You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU

HAMIL DENGAN DIABETES MELITUS


Kelompok 1
 Akhmad Mulyandi  Yulianti
 Novia Triarianti P  Nurul Putri R
 Bayu Septian F  Ana Yuliana W
 Siti Nurohmah  M. Taufiqurrahman
 Alfian Abdul R  M. Ibnu A
 Rastia Irmachatshalihah  Sinta Ajeng R
DEFINISI
• Diabetes gestasional (gestational diabetes melitus, GDM) adalah intolerasi
glukosa yang di diagnosis selama kehamilan ini dapat menggambarkan
diabetes tipe 1 yang sebelumnya tidak terdiagnosis, tetapi sebagian besar
kasus disebabkan karena intoleransi glukosa sementara akibat kehamilan
(Robson,2011).
• Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah intoleransi glukosa yang pertama
kali diketahui saat khamilan. DMG diklasifikasikan tersendiri, di samping DM
tipe 1, tipe 2 dan tipe lain. (Kapita selekta, 2014)
KLASIFIKASI
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

• Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
• Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
• Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes
termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).
ETIOLOGI/ FAKTOR PREDISPOSISI
1. Obesitas (indeks masa tubuh saat tidak hamil > 25 Kg/m2);
2. Riwayat DMG sebelumnya;
3. Glukosuria berat (> +2 pada pemeriksaan urin);
4. Riwayat diabetes dalam keluarga (first degree rel active).
PATOFISIOLOGI
Pada trimester pertama, terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesterone yang
menurunkan kadar glukosa puasa sebanyak kurang lebih 15 mg/dl. Namun, pada trimester
kedua, plasenta semakin banyak mensekresikan hormone anti-insulin. Hal ini dikarenakan mulai
terjadi transfer glukosa dari ibu ke janin sehingga diperlukan glukosa darah blebih banyak. Kadar
gula darah janin adalah 80% dari kadar gula darah ibu.
Dalam hal ini, hormone human placental lactogen (hPL) merupakan hormone yang paling
berperan mengakibatkan resistensi insulin dan lipolysis. Hormon Hpl menumpulkan afinitas
insulin ke resptor insulin. Sekresi hpl meningkat stabil pada trimester pertama dan kedua. Efek
yang ditimbulkan adalah meningkatnya transfer glukosa ke janin dan menurunkan penggunaan
glukosa oleh ibu. Selain hpl produksi hormone kortisol serta prolactin meningkat selama
kehamilan. Kedua hormone ini meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
Oleh karena tingginya kadar gula darah janin, produksi insulin janin juga meningkat. Insulin
berperan sebagai hormone anabolic dan meningkat sintesis glikogen serta lipogenesis.
Akibatnya, terjadilah bayi makrosomia pada saat kelahiran.
MANIFESTASI KLINIS

1. Poliuri (banyak kencing)


2. Polidipsi (banyak minum)
3. Polipagi (banyak makan)
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
5. Mata kabur
PENATALAKSANAAN

1. Tata laksana antepartum


 Diet, ditujukkan untuk memenuhi kebutuhan selama hamil sekaligus menjaga control
glikemik.
Disarankan untuk konsumsi makanan yang mengandung banyak serat.
 Latihan/aktivitas fisis.
Disarankan menjalani aktivitas fisik yang ringan, tetapi bukan mengangkat beban.
 Terapi farmakologi. Pilihan antidiabetes pada kehamilan adalah insulin.
 Pengukuran kadar gula darah harian.
2. Tata laksana intrapartum
Pilihan waktu persalinan pada pasien DMG :

Apabila control metabolic baik dan pemeriksaan janin dilakukan teratur,


kelahiran dapat di tunggu sampai aterm atau saatnya lahir spontan;
Apabila control metabolic buruk, hipertensi memburuk terdapat
makrosomia, retardasi pertumbuhan, atau hidramnion, kelahiran dapat
dipercepat sesuai dengan tingkat kematangan paru.
3.Tata laksana postpartum
 Diet : kembali ke diet diabetes mellitus
 Insulin : dosis diturunkan karena sensitivitas insulin kembali meningkat. Biasanya
dosis menjadi ½ dari dosis saat kehamilan.
 Sangat dianjurkan untuk menyusui anak.
 Turunkan berat badan
 Jika menginginkan penggunaan kontrasepsi : AKDR menjadi pilihan. Kontrsepsi
yang mengandung estrogen sebaiknya dihindari karena risiko emboli.
KOMPLIKASI
2. Risiko dan komplikasi pada janin

1.Risiko dan komplikasi pada ibu:  Hipoglikemia


 Abortus Spontan  Hiperglikemia
 Preeklamsia (pregnancy inducedhi pretension)  Kelainan kongenital atau malformasi
 Persalinan premature  Makrosomia
 Polihidramnion  Pertumbuhan janin terhambat atau Intrauterin Growth
Restriction (IUGR)
 Infeksi
 Retinopati Diabetik
3. Risiko dan komplikasi pada neonatus
 Neuropati Diabetik
 Hipoglikemia neonatal
 Ketoasidosis diabetik
 Gawat nafas atau sindrom distress pernafasan
 Risiko tinggi section caesaria
 Hiperbilirubinemia neonates
 Polisitemia neonates
PENGKAJIAN
1.Demografi
• Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes melitus,
karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti
yang dijelaskan pada klasifikasi DM.
2.Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama
Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan
berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan
retinopati.
• Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan.
3.Riwayat kehamilan
Pathway
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.

 Intervensi:
1. Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.
2. Observasi masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
3. Observasi kadar Glukosa darah.
4. Kolaborasi:
5. Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan individu.
6. Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin.

 Rasional:
1. Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
2. Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet.
3. Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan antara 60 -105
mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
4. Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama trimester pertama.
5. Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal maternal dan rasio waktu makan.
2.Resiko cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
 Intervensi:
1. Observasi gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan.
2. Observasi tinggi fundus uteri setiap kunjungan.
3. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap minggu.
4. Kolaborasi:
5. Dapatkan sekuensial serum atau specimen urine 24 jam terhadap kadar estriol setelah gestasi minggu ke 30.
6. Lakukan non stress test dan Oxytocin Challenge Test atau Construction Stress test dengan tepat.
 Rasional:
1. Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung janin
2. Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal.
3. Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari kesehatan janin.
4. Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan penurunan fungsi plasenta, menimbulkan retardasi pertumbuhan intra uterin dan lahir
mati.
5. Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi plasenta.
3.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

 Intervensi:
1. Dengarkan dengan cermat apa yang di katakana klien tentang penyakit dan tindakan nya.
2. Berikan penjelasan singkat tentang organisme penyebab, sasaran penanganan, jadwal tindak
lanjut.
3. Berikan kesempatan pda klien untuk bertanya dan berdiskusi

 Rasional:
1. Mendengar memungkinkan deteksi dam koreksi mengenai kesalahpahaman dan kesalah
informasian.
2. pengetahuan ttg diagnosa spesikfik dan tindakan dpt meningkatkan kepatuhan.
3. pertanyaan klien menandakan masalah yg perlu d klarifiskasi.
4. Keletihan berhubungan dengan BB menurun

 Intervensi:
1. Observasi kehilangan/ gangguan keseimbangan gaya jalan dan kelemahan otot.
2. Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas.
3. Anjurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya

 Rasioanl:
1. Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/
resiko cidera
2. Manifestasi kardio pulmonal dr upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.
3. Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan pada antibodi.

 Intervensi:
1. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi.
2. Monitor nilai WBC.
3. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan klien
4. Kolaborasi pemberikan antibiotic.

 Rasional:
1. Dengan mengkaji tanda dan gejala infeksi maka dapat segera dilakukan penanganan apabila terdapat tanda dan
gejala infeksi.
2. Leukositosis merupakan indikator terjadinya infeksi.
3. Mencegah terjadinya cross infeksi.
4. Pemberian antibiotic sebagai salah satu terapi untuk infeksi.
TERIMAKASIH

You might also like