You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

OLEH:
KELOMPOK I /II.D
1. (163262) DESI RATNASARI
2. (163270) MARDIA
3. (163283) RISKA
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, araknoid. Pada orang
dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderung meluas sampai
kerongga subdural sebagai suatu efusi atau empiema subdural (leptomeningitis), atau bahkan kedalam otak
(meningoensefalitis).(Satyanegara,2010)
B. ETIOLOGI
 Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus pneumonia, Neiseria meningitidis dan
stafilokokus.
 Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan Diplococcus
pneumonia.
 Penyebab lainnya yaitu : Ricketsia, Toxoplasma gondhii dan Virus herpes, baik herpez
simplek maupun herpez zoster.
 Faktor predisposisi yaitu laki-laki lebih sering terserang penyakit meningitis dibandingkan wanita.
C. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri, virus, jamur, protozoa (mikroorganisme) dimulai menginfeksi dengan masuk ke nasofaring
dan melalui luka terbuka yang diikuti septikemia, yang menyebar kemeningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang dalam meningen di bawah korteks, yang
dapat menyebabkan tromboemboli dan penurunan darah serebral yang menyebar ke CSS. Jaringan serebral
mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hiperperfusi. Eksudat purulen dapat
menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar kedinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologi intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas
pada darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang
melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena
meningen; yang menjadi penghubung perkembangan bakteri.
D. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:
1. Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya yaitu mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, virus, Ricketsia dan
Toxoplasma gondhii.
2. Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumonia, Neiseria meningitidis, stafilokokus dan Hemophylus
influenza
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala meningitis yaitu: F. KOMPLIKASI
1. Neonatus: menolak makan, refleks 1. Hidrosefalus obstruktif,
menghisap kurang, muntah, diare, 2. MeningococcL Septicemia (
menangis lemah dan tonus otot mengingocemia),
melemah. 3. Sindrome water-friderichen
2. Anak-anak dan remaja: demam tinggi, (septik syok, DIC,perdarahan
sakit kepala, muntah, perubahan adrenal bilateral),
sensori, kejang, mudah terstimulasi, 4. SIADH (Syndrome Inappropriate
foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, Antidiuretic hormone ),
stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig 5. Efusi subdural, Kejang,
dan brundzinski positif, ptechial 6. Edema dan herniasi serebral,
(menunjukkan infeksi meningococal). 7. Cerebral palsy,
3. Ciri khas: penderita tampak sakit berat, 8. Gangguan mental,
demam akut dan tinggi, kesadaran yang 9. Gangguan belajar,
menurun (lethargi atau gaduh gelisah), 10. Attention deficit disorder,
nyeri kepala, muntah dan kaku kuduk. 11. Kehilangan fungsi saraf.
H. PENATALAKSANAAN
1. Obat anti inflamasi
a. Meningirtis tuberkulosa
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG  Isoniazid 10-20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah sehari maksimal 500 gr selama 1½ tahun.
leukosit (CBC) meningkat, kadar  Rifampisin 10-15 mg/kg/24 jam oral, 1
glukosa darah menurun, protein kali sehari selama 1 tahun.
 Streptomisin sulfat 20-40 mg/kg/24 jam
meningkat, tekanan cairan meningkat,
sampai 1 minggu, 1-2 kali sehari selama
asam laktat meningkat, glukosa serum 3 bulan.
meningkat, identifikasi organisme b. Meningitis bakterial, umur <2 bulan
penyebab.  Sefalosporin generasi ke-3
2. Glukosa serum: meningkat(meningitis).  Ampisilin 150-200 mg (400 gr)/g/24 jam
3. LDH serumL meningkat (meningitis IV, 4-6 kali sehari.
bakteri). c. Meningitis bakterial umur >2 bulan
 Ampisilin 150-200 mg (400 mg)/g/24
4. Sel darah putih: sedikit meningkat
jam IV, 4-6 kali sehari.
dengan peningkatan neutrofil (infeksi  Sefalosporin generasi ke-3
bakteri). 2. Pengobatan simtomatis
5. Elektrolit darah: abormal. a. Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal
6. Kultur nasofaring: dapat 0,4-0,6/mg/kg/dosis. kemudian dilanjutkan
mengindentifikasi daerah pusat infeksi dengan fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
atau mengidentifikasi tipe penyebab b. Turunkan demam dengan
antiperetikparasetamol atau salisilat 20
infeksi.
mg/kg/dosis sambil dikompres air.
7. MRI, CT-SCAN/angiografi. 3. Pengobatan suportif
8. Rontgen dada/kepala/sinus: mungkin a. Cairan intravena
ada indikasi sumber infeksi intra b. Pemberian O2 agar konsentrasi O2 berkisaran
kranial. antara 30-50%
I. PENCEGAHAN
1. Pemberian Vaksin saat usia 11-12 tahun atau usia 16-21 tahun,
2. Hindari menggunakan barang yang sama.
3. Rajinlah mencuci tangan.
4. Menjaga sistem imun kekebalan tubuh dengan mengkomsumsi
makanan berprotein.
5. Menerapkan pola hidup sehat
6. Menutup hidung saat bersin atau batuk.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor regitrasi, status
pekawinan, agama, tanggal MRS
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyakit ISPA dan TBC ?
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3. Pernahkah operasi daerah kepala ?
c. Data bio-psiko-sosial
1. Aktivitas
• Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
• Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2. Sirkulasi
• Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
• Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
3. Eliminasi
• Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4. Makan/minum
• Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
• Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5. Higiene
• Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6. Neurosensori
• Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.
• Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki
positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun
dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
7. Nyeri/keamanan
• Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
• Tanda : gelisah, menangis.
8. Pernafasan
• Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru
• Tanda : peningkatan kerja pernafasan
B. DIAGNOSA
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
kelelahan, kelemahan dan penurunan tingkat kesadaran.
b. Hipertermia b.d proses infeksi.
c. Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan
inadekuatnya intake dan kehilangan yang abnormal.
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan
tubuh) berhubungan dengan anoreksia, kelemahan, mual,
muntah.
e. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan istirahat
yang lama dan infasi meningeal.
C. INTERVENSI
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan dan penurunan tingkat
kesadaran.
 Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif, pemenuhan kebutuhan O2 sesuai kebutuhan.
 Kriteria Hasil :
• Tidak ada suara nafas tambahan
• Frekwensi pernafasan dalam batas normal (20-24 x/menit)
• Kebersihan jalan nafas terjaga.
• Tidak ada sianosis.
 Rencana Tindakan :
1. Dengarkan suara nafas setiap 4 jam, segera laporkan adanya suara nafas tambahan seperti whezing
dan ronchi.
• Rasional: Timbulnya akumulasi segera pada saluran nafas ditandai dengan adanya suara nafas
tambahan.
2. Jaga kebersihan jalan nafas, persiapkan peralatan suction didekat pasien.
• Rasional: Penempatan peralatan suscion didekat pasien merupakan salah satu alternatif untuk
kecepatan dalam pemberian tindakan.
3. Lakukan program kolaborasi dan pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan.
• Rasional: Pemberian terapi O2 sesuai dengan kebutuhan akan mencegah timbulnya hipoksia
jaringan
2. Hipertermia b.d proses infeksi.
 Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal, nadi dan RR dalam batas normal, tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada pusing.
 Intervensi /rasional :
1. Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
• Rasional : suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
2. Pantau suhu lingkungan
• Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal
3. Berikan kompres hangat
• Rasional : Untuk mengurangi demam
4. Berikan selimut pendingin
• Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C
5. Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
• Rasional : Untuk memngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus
3. Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan inadekuatnya intake dan kehilangan yang abnormal.
 Tujuan : Tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah.
 Kriteria Hasil :
1. Keadaan serum dan elektrolit darah dalam batas normal.
2. TTV normal.
3. Kulit lembab, turgor kulit kembali dalam waktu 1 detik.
4. Suhu normal (36,5°C-37,5°C).
5. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
6. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
 Rencana Tindakan :
1. Obsevasi TTV tiap 4 jam.
• Rasional: Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi
2. Deteksi tanda-tanda dari dehindrasi seperti membran mukosa kering,rasa haus, penurunan BB,
penurunan produksi urine.
• Rasional: Pengawasanan terjadi dehidrasi sangat membantu menentukan output yang abnormal dan
kriteria beratnya dehidrasi.
3. Kolaborasi pemberian cairan IV.
• Rasional: untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan anoreksia,
kelemahan, mual, muntah.
 Tujuan : Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
 Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak mual dan tidak muntah.
2. Pasien mengkonsumsi 75% nutrisi sesuai dengan umur.
3. Menunjukkan peningkatan BB.
 Rencana tindakan :
1. Kaji makanan yang disukai pasien.
• Rasional: Dengan mengetahui jenis makanan yang disukai pasien akan sangat membantu dalam
pemberian kalori sesuai dengan tingkat usia.
2. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
• Rasional: Pengkajian makanan mempengarui selera makan dan proses ogertif.
3. Libatkan keluarga dalam penentuan jenis diet yang digunakan.
• Rasional: Partisipasi keluarga sangat menunjang dalam keberhasilan perawatan dan proses
penyembuhan pasien.
4. Observasi peningkatan BB.
• Rasional: Peningkatan BB merupakan salah satu tanda keberhasilan dari program yang dilakukan.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
• Rasional: untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan istirahat yang lama dan infasi meningeal.
 Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman.
 Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk dan infasi meningkat.
2. Tidak terdapat nyeri kepala, kekuatan dan fotofobia.
3. TTV normal.
4. Tanda kernig dan brudzenski.
 Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda infasi meningeal.
• Rasional: Adanya infasi meningeal akan meningkatkan rasa nyeri.
2. Observasi tanda-tanda peningkatan TIK.
• Rasional: Adanya peningkatan TIK dapat menyebabkan syok meningeal.
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
• Rasional: Posisi nyaman mengurangi penekanan pada saraf perifer.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
• Rasional: Mengurangi ketegangan pada otot
5. Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian analgesik.
• Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa aman nyaman.
D. IMPLEMENTASI
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh, reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan
toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi
ansietas, penjelasan informasi tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit,
pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.
E. EVALUASI
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda
vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi

You might also like