You are on page 1of 28

New guidelines for pediatric advanced life

support (PALS) for anesthesiologists and


perioperative considerations
Jayant K. Deshpande, M.D., M.P.H. and Little Rock, AR

Dibawakan oleh
Andi Tiara S. Adam
C111 13 549

BAGIAN ILMU ANESTESI, PERAWATAN INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI


FAKULTAS KEDOKTERAN ● UNIVERSITAS HASANUDDIN ● 2018
Pokok Pembahasan

Ringkasan Guideline AHA 2015


01
untuk pediatric life support

Managemen cardiac arrest


02
perioperatif pada pasien pediatri
yang terjadi akibat beberapa
penyebab
Ringkasan Guideline AHA 2015
Pediatric Life Support
Algoritme Bantuan Hidup Dasar Cardiac Arrest pada
Pasien Pediatri untuk Satu Penolong
Algoritme Bantuan Hidup Dasar Cardiac Arrest pada
Pasien Pediatri untuk Dua Penolong atau Lebih
Kriteria penggunaan AED:
• Pasien unresponsive
• Pasien tidak bernapas atau
napas tidak efektif
• Pulsasi arteri karotis tidak
terdeteksi
Managemen
cardiac arrest perioperatif
pada pasien pediatri
60%
Pemberian resusitasi jantung paru yang efektif dan dalam respons
time pada pasien rawat inap (yang memiliki indikasi), berhasil
mengembalikan sirkulasi spontan dalam lebih dari 60% pasien
Epidemiologi
• Jarang merupakan akibat dari disritmia atau penyakit jantung koroner
• Cardiac arrest perioperatif dapat terjadi akibat: penyebab kardiovaskular; obstruksi
atau kegagalan pernafasan; overdosis obat atau terjadi reaksi obat; malfungsi
peralatan selama masa perioperatif; kombinasi beberapa faktor tersebut. (Flick et al
2007; Bhananker et al 2008)
• Faktor resiko kematian perioperatif: umur muda (neonates dan infant); ASA
physical status III atau lebih, dan kasus gawat darurat serta kasus bedah thorax
kardiovaskuler (De Bruin et al 2015)
• Schleleein et al (2016) menambahkan faktor lokasi pembedahan (kamar operasi vs
tempat lainnya) dan kurangnya tenaga medis yang tersedia
Etiologi

Preoperatif
• Kejadian kardiovaskuler, respiratory distress/gagal
napas; akibat obat-obat preoperative yang digunakan
Intraoperatif
• Kejadian kardiovaskuler

Postoperatif
• Respiratory distress/gagal napas
Etiologi
Etiologi
Reaksi Anafilaktik
• Penggunaan agen-agen kontras intravena, latex, antibiotik beta lactam, dll.
• Berikan cairan intravena dan vasopressor (epinefrin 0.01 mg/kgbb)
Komplikasi Akses Vena Sentral
• Pneumothorax: jika keadaan umum pasien memburuk setelah pemasangan
akses vena sentral, maka selain dilakukan foto thorax, periksa juga
ekokardiografi
Pemberian Anestetik Lokal
• Dapat menekan kerja jantung pada dosis-dosis tertentu.
• Toksisitas anestetik lokal dapat ditandai dengan melihat EKG pasien
• Hentikan pemberian anestesi lokal, RJP jika ada indikasi, berikan epinefrin
10 mcg/kgbb, intubasi dan berikan ventilasi dengan O2 100%
Respiratory Distress / Gagal Napas

Ventilasi yang tidak adekuat yang dapat menyebabkan ancaman


gagal napas
• Takipneu
• Pernapasan cuping hidung
• Retraksi intercostal, subcostal, substernal
• Terdengar stridor atau grunting
• Lethargy
• Bradipneu
• Penurunan suara napas pada auskultasi
• Pallor atau sianosis
Shock
Aliran darah dan oksigen yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh
• Fase kompensasi: takikardi, vasokonstriksi perifer (usaha
untuk mempertahankan tekanan darah), organ-organ vital
masih menerima perfusi yang adukuat
• Fase dekompensasi: hipotensi, pulsasi melemah, bradikardi
(< 100 x/menit)
Airway
Penyebab obstruksi jalan napas pada anak:
• Lidah yang secara anatomis relatif besar
• Larynx yang terletak lebih ke anterior
• Ukuran occipital yang besar
Oksigen
• Direkomendasikan untuk menggunakan oksigen 100% saat
resusitasi
• Masih kontroversial akibat efek samping dari penggunaan
oksigen 100%: meningkatkan resistensi cerebrovaskuler,
menyebabkan stress oksidatif pada paru, jantung, dan
organ lainnya, dan bisa menyebabkan atelektasis
Ventilasi
• Ventilasi manual seringkali menyebabkan kondisi
overventilasi: barotrauma, pneumothorax, menyebabkan
obstruksi venous return
Penggunaan Endotracheal Tube
• Hindari pengembangan cuff yang berlebihan
• Hindari penggunaan endotracheal tube dengan ukuran
yang tidak sesuai
• Melakukan konfirmasi post pemasangan endotracheal tube
dengan auskultasi paru
Akses Vaskuler
• Jika akses vaskuler perifer tidak didapatkan dalam waktu 90
detik, disarankan untuk menggunakan intraosseous needle
(I/O) atau pemasangan central line
• Pada keadaan gawat darurat, jika tidak ada akses IV atau
I/O, maka sebagian obat-obat emergency dapat diberikan
via endotracheal tube namun dengan dosis lebih tinggi
Penggunaan Cairan dan Medikasi Lainnya

Selama resusitasi,
disarankan untuk
menggunakan cairan
kristaloid isotonik.
Penggunaan Defibrillator
• Disritmia tersering pada anak: asistol dan bradikardi dengan
QRS yang melebar
• Jika cardiac arrest terjadi mendadak, kemungkinan akibat
ventricular fibrilasi atau pulseless electrical activity (PEA)
• Penggunaan alat defibrillator terutama pada pasien VF
dapat mempercepat proses resusitasi
Torsades de Pointes
• Pada anak, dapat bersifat kongenital namun dapat pula
disebabkan oleh toksisitas dari beberapa obat antiaritmia,
antidepressan, atau akibat interaksi obat yang telah
dikonsumsi
• Drug of choice: Magnesium sulfat. Dosis awal 25-50
mg/KgBB/intravena
Durasi Resusitasi Jantung Paru
• Beberapa pasien pediatri yang mengalami cardiac arrest
dan tidak akan selamat tanpa RJP, justru selamat dan
bertahan dengan kondisi neurologis bahkan setelah RJP
yang berkepanjangan
Rapid Response ECMO (RR-ECMO)
• Penggunaannya pada kasus-kasus post cardiac arrest
menunjukkan komplikasi neurologis yang lebih minimal.
Namun tidak meningkatkan survival rate
• Dikhususkan untuk pasien-pasien yang mengalami cardiac
arrest akibat penyebab-penyebab yang sifatnya reversibel
Neuroproteksi Post Resusitasi
• Hipokapnia berat dapat menyebabkan iskemia serebral dan
disfungsi miokard
• Hindari kondisi hipertermi dan over rewarming karena dapat
berefek buruk pada pemulihan otak. Pada pasien koma,
therapeutic hypothermy (32-34 oC) dapat meningkatkan
kondisi pemulihan otak
Kesimpulan
• Guideline AHA 2015 untuk pediatric advanced life support
menekankan pentingnya deteksi dan penanganan yang cepat. Selain
itu, kualitas dari kompresi dada dengan interupsi yang minimal, team
work yang efektif, dan penanganan post-resusitasi yang baik
(managemen target temperature)

• Henti jantung perioperatif pada pasien pediatric dapat terjadi akibat


penyebab yang beragam dan membutuhkan penanganan yang
berbeda-beda
Thank You

You might also like