You are on page 1of 20

Asuhan Keperawatan

Retensio Plasenta
Oleh:
Kelompok 3
Kelompok 3
• 1. Ruly Kusuma Ardianto
• 2. Yuni Martutik
• 3. Yuli Mulyati
• 4. Sherly Widya
• 5. Siti Yuroh
• 6. Mahda Elyana
• 7. Mun Imah Indarwati
Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah persalinan bayi (Manuaba, 2010: 399). Hampir sebagian besar gangguan
pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat
terjadi polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.
Etiologi
Faktor Maternal Faktor Uterus Faktor Plasenta

o Gravida berusia o Bekas sectio caesaria, o Plasenta previa


lanjut sering plasenta tertanam o Implantasi corneal
o Multiparitas pd jaringan cicatrix o Plasenta akreta
uterus o Kelainan bentuk
o Bekas pembedahan plasenta
uterus
o Bekas curetage uterus,
yang etrutama dilakukan
stelah abortus
o Bekas pengeluaran
plasenta dengan manual
o Bekas endometritis
Patofisiologi
Plasenta tdk terlepas scr
Gangguan retraksi
bersamaan atau plasenta
dan konstraksi otot
masih melekat pd tempat
uterus
implantasinya

Pembuluh darah pada


Perdarahan hebat lapisan endometrium
tetap terbuka

Hilangnya faktor-faktor
Perdarahan
pembekuan darah
berkepanjangan

Gangguan pembekuan
thrombus dan
pembekuan darah
Manifestasi Klinis
a. Gejala yang selalu ada:
 Plasenta belum lahir setelah 30 menit
 Perdarahan segera
 Konstraksi uterus baik
b. Gejala yang kadang timbul:
 Tali pusat putus akibat konstraksi berlebihan
 Inversio uteri akibat tarikan
 Perdarahan lanjutan
c. Dijumpai pada kala III atau postpartum dengan nyeri hebat, perdarahan
banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah
terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
Next...

d. Diagnosis biasanya tidak sulit terutama apabila timbul perdarahan banyak


terjadi dalam waktu pendek, tetapi bila perdarahan sedikit dalam kurun
waktu lama.
e. Nadi serta pernafasan menjadi naik dan tekanan darah mengalami
penuruan
f. Perdarahan yang banyak bisa juga menyebabkan syndrom Sheehan sebagai
akibat nekrosis dengan gejala asthenia, hipotensi, anemia, BB turun, fungsi
seksual turun, kehilangan rambut pubis dan ketiak.
Pemeriksaan Diagnostik

•Hitung darah lengkap


•Menentukan adanya gangguan koagulasi
Jenis-Jenis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Retensio plasenta dengan sparasi parsial:
 Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi, coba
traksi terkontrol tali pusat.
 Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol per
rectal. (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat
menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri)
 Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secarahatihati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan. Lakukan
trasnfusi darah apabila di perlukan.
 Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral + metronidazol supositoria/ oral)
 Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi syok neurogenik.
Next....
b. Retensio plasenta dengan plasenta inkaserata
 Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
 Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontriksi
serviks dan melahirkan plasenta.
 Pilih fluethane atau eter untuk kontriksi serviks yang kuat, siapkan drips oksitosin
dalam cairan NS/RL untuk mengatasi gangguan kontraksi yang diakibatkan bahan
anestesi tersebut.
 Bila prosedur anestesi tidak tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam ovum,
lakukan maneuver skrup untuk melahirkan plsenta.
c. Retensio plasenta dengan plasenta akreta
 Tanda penting untuk diagnosis pada pemerisaan luar adalah ikutnya fundus atau
korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit di tentukan tepi plasenta
karena imolantasi yang dalam.
Next....

 Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah menentukan
diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit rujukan karea kasus ini
memerlukan operatif
d. Sisa plasenta
Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa
plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar
pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin.
Pengkajian Retensio Plasenta
A. Identitas Klien
B. Data Biologis/ Fisiologis meliputi:
Keluhanutama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat obstetrik, (GPA, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas), dan
pola kegiatan sehari- hari, sebagai berikut:
1. Sirkulasi
2. Eliminasi
3. Nyeri atau ketidaknyamanan
4. Keamanan
5. Seksualitas
6. Pemeriksaan fisik
7. Pemeriksaan laboratorium : Hb (10 gr %)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Retensio Plasenta meliputi:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Nyeri akut berhubngan dengan kontraksi otot rahim
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi
5. Resiko tinggi keluarga berduka berhubungan dengan ancaman
perdarahan
Intervensi
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
• Tujuan : Pasien akan menunjukan penurunan perfusi jaringan teratasi
dengan kriteria :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Perifer hangat tidak sianosis
• Intervensi
a. monitor TTV setiap jam
b. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku
c. Pantau GDA dan kadar Ph
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
• Tujuan : Klien akan menunjukan kekurangan volume cairan terasi dengan kriteria :
- TTV dalam batas normal
- Pengisian kapiler cepat
- Memberan mukosa kulit lembab
• Intervensi
1. Kaji ulang catatan kehamilan, persalinan. Perhatikan faktor penyebab pada situasi
hemoragi
2. Kaji jumlah, tipe perdarahan (timbang dan hitung kembali)
3. Anjurkan melakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30° dan tubuh
horizontal
4. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan berat jenis urin
5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian cairan IV satu atau 2 jalur dari cairan
isotonik atau elektrolit atau produk darah sesuai indikasi
3. Nyeri akut berhubngan dengan kontraksi otot rahim
• Tujuan : Klien akan menunjukan nyeri hilang dengan kriteria :
• - Ungkapan bebas nyeri
• - Ekspresi wajah yang rileks
• Intervensi
1. Kaji sifat dan derajat nyeri
2. Berikan informasi yang tepat tentang kedaannya
3. Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi
4. Tekankan pentingnya menjalani pemeriksaan ginekologi lanjut secra
teratur
5. Kolaborasi pemberian analgetik
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
• Tujuan : klien mampu menunjukan pemahaman tentang penyakitnya
dengan kriteria
- Klien mengerti dengan penyakitnya
- Tidak tampak kebingungan pada klien
• Intervensi:
1. Jelaskan faktor predisposisi dan tindakan khusus terhadap penyebab
hemoragi
2. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan untuk
belajar
3. Rujuk pada kelompok pendukung
5. Resiko tinggi keluarga berduka berhubungan dengan ancaman perdarahan
• Tujuan : Agar tidak terjadi ancaman kematian dengan kriteria
• - Keluarga dapat mengatasi perasan sedih
• - Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya
• Intervensi
1. Kaji situasi yang berat dan mengancam nyawa klien
2. Berikan informasi sederhana dan akurat pada keluarga, penetapan
diagnosis dan keperawatan
3. Tentukan orientasi religius orang tua, hubngan dukungan yang tepat
bila mereka menginginkan

You might also like