You are on page 1of 49

LAPORAN KASUS

MORBILI

Nur Azizah
111 2016 2088

Pembimbing
dr. Kartini Badruddin, Sp. A, M.Kes
PENDAHULUAN
Campak atau measles merupakan penyakit akut dengan
daya penularan tinggi, yang ditandai dengan demam,
coryza, konjungtivitis, batuk disertai eksantema spesifik
(koplik’s sign) diikuti ruam makulopapular menyeluruh
yang disebabkan oleh paramyxovirus genus morbillivirus.
Penularan terjadi saat 3-5 hari sebelum muncul ruam
hinggga 4 hari sesudah ruam timbul.
PENDAHULUAN
Jumlah kasus campak pada tahun 2009 di Indonesia
sebanyak 18.055 kasus dengan incident rate (IR) 0,77 per
10.000 penduduk, dan 17.139 kasus pada 2010 dengan
IR 0,73 per 10.000 penduduk sementara target IR di
Indonesia adalah 0 per 10.000 penduduk.
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. SR
• Jenis kelamin : Perempuan
• Umur : 6 tahun 1 bulan
• Tanggal lahir : 18 Agustus 2011
• Agama : Islam
• Alamat : To’Bulung, Kecamatan Bara
• Tanggal Masuk RS : 22 September 2017
• No. RM : 32 76 43
LAPORAN KASUS

ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu penderita

Keluhan utama : Demam


LAPORAN KASUS

Riwayat penyakit sekarang :


Demam dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
demam terus menerus, demam mendadak tinggi (S : 39˚C)
tidak disertai menggigil dan kejang, timbul bercak-bercak
kemerahan pada kulit yang muncul pada hari ke-3 demam.
Awalnya bercak muncul di daerah telinga, wajah kemudian
menyebar ke badan lalu ke tangan dan kaki. Bercak terasa
gatal. Nyeri kepala (+), mata merah (+) penglihatan silau (+)
pasien merasa terganggu dengan paparan cahaya, gusi
berdarah (-), mimisan (-), batuk (+) dahak (+) kurang lebih 4
hari SMRS, pilek (+), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri
menelan (+), nyeri perut (-)
Nafsu makan menurun
BAB biasa dan BAK lancar.
LAPORAN KASUS

Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada
• Riwayat alergi tidak ada
• Riwayat campak tidak ada
• Riwayat kejang demam tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan
yang sama
Riwayat Persalinan

• Seorang Perempuan lahir di rumah dengan dibantu


oleh bidan dan dukun melalui persalinan normal segera
menangis, usia kehamilan 9 bulan, berat badan lahir
2.700 gr, Riwayat IMD (+).
RIWAYAT IMUNISASI
• Imunisasi dasar lengkap: BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4
kali, Hepatitis B 3 kali, Campak 1 kali.
Riwayat Makan dan Minum

• Asi
• Asi diberikan secara ekslusif sejak lahir hingga usia 2
tahun.
• Makanan
• Anak mulai memakan bubur sejak usia 6 bulan dan
mulai makan makanan padat sejak usia 1 tahun.
Riwayat Pertumbuhan
• Umur : 6 tahun 1 bulan
• Jenis kelamin : Perempuan
• Berat badan : 14 kg
• Tinggi badan : 107 cm
• Lingkar kepala : 48 cm
𝐵𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 14 𝑘𝑔
• BB/TB : × 100% = × 100% = 77,7%
𝐵𝐵 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 18 𝑘𝑔
(Interpretasi : Gizi kurang)
𝐵𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 14 𝑘𝑔
• BB/U : × 100% = × 100% = 66,7%
𝐵𝐵 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑈 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 21 𝑘𝑔
(Interpretasi : Gizi kurang)
𝑇𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 107 𝑘𝑔
• TB/U : × 100% = × 100% = 92, 2 %
𝑇𝐵 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 116 𝑘𝑔
(Interpretasi : Tinggi baik)

Riwayat Perkembangan
• Perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembanganya.
Pemeriksaan Fisis

• Seorang Perempuan, umur 6 tahun 1 bulan, berat


badan 14 kg, panjang badan 107 cm, lingkar kepala 48
cm

Keadaan Umum
• Sakit Sedang / Gizi Kurang / GCS 15 (E4M6V5)
Tanda Vital
• Tekanan darah : 90/60 mmHg
• Frekuensi nadi : 98 x/menit
• Frekuensi napas : 24 x/menit
• Suhu : 39˚C
Status Generalisata
KEPALA
• Normocephal, ubun-ubun besar datar dan tertutup, terdapat ruam
pada wajah.
• Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva palpebra anemis(-), sklera ikterik (-),
konjungtivitis kedua mata (+), pupil isokor diameter 2mm/2mm,
refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung
(+/+).
• Hidung : Pernapasan cuping hidung (-),rhinorea
(+),epistaksis (-)
• Telinga : Sekret (-)
• Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), perdarahan gusi (-)
• Tenggorokan : T1/T1 hiperemis (+)
• Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Status Generalisata
PARU-PARU
• Inspeksi : Pengembangan dada simetris, terdapat
ruam pada dada dan punggung.
• Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri
• Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
• Auskultasi : Bunyi pernafasan vesikuler
Status Generalisata
JANTUNG
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba ICS V linea midclavicula
• Perkusi : Redup
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-)
Status Generalisata
ABDOMEN
• Inspeksi : Perut datar mengikuti gerak napas, terdapat
ruam pada abdomen
• Auskultasi : Peristaltik usus ada kesan normal
• Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada,
hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Tympani
Status Generalisata
EKSTREMITAS
Superior Inferior
Sianosis (-) / (-) (-) / (-)
Edema (-) / (-) (-) / (-)
Ruam (+) / (+) (+) / (+)
Akral dingin (-) / (-) (-) / (-)
CRT < 2 detik < 2 detik

Refleks fisiologis (+) / (+) (+) / (+)

Refleks patologis (-) / (-) (-) / (-)

Kekuatan 5/5 5/5


Tonus N/N N/N
RESUME
Demam dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam terus
menerus, demam mendadak tinggi (S : 39˚C) tidak disertai menggigil dan
kejang, timbul bercak-bercak kemerahan pada kulit yang muncul pada hari ke-
3 demam. Awalnya bercak muncul di daerah telinga, wajah kemudian
menyebar ke badan lalu ke tangan dan kaki. Bercak terasa gatal. Nyeri kepala
(+), mata merah (+) penglihatan silau (+) pasien merasa terganggu dengan
paparan cahaya, gusi berdarah (-), mimisan (-), batuk (+) dahak (+) kurang
lebih 4 hari SMRS, pilek (+), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (+),
nyeri perut (-) BAB dan BAK lancar. Nafsu makan menurun.

Dari pemeriksaan fisis ditemukan kondisi umum Sakit Sedang / Gizi


Kurang / GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital Tekanan darah : 90/60 mmHg,
Frekuensi nadi : 98 x/menit, Frekuensi napas : 24 x/menit, Suhu : 39 ˚C.
Ditemukan konjungtivitis di kedua mata (+), rhinorea (+), faring hiperemis (+),
dan ditemukan ruam berwarna merah diseluruh tubuh.
DIAGNOSIS

MORBILI
TERAPI
• IVFD RL : Dextrose 5% 18 tpm
• Cefotaxime 400 mg/ 12 J/ iv
• Paracetamol 20 cc/ 8 J/ iv
• Ambroxol Syr 3 X 1/2 cth
• Apialys 2 X 1
PEMANTAUAN PENYAKIT
Tanggal Subjektive (S), Objektive (O), Assassement (A). Instruksi
22/9/2017 S : Demam (+),nyeri kepala (+), penglihatan silau (+), batuk (+), dahak (+), pilek IVFD RL : D5%= 18 tpm
(+), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (+), nyeri perut (-), nafsu Cefotaxime 400 mg/ 12 J/ iv
makan menurun, BAB dan BAK lancar. Paracetamol 20 cc/ 8 J/ drips
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS 15 (E4M6V5) Ambroxol Syr 3 X 1/2 cth
TD: 90/60 mmHg
N: 98 x/menit
P: 24 x/menit
S: 39 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), konjungtivitis pada kedua mata
(+)
Hidung : rhinorea (+)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis (+)
Paru-paru : Bunyi pernapasan vesikuler bunyi tambahan Rh -/- Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam kemerahan (+) seluruh tubuh
A : Morbili
PEMANTAUAN PENYAKIT
23/9/2017 S : Demam (+),nyeri kepala (+) berkurang, penglihatan silau (-), batuk IVFD RL : D5% 18 tpm
(+), dahak (+), pilek(+), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan Cefotaxime 400 mg/ 12 J/ iv
(-), nyeri perut (-), nafsu makan membaik, BAB dan BAK lancar. Paracetamol 20 cc/ 8 J/ drips
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS 15 (E4M6V5) Ambroxol Syr 3 X 1/2 cth
TD: 90/60 mmHg Nebulizer combivent/ 24 J
N: 100 x/menit Apialys 2 X 1
P: 22 x/menit
S: 38,6 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), konjungtivitis pada
kedua mata (+)
Hidung : Rhinore (+)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis (+)
Paru-paru : Bunyi pernapasan vesikuler bunyi tambahan Rh -/- Wh
-/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan normal, hepar dan lien tidak
teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam (+) seluruh tubuh
A : Morbili
PEMANTAUAN PENYAKIT
24/9/2017 S : Demam (+),nyeri kepala (-), penglihatan silau (-), batuk (+), dahak IVFD RL : D5% 18 tpm
(+), pilek(-), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (-), nyeri Cefotaxime 400 mg/ 12 J/ iv
perut (-), nafsu makan membaik, BAB dan BAK lancar. Paracetamol 20 cc/ 8 J/ drips
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS 15 (E4M6V5) Ambroxol Syr 3 X 1/2 cth
TD: 100/70 mmHg Nebulizer combivent/ 8 J
N: 88 x/menit Apialys 2 X 1
P: 24 x/menit
S: 37,5 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), konjungtivitis (-)
Hidung : rhinorea (-)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis (-)
Paru-paru : Bunyi pernapasan vesikuler bunyi tambahan Rh -/- Wh
-/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan normal, hepar dan lien tidak
teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam (+) seluruh tubuh, ruam berubah warna menjadi
kehitaman.
A : Morbili
PEMANTAUAN PENYAKIT
25/7/2017 S : Demam (-),nyeri kepala (-), penglihatan silau (-), batuk (+), dahak (+), pilek(- Aff infus
), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (-), nyeri perut (-), nafsu Ambroxol Syr 3 X 1/2 cth
makan baik, BAB dan BAK lancar. Apialys 2 X 1
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS 15 (E4M6V5) Nebulisasi combivent/8 j
TD: 100/60 mmHg Cefadroxyl 250 mg 3 X 1
N: 76 x/menit
P: 20 x/menit
S: 36,6 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), injeksi konjungtiva (-/-)
Hidung : rhinorea (-)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis (-)
Paru-paru : Bunyi pernapasan vesikuler bunyi tambahan Rh -/- Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam (+) seluruh tubuh, ruam berubah warna menjadi kehitaman.
A : Morbili
PEMANTAUAN PENYAKIT
26/9/2017 S : Demam (-),nyeri kepala (-), penglihatan silau (-), batuk (+) sesekali, Apialys 2 X 1
dahak (-), pilek(-), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (-), Cefadroxyl 250 mg 3 X 1
nyeri perut (-), nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar. Ambroxol Syr 3 X 1/2 cth
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS 15 (E4M6V5) Nebulisasi combivent/24 J
TD: 100/60 mmHg
N: 80 x/menit
P: 20 x/menit
S: 36,5 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), injeksi konjungtiva (-/-)
Hidung : rhinorea (-)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis (-)
Paru-paru : Bunyi pernapasan vesikuler bunyi tambahan Rh -/- Wh -/- Boleh Pulang

Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler murmur (-)


Abdomen : Peristaltik ada kesan normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam (+) seluruh tubuh, ruam berubah warna menjadi
kehitaman.
A : Morbili
PROGNOSIS

• Qua ad vitam : Bonam


• Qua ad sanationem : Bonam
• Qua ad fungtionam : Bonam
PEMBAHASAN
DEFINISI
• Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus Measles. Nama lain dari penyakit ini
adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan
penyakit yang sangat infeksius dan menular
lewat udara melalui aktivitas bernafas, batuk,
atau bersin.
ETIOLOGI

Penyakit Campak disebabkan oleh virus Campak yang termasuk golongan


paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris
tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks
nukleoprotein yang berada dari myxovirus.
EPIDEMIOLOGI

Distribusi dan Frekuensi


• Orang
• Waktu
• Tempat

Determinent penyakit campak


• Faktor Host
• Agent
• environment
PATOFISIOLOGI

Hari Patogenesis

Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada permukaan epitel
0 nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi terjadi di sel epitel dan virus
bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional.
2-3 Viremia primer.
3-5 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas.

Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat pertama kali,


5-7
juga di sistem retikuloendotelial regional dankemudian menyebar.

7-11 Viremia sekunder.

11-
Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ tubuh lain.
14
15-
Viremia berkurang dan menghilang
17
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Anamnesis
• Adanya demam tinggi terus menerus 38,5˚C atau lebih
disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan
silau bila terkena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti
diare.
• Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului
oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari yang
semula.
• Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah
sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi.
Adanya kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi)
dapat merupakan tanda penyembuhan.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan Masa Inkubasi


Fisis
Fase Prodormal (kataral)

Fase Eksantematosa

Fase Penyembuhan
Stadium prodormal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan
demam yang diikuti dengan, batuk, pilek, faring merah,
nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan
molar tiga disebut bercak koplik
Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam
mukopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya
ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga,
kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstremitas
Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya.
Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu.
Pemeriksaan Penunjang

• Darah tepi
• Pemeriksaan untuk komplikasi :
• Ensefalopati :pemeriksaan cairan
cerebrospinal, kadar elektrolit darah, dan
analisa gas darah.
• Enteritis: feses lengkap
• Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan
foto dada dan analisis gas darah.
DIAGNOSIS BANDING

• Rubella (Campak Jerman)


• Roseola infantum.
• Parvovirus (fifth disease)
• Demam scarlet ( scarlet fever)
• Penyakit Kawasaki
PENATALAKSANAAN
• Tanpa komplikasi :
a. Tirah baring di tempat tidur
b. Vitamin A
c. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.
PENATALAKSANAAN
• Pengobatan dengan komplikasi :
a. Ensefalopati
1. Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin
100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
2. Kortikosteroid
3. Kebutuhan jumlah cairan dikurangi ¼ kebutuhan
serta koreksi terhadap gangguan elektrolit
b. Bronkopneumonia
1. Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100
mg/kgbb/hari selama 7-10 har
2. Oksigen 2 liter/menit
KOMPLIKASI

Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi


• Usia muda,
• Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor).
• Pemukiman padat pendududk yang lingkungannya kotor.
• Anak dengan gangguan imunitas,
• Anak dengan defisiensi vitamin.
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh
• Saluran pernapasan
• Saluran pencernaan.
• Telinga: otitis media.
• Susunan saraf pusat : Ensefalitis akut
• Mata: Keratitis.
• Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder
PROGNOSIS

• Prognosis pada umumnya baik karena penyakit ini


merupakan self-limiting disease. Mortalitas dan
morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor
risiko yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di
negara berkembang, kematian mencapai 1-3%, dapat
meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB campak
PENCEGAHAN

Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)

• Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan


keadaan penyakit yang masih dalam tahap
prepatogenesis atau penyakit belum tampak

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

• Memberi penyuluhan kepada masyarakat


• Imunisasi
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

• Menentukan diagnosis campak dengan benar


• Mencegah perluasan infeksi.
• Pengobatan simtomatik
• Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

• Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.


• Pemberian vitamin A dosis tinggi
DAFTAR PUSTAKA
• Tommy. Campak. Fak. Kedokteran Unair. Surabaya. 2002:h 1-21
• Sudarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012 : h 109-118
• DITJEN PP & PL. Pedoman Pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak dan
Polio. 2012: h 1-47
• Sugiasih E. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak di Puskesmas Cepu dan
Tunjungan Kabupaten Blora Tahun 2012. Semarang. 2012: h 1-120
• Djuanda, A, Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 5th
Ed. Balai penerbit FKUI. Jakarta. 2007.
• James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew’s Diseases of the skin: Clinical
Dermatology. 10th Ed. Saunders Elsevier. Canada. 2000
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman Pelayanan Medik.
2011
• Haryowidjojo. Demam Campak. Htttp://www.Pediatrik.com. Diakses pada tanggal
30 September 2017
• Chin, James, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Edisi 17, Cetakan II. CV
Infomedika. Jakarta. 2006
• Evans, AS. Viral Infection of Human: Epidemiology and Control, Third Edition.
Plenum Publishing Corporation. New York. 1989
• Wahab, A Samik. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Widya Medika.
Jakarta. 2002
• Morley, David. Prioritas Pediatri di Negara Sedang Berkembang. Yayasan
Essentia Medica. Yogyakarta. 1979
• Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta. 2003
• Soetjiningsih. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2007
• Greenwood David, Peutherer JF, Richard CB Sack. Medical Microbiology.
Sixteenth Edition. Churchill Livingstone. China. 2003
• Halim, Ricky G. Campak pada Anak. Jurnal CDK-238/vol.43 no.3. 2016: h 186-9
• Marcdante, K.J. Kliegman, R.M. Jenson, H.B. Behrman, R.E. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. 6th Ed. Saunders Elsevier. Singapore. 2014: h 402-5
• Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid I. 2009: h 33-5
• Bustan, MN. Pengantar Epidemiologi (Edisi Revisi). PT Rineka Cipta. Jakarta.
2006
• Soedarto, Sinopsis Kedokteran Tropis. Airlangga University Press. Surabaya.
2007

You might also like