You are on page 1of 55

Tubuh Kembang Anak Usia Preschool

Definisi Cedera

Jenis Cedera pada Anak

Faktor-Faktor yang menyebabkan Cedera pada Anak

Efek Cedera pada Anak

Peran orangtua pada Kasus Cedera Anak

Pemeriksaan pada Kasus Cedera Anak

Pengkajian Nyeri dan Lingkungan pada Kasus Cedera Anak

Asuhan Keperawatan pada Kasus Cedera Anak


Karakteristik Tumbuh Kembang Anak Prasekolah
Potter & Perry, (2005) dan Wong, et.al., (2002)

Motorik halus
Kemampuan menggoyang- Menggambar dua atau Menempatkan objek ke
goyangkan jari kaki tiga bagian objek dan wadahnya
Menggunakan tangannya manusia Makan sendiri dengan
untuk bermain Mampu menjepit benda sendok dan minum dengan
dan melambaikan tangan gelas

Motorik kasar
Berdiri dengan Melompat Berjalan Berjalan
satu kaki dengan satu dengan tumit dengan cepat
selama 1-5 kaki ke jari kaki dengan
detik dan menjelajah pengawasan
Bahasa
Merespon panggilan Memahami arti Menggunakan bunyi
dengan cepat larangan untuk
Menirukan berbagai Menyebutkan mengidentifikasi
bunyi kata kegunaan benda objek

Adaptasi Sosial
Menangis jika Membuat
dimarahi permintaan dengan Menginginkan
Kemampuan bahasa tubuh Mengenali anggota pengawasan atau
bermain dengan Menunjukkan tingkat keluarga ditemani orang tua
permainan kecemasan terhadap ketika bermain
sederhana perpisahan
Cedera adalah luka di tubuh, yang
disebabkan oleh paparan energi
akut (mekanik, termal, listrik, bahan
kimia atau rasiadi) dalam jumlah
yang melebihi ambang batas
toleransi fisiologi (WHO, 2008)
Intentional Disengaja (ex:
abuse)
Sifat
Unintentional Tidak
disengaja
Karakteristik
cedera
Fatal Injury Menyebabkan
kematian
Keparahan
Nonfatal
Injury
Jatuh

Kecelakaan dijalan

Suffocation atau esulitan napas

Tenggelam

Keracunan

Cedera karena panas atau terbakar


• Jatuh adalah kejadian yang mengakibatkan seseorang
terbaring ditanah atau lantai atau dari tempat tinggi ke
tempat yang lebih rendah (WHO, 2008).
• Cedera karena jatuh adalah akibat dari hilangnya energi
mekani secara tiba-tba. 3 hal yang mendasari:
• Keparahan tergantung dari seberapa tinggi tempat anak terjatuh.
• Keparahan tergantung pada permukaan pada saat anak jatuh
(rumput, berbatu, beton, dll).
• Kemungkinan cedera akan berkuang jika energi tersebar dsiseluruh
permukaan tuvuhnya.
(CDC&NCIPC, 2008)
• Cedera akibat kecelakaan dijalan
adalah kasus yang mengarah pada
fatal injury. Hal ini juga merupakan
penyebab dari cedera otak, dan
cedera tangan atau kaki.
• 514.604 anak usia 5-19 diwarat
diirumah sakit pada tahun 2009
dikarenakan tabrakan motor (CDC,
NCIPC, 2012).
• Anak-anak ini menjadi korban dari
pengendara motor atau mobil
ketika:
• Sebagai penumpang dan tidak
dilengkapi dengan pelindung yang
memadai.
• Berjalan kaki dan bermain dijalanan
yang banyak pengendara bermotor.
• Cedera yang disebabkan karena
kesulitan napas sering ternjadi
pada bayi dan toddler hingga
usia pra sekolah.
• Anak-anak menjadi lebih mudah
untuk mengalami sulit bernapas
dan tersedak dibanding orang
dewasa dikarnankan jalan napas
mereka lebih pendek, rekfelks
menelan belum begitu
berkembang, dan sering
memasukkan benda-benda ke
mulut (WHO, 2008).
• Tenggelam dapat didefinisikan sebagai
proses penurunan dalam bernapasa
disebabkan oleh perendaman dalam air
(WHO, 2008).
• Terjadi dengan sunyi, dan dalam hitungan
detik.
• Anak-anak sering tenggelam di dalam bak
mandi, kolam berenang, dan lain sebaginya
• Banyak anak yang tenggelam di area
sekitar rumahnya, khususnya ketika bermain
dan mandi dalam bath tub tanpa
pengawasan orang tua.
• Anak usia sekolah menjadi rentan tenggelam
dikarenakan rasa ingin taunya yang besar
dan masih pendeknya tinggi badannya serta
belum begitu matang dalam keseimbangan.
• Keraacunan adalah cedera yang terjadi karena
paparan zat yang menyebabkan cedera atau
kematian sel.
• Keracunan dapat disebabkan karena tertelan,
terhidrup, terserap, dan lain sebagainya.
• Dalam 2009, 824 anak di U.S. meninggal karena
keracunan dan 116,000 dirawat dirumah sakit
karena keracunan.
• 80% korban keracunan adalah anak dibawah 5
tahun.
• Anak-anak rentan mengalami keracunan
disebabkan karena rasa ekplorasi yang besar dan
belum banyak mengetahui apa yang dimakannya.
• Anak-anak sering mengalami keracunan dirumah,
khusunya ketika obat atau bahan-bahan beracun
mudah untuk dicapai (WHO, 2008).
• Cedera karena panas adalah cedera pada
kulit atau jaringan organ yang disebebkan
karena paparan panas yang tinggi. Hal ini
terjadi ketika beberapa atau bahkan
semua sel di kulit dan jaringan-jaringan
lainnya rusak karena cairan panas, benda
panas, atau api.
• Jenis-jenis cedera karena panas bisa
disebabkan karena radiasi, elektrik,
gesekan, dan kimia (WHO, 2008).
• Anak-anak khususnya dibawah 5 tahun
menjadi berisiko terkena cedera panas
karena mereka belum menyadari benda-
benda yang berbahaya dan anak memiliki
kulit yang lebih tipis dan refleks penarikan
yang lebih lama dari orang dewasa
sehingga semakin memperparah keadaan.
Faktor Faktor
Risiko Perantara

Garzon, Dawn Lee (2005)


Child Factors Environmental Agent Factors
Factors
• Faktor yang • Faktor yang • Faktor aktual
berasal dari berasal dari terjadinya cedera
anak tersebut. lingkungan anak. pada anak.
• Terdiri atas 3: • Terdiri atas • Contoh: tajamnya
karakteristik lingkungan ujung mainan
perkembangan, sekitar rumah, anak, kecepatan
karakteristik fisik, lingkungan sosial kendaran, dan
dan karakteristik dan lingkungan pengaruh gaya
perilaku. rumah anak. gravitasi saat
terjatuh.

Garzon, Dawn Lee (2005)


Dorongan orangtua
dan modifikasi
Supervisi orang tua perilaku anak,
faktor-faktor agen
dan lingkungan

Garzon, Dawn Lee (2005)


Salah satunya adalah traumatic brain injury (TBI).

Anak yang mengalami TBI sebagian besar mengalami


kesulitan belajar, gangguan perilaku, dan gangguan emosi.

Pada TBI yang berat ada kecenderungan anak bersikap lebih


impulsif, agresif dan perilaku mencari perhatian.

Goldstrohm, Sheri L. & Arffa, Sharon. (2005) & Orton, E., Kendrick, D., West, J., & Tata, L. (2012)
• Paling banyak pada anak di bawah 4 tahun, terjadi saat anak ke kamar mandi sendirian, di kolam
renang.
• Memasang pagar di sekitar kolam renang, mengunci pintu kamar mandi, mengosongkan air di bathtub,
Tenggelam menjaga anak saat berenang.

• Anak & orang tua tidak memakai seatbelt, pengawasan orang tua kurang dan anak main di jalan raya
• Pemasangan seat belt yang sesuai dengan tubuh anak, tetap menggunakan prinsip aman dan nyaman,
pengawasan saat anak bermain. kursi mobil aman (tidak licin, seat belt), gunakan kursi kecil khusus
Kecelakaan anak-anak dan tempatkan di depan mobil, dan anak boleh ditempatkan di belakang mobil jika sudah
berumur 13 tahun.
kendaraan

• Akibat api, cairan panas, makanan yang panas, rokok yang masih menyala.
• Hindari anak dari sumber penghasil panas seperti saluran air panas.
Terbakar
• Keracunan akibat produk pembersih, pelarut, dan obat-obatan.
• Menyimpan obat-obatan, produk pembersih, ataupun kosmetik dalam
satu wadah dan anak sulit untuk menjangkaunya.
Keracunan

• Aspirasi saat anak mengonsumsi makanan yang lentur, anggur, permen,


atau kacang-kacangan, atau obat-obatan., mainan anak yang kecil.
• Menjauhkan anak-anak dari benda atau makanan yang dapat
membuatnya aspirasi atau saat memberikan obat-obatan dengan
aspirasi dan ukuran yang besar perlu dihaluskan terlebih dahulu, dan memodifikasi
pingsan. tempat tidur yang aman bagi anak.
• Kurangnya asupan vitamin dari sayur-sayuran dan buah-
buahan.
Asupan • Berikan sarapan pagi, buah dan sayur, serta nasi dengan
ukuran yang proporsional untuk anak.
nutrisi kurang

• Kurangnya kesiapan mental anak saat pertama masuk sekolah.


• Cara mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara mengenalkan
Five Rs pada edukasi pertama (Reading, Rhymiing and play,
Routines, Reward every day successes, and Reciprocal nurturing
Pra-sekolah relationships)
Meningkatkan pengawasan

Pemberian larangan

Modifikasi lingkungan

Bimbingan antisipasi
• Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif.
• Menekankan pentingnya batas-batas yang realistis dari tingkah laku.
• Mendiskusikan disiplin.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
(Soldin, 2009)
(Soldin, 2009)
(Sastrodiningrat, 2006)
GCS 14-15  Trauma kepala ringan

GCS 9-13  Trauma kepala sedang

GCS 8  Trauma kepala berat

CGS <8  Koma


(Cartwright & Wallace, 2013)
Lokasi

Timing

Intensitas

Quality

Personal Meaning

Pain Behaviors
Faces pain rating scale

Oucher pain rating scale


Word graphic rating scale

Poker chip tool

Visual analog and numeric scale


Kondisi Keberadaan Mainan anak
lantai benda di
sekitar
Seorang anak balita berusia 4,5 tahun dibawa ke IGD karena
terpeleset dari kolam plastik saat berenang tanpa pengawasan
orang tua. Anak terbentur lantai dan menangis sangat keras.
Ibu tampak cemas saat diberitahukan anak harus dirawat untuk
pemeriksaan lebih lanjut dan perlu dilakukan penutupan luka
terbuka di wajah.
DO DS
 Usia : 4,5 tahun -

 Anak menangis sangat keras


 Ibu tampak cemas
 Anak berenang tanpa
pengawasan orangtua
Batasan Karakteristik Hasil yang diharapkan
• Perilaku yang ekspresif • Anak mamperoleh tingkat
(menangis) kenyamanan yang cukup
• Perilaku distraksi • Menurunnya skala nyeri dan
• Ekspresi wajah akan rasa tenang
sakit • Tangisan mulai reda dan
• Fokus yang terbatas tanda-tanda vital normal
Data tambahan Intervensi Rasional
yang perlu dikaji
- Skala nyeri Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menentukan tingkat nyeri untuk

- TTV intervensi selanjutnya


Mengendalikan faktor lingkungan yang Meningkatkan kenyamanan dan
dapat memengaruhi respons pasien memberikan waktu untuk beristirahat
terhadap ketidaknyamanan (suhu
ruangan, pencahayaan dan kegaduhan)

Pertahankan imobilisasi bagian yang Menghilangkan nyeri dan mencegah


sakit dengan tirah baring. tegangan jaringan yang rusak
Memberikan emotional support dan Meningkatkan koping dan manajemen
relaksasi untuk meningkatkan stress karena trauma dan nyeri
kenyamanan

Berkolaborasi untuk memberikan Diberikan untuk meringankan


analgesik untuk mengurangi nyeri sakit yang parah, memberikan
relaksasi fisik dan mental.
Afektif Fisiologis

Rasa Tangan Wajah


Khawatir sesal gemetar tegang

Lemah Suara
Takut Sedih gemetar

Tubuh
gemetar
Batasan Karakteristik Hasil yang diharapkan
Kognitif • Menyadari dan mau
mendiskusikan ketakutannya.
1. Perubahan perhatian • Terlihat rileks dan
2. Perubahan konsentrasi menyatakan kalau
3. Kebingungan/panik ansietasnya berkurang
4. Takut • Melakukan tindakan
pemecahan masalah dan
5. Kecendrungan untuk menggunakan sumber daya
menyalahkan orang lain. secara afektif.
Intervensi Rasional
Catat palpitasi dan peningkatan denyut Perubahan tanda vital dapat menunjukkan
atau kecepatan napas. tingkat ansietas dari klien.

Perhatikan rasa takut dan ansietas. Perasaan klien adalah penting, hal ini
Lakukan validasi terhadap klien, seperti dapat membantu klien lebih terbuka
“Ibu terlihat takut.” sehingga dapat lebih mudah untuk
berdiskusi.

Tandai batasan fokus perhatian dan Fokus yang terbatas biasanya


konsentrasi klien pada suatu hal di suatu menunjukkan ketakutan atau panik yang
waktu. ekstrim.

Mengakui kenyataan situasi yang dilihat Klien mungkin dapat menolak kenyataan
klien, tanpa mengubah/meragukan sampai mereka dapat mengatasi/mampu
kepercayaannya. menghadapi hal tersebut.

Bantu klien dengan selalu bersedia untuk Membantu klien dalam mengatasi rasa
berbicara atau mendengarkan keluh kesah ansietasnya dan dapat memotivasi klien.
klien, jika diperlukan.
Batasan Karakteristik Hasil yang diharapkan
• Perilaku yang tidak sesuai • Partisipasi dalam proses
belajar
• Pengetahuan yang kurang
• Mengidentifikasi keterlibatan
dalam belajar
• Terlihat peningkatan minat dan
menunjukkan tanggungjawab
dalam proses belajar dengan
mulai untuk mencari informasi
dan bertanya
• Menyatakan pemahaman akan
kondisi yang dihadapi
Intervensi Rasional

Mengajar: perencanaan, implementasi dan Terpenuhinya kebutuhan akan informasi


evaluasi dari program pengajaran untuk klien
memenuhi kebutuhan informasi klien

Fasilitas belajar: menunjukkan kemampuan Klien dapat menunjukkan pemahaman


dalam memproses dan memahami informasi dari informasi yang telah diberikan

Kesiapan belajar: meningkatkan Klien menunjukkan kesiapan untuk


kemampuan dan bersedia untuk menerima belajar dan menerima informasi
informasi
• Bowden, V. R & Greenberg, C. S. (2010). Children and their families: the continuum of care. 2th Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
• Centers for Diseaase Control and Prevention, National Center For Injury Prevention and Control (CDC,
NCIPC). (2008). CDC childhood injury report: patterns of unintentional injuries among 0-19 year olds in the
united states, 2000-2006 [internet]. Available on: http://www.cdc.gov/safechild/images/CDC-
ChildhoodInjury.pdf. [Accessed on 15 Feb 2016]. TABEL TERAKHIR DOANG YA SHER JANLUP
• Centers for Diseaase Control and Prevention, National Center For Injury Prevention and Control (CDC,
NCIPC). (2012). National action plan for child injury prevention [internet]. Available on:
http://www.cdc.gov/safechild/pdf/National_Action_Plan_for_Child_Injury_Prevention.pdf. [Accessed on 15
Feb 2016].
• Depdiknas. (2005). Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
• Division of Workers Compensation. (2006). Traumatic brain injury medical treatment guidelines. State of
Colorado Department of Labor and Employment
• Doengoes, M. E. (2009). Nursing care plans : Guidelines for individualizing client care cross the lifespan.
Philadelphia : Davis Company.
• Garzon, Dawn Lee. (2005). Contributing Factors to Preschool Unintentional Injury.
doi:10.1016/j.pedn.2005.03.014.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0882596305000709 (diakses pada 16 Februari 2016)
• Goldstrohm, Sheri L. & Arffa, Sharon. (2005). Preschool children with mild to moderate traumatic brain injury:
An exploration of immediate and post-acute morbidity. doi:10.1016/j.acn.2005.02.005.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0887617705000879 (diakses pada 16 February 2016)
• Keyle, T & Carman, S. (2013). Essentials of pediatric nursing. 2th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
• Potts, N. L & Mandleco, B. L. (2012). Pediatric nursing: caring for children and their families. 3th Edition. USA:
Cengage Learning.
• Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015–2017 (10th Ed). Oxford: Wiley Blackwell.
• Maslow, Abraham H,. (2009). Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki
Kebutuhan Manusia). Jakarta : PT. PBP.
• Orton, E., Kendrick, D., West, J., & Tata, L. (2012). Independent Risk Factors for Injury in Pre-School
Children: Three Population-Based Nested Case-Control Studies Using Routine Primary Care Data. Plos
ONE, 7(4), e35193. http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0035193 ( diakses pada 16 Februari
2016).
• Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
• Sacher, R.A., and McPherson, R.A. (2004). Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
• Sastrodiningrat, A.G. (2006). Majalah Kedokteran Nusantara. Memahami faktor- faktor yang
mempengaruhi prognosa cedera kepala berat, 307-316.
• Soldin, S.J., Brugnara, C., and Hicks, J.M. (2009). Pediatric reference range. 3rd edition. Washington,
DC: AACC Press.
• Smeltzer, S.C & Bare, B. (2012). Textbook of medical-surgical nursing. 10th edition. Lippincott Williams
& Wilkins.
• Tidi, C. (2014). CT head scanning indications. http://www.patient.co.uk/doctor/ct-head-scanning-
indications diakses pada tanggal 13 Februari 2016
• Wong, D. L. (2008). Wong’s essentials of pediatric nursing, 6th Ed. St. Louis: Mosby, Inc.
• World Health Organization. (2008). European report on child injury prevention [internet]. Available
on: http://www.who.int/violence_injury_prevention/child/injury/world_report/European_report.pdf.
[Accessed on 15 Feb 2016].

You might also like