membantu anak Anda untuk berkomunikasi dapat mengurangi kecemasan
dan memperbaiki perilakunya karena komunikasi adalah hambatan khusus
bagi anak-anak dengan autisme. Kiat-kiat mungkin bisa berguna:
• Gunakan kata-kata yang sederhana.
• Selalu menyebut nama anak saat mengajaknya bicara.
• Manfaatkan bahasa tubuh untuk memperjelas maksud Anda.
• Berbicara pelan-pelan dan jelas.
• Beri waktu pada anak Anda untuk memproses kata-kata Anda.
• Jangan berbicara saat di sekeliling Anda berisik.
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Ada beberapa penanganan yang biasanya dianjurkan untuk mengatasi
gangguan komunikasi yang dialami anak Anda, yaitu:
• Bantuan terapi psikologi
Penanganan secara psikologis dapat dianjurkan untuk membantu
pengobatan jika anak Anda menderita autisme dan masalah kejiwaan,
seperti gangguan kecemasan. Contoh dari jenis penanganan ini adalah
terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioural Therapy (CBT).
Terapi psikologis umumnya dilakukan dengan menemui psikolog untuk
menceritakan perasaan serta dampaknya pada perilaku dan
kesejahteraan. Karena itu para spesialis yang terlibat harus
menyesuaikan metode terapi dengan keterbatasan yang dimiliki
penyandang autisme. Misalnya, informasi dalam bentuk tulisan atau
visual dan menggunakan bahasa yang sederhana.
• Terapi wicara
Hampir semua anak dengan autisme mengalami kesulitan bicara. Terapi
ini mengutamakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bicara
sehingga anak mampu berinteraksi dengan orang lain.
Ahli terapi akan menggunakan sejumlah teknik seperti alat bantu visual,
cerita, dan mainan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
• Picture Exchange Communication System (PECS)
Ahli terapi PECS akan menggunakan gambar untuk membantu anak-anak dengan autisme. Cara ini dipilih
karena gambar lebih efektif untuk berkomunikasi bagi sebagian penyandang autisme anak-anak.
Pada tahap awal, anak-anak akan diajari cara komunikasi sederhana seperti memberikan kartu bergambar
untuk berkomunikasi dengan orang dewasa. Lalu ahli terapi akan mengajarkan kemampuan yang lebih sulit,
misalnya menggunakan kartu bergambar untuk membentuk kalimat. Proses ini bertujuan agar anak-anak
belajar memulai komunikasi tanpa diminta.

• Metode komunikasi Makaton


Makaton adalah metode komunikasi menggunakan bahasa isyarat dan simbol untuk membantu penyandang
autisme berkomunikasi. Metode ini dirancang untuk membantu komunikasi verbal. Karena itu, bahasa isyarat
dan simbol biasanya digunakan bersamaan dengan perkataan agar artinya dapat lebih dimengerti.
Tiap gerakan bahasa isyarat Makaton memiliki simbol masing-masing berupa gambar sederhana. Simbol
tersebut juga bisa digunakan tanpa bahasa isyarat. Makaton sangat fleksibel karena bisa digunakan sesuai
kebutuhan masing-masing pemakainya. Misalnya untuk:
– Mengungkapkan pikiran, pilihan, dan emosi.
– Menandai objek, gambar, foto, dan tempat.
– Bermain dan bernyanyi.
– Menulis resep, daftar belanja, surat, dan pesan.
– Membantu menunjukkan jalan atau gedung.
Sebagian besar penyandang autisme yang awalnya menggunakan Makaton lama-kelamaan akan berhenti
secara alami dan beralih pada kemampuan komunikasi verbal seiring dengan perkembangan kemampuan
bicara mereka.
Selain meningkatkan kemampuan dasar komunikasi pada sebagian penyandang autisme, Makaton juga dapat
membantu proses interaksi sosial mereka.
• Penggunaan Obat-obatan
Walau tidak bisa menyembuhkan autisme, obat-obatan mungkin diberikan dokter spesialis
yang bersangkutan untuk mengendalikan gejala-gejala tertentu. Tetapi anak Anda biasanya
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang setelah meminumnya selama beberapa
minggu karena obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang signifikan. Beberapa jenis
obat yang biasa diberikan adalah:
Depresi yang dapat diatasi dengan jenis obat penghambat pelepasan selektif serotonin
(SSRI).
Sulit tidur yang dapat diatasi dengan obat seperti melatonin.
Hiperaktif yang dapat diatasi dengan obat seperti methylphenidate.
Epilepsi yang dapat diatasi dengan jenis obat yang disebut antikonvulsan.
Perilaku yang agresif dan yang membahayakan, seperti mengamuk atau menyakiti diri
sendiri. Jika parah atau penanganan secara psikologis tidak berpengaruh, kelainan ini
mungkin dapat diatasi dengan obat anti-psikotik.

• Metode Pengobatan yang Sebaiknya Dihindari


Ada sejumlah metode pengobatan alternatif yang dikira berpotensi untuk mengatasi
autisme, tapi keefektifannya sama sekali belum terbukti dan bahkan ada kemungkinan
beberapa di antaranya berbahaya. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan
alternatif yang sebaiknya dihindari:
– Pola makan khusus, misalnya makanan bebas gluten atau kasein.
– Terapi neurofeedback. Aktivitas otak biasanya dipantau lewat elektroda yang dipasang di kepala. Pasien
bisa melihat gelombang otaknya lewat layar dan diajari cara mengubahnya.
– Terapi khelasi yang menggunakan obat atau zat lain untuk menghilangkan zat logam, terutama merkuri,
dari tubuh.
– Terapi oksigen hiperbarik. Pengobatan dengan oksigen dalam ruang udara bertekanan tinggi.

You might also like