faal atau air steril. • Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar ± 10 cm, panjang 45 cm, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan • Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis loka • Pemberian suntikan Antitetanus • Pemberian Antibiotik • Antibiotik profilaksis spektrum luas masih direkomendasikan yaitu cephalosporin generasi tiga dengan spektrum luas gram negatif (Ceftriaxone) akan menekan pertumbuhan bakteri yang mengakibatkan infeksi sekunder. • Pemberian analgesik untuk menghilangkan nyeri. • Jika diperlukan dapat diberikan analgetik kuat seperti golongan opioid : petidin dengan dosis dewasa 50-100 mg, anak-anak 1-1,5 kg/kgBB atau morfin dengan dosis dewasa 5-10 mg dan anak-anak 0,03-0,05 mg/kg • Pemberian serum antibisa ular (SABU) • Observasi Serum Anti Bisa Ular (SABU) • Terapi anti bisa ular pertama kali diperkenalkan oleh Albert Calmette dari Institut Pasteur di Saigon pada 1890.8 Terdapat dua jenis antiracun ular yaitu : 1.terbuat dari serum kuda setelah kuda diinjeksi dengan dosis racun ular subletal. 2.Oleh FDA tahun 2000 yaitu fragmen imunoglobulin monovalen dari domba yang dimurnikan untuk menghindari protein antigenik. Indikasi pemberian SABU • Adanya abnormalitas hemostatis • Secara klinis adanya perdarahan spontan, koagulopati (dilihat dari faal hemostasis), • Tanda neurotoksis (ptosis, paralisis otot pernapasan) • Abnormalitas cardiovascular (hipotensi, syok, aritmia, EKG abnormal) • Acute Kidney Injury (oliguria/anuria, peningkatan serum ureum dan atau creatinin) • Hemoglobin/myoglobin-uria (ditandai dengan urin yang berwarna coklat gelap dan adanya tanda rhabdomyolisis yaitu nyeri otot dan hiperkalemia) Cara pemberian SABU : • Intravena pelan (tidak lebih dari 2 ml/menit). Cara ini memberikan keuntungan karena jika muncul reaksi alergi dapat segera dihentikan atau ditangani. • Infus intravena dengan pengenceran Antibisa ular dengan cairan isotonik 5-10 ml/kg dan habis dalam waktu 1 jam • Intramuskular, namun cara ini memiliki kelemahan karena bioavailibiltasnya rendah dan sulit untuk mencapai kadar yang diinginkan dalam darah, serta resiko hematom pada tempat injeksi pada pasien dengan abnormalitas hemostasis.Dipertimbangkan pemberian secara intramuskular jika jarak ke tempat layanan kesehatan yang lebih memadai sangat jauh atau akses intravena sulit Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan darah : Hb, Leukosit, trombosit, kreatinin, ureum, elektrolit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protobin, fibrinogen, APTT, D-dimer, uji faal hepar, golongan darah dan uji cocok silang • Pemeriksaan urin : hematuria, glikosuria, proteinuria (mioglobulinuria) • EKG • Foto dada