Professional Documents
Culture Documents
1. AFAF SALSABILA
2. AJI SANTOSO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA 3. ANISA FITRI N.
DENGAN GANGGUAN SISTEM 4. AOFA ABDILAH
MUSKULOSKELETAL 5. AQIFAH MUNA
6. ATIKA N.K
7. AZZAM A,M
8. BAYU A.P
9. CAHYA NURANTO
10. DEFRISKA DIMAS G,M
11. DELINA ATMAWATI
ANATOMI FISOLOGI SISTEM MUSKULUSKELETAL
1. Sistem otot
Perubahan yang jelas pada sistem otot saat usia lanjut adalah berkurangnya
massa otot, terutama mengenai serabut otot tipe II1,2. Penurunan massa otot
ini lebih disebabkan oleh atropi.
2. Sistem Tulang
Pada usia lanjut dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan
kalsium tubuh, serta perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang akan
mencapai puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun).
3. Jaringan Ikat
Kelenturan merupakan salah satu komponen dari kebugaran. Jaringan
ikat yang tidak fleksibel lebih mudah timbul trauma. Pada manusia usia
lanjut, dijumpai kehilangan sifat elastisitas dari jaringan ikat.
MASALAH PADA SISTEM
MUSKULUSKELETAL
1. Osteoporosis
2. Osteoartritis
3. Arthritis gout
4. Fraktur
ASKEP OSTEOPOROSIS
Definisi
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause
dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum
diketahui.
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis yang terjadi karen penyakit lain dan efek dari obat
obatan
MANIFESTASI KLINIK
1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi tulang
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen
dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang yang diakibatkan.
3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung.
PENGKAJIAN
A. Riwayat kesehatan.
Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis.
Kadang keluhan utama berupa nyeri.
B. Pengkajian psikososial.
Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada
klien dengan kifosis berat.
Data obyektif ;
1. tulang belakang bungkuk
2. terdapat penurunan tinggi badan
3. klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
4. terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
5. klien tampak gelisah
6. klien tampak meringis
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood,
brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan
ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien pusing, berkeringat
dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang
disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan,
perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang
Pemeriksaan diagnostic
1. Radiology
2. CT scan
3. Pemeriksaan laboratorium
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Intervensi Rasional
1.Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri 1. Tulang dalam peningkatan jumlah
terlokalisasi atau menyebar pada abdomen atau trabekular, pembatasan gerak spinal.
pinggang. 2. Alternatif lain untuk mengatasi nyeri,
2.Ajarkan pada klien tentang alternative lain pengaturan posisi, kompres hangat dan
untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya. sebagainya.
3.Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri. 3. Keyakinan klien tidak dapat menoleransi
4.Rencanakan pada klien tentang periode istirahat obat yang adekuat atau tidak adekuat untuk
adekuat dengan berbaring dalam posisi telentang mengatasi nyerinya.
selama kurang lebih 15 menit 4. Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan
minat untuk aktivitas sehari-hari.
Dx 2 :Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal
dan ketidakseimbangan tubuh
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya: 1. Menciptakan lingkungan yang aman dan mengurangi risiko
•Tempatkan klien pada tempat tidur rendah. terjadinya kecelakaan.
•Amati lantai yang membahayakan klien.
•Berikan penerangan yang cukup
•Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk
2. Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan
diobservasi.
•Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di mudah jatuh.
ruangan.
2. Berikan dukungan ambulasi sesuai dengan kebutuhan:
•Kaji kebutuhan untuk berjalan. 3. Penarikan yang terlalu keras akan menyebabkan terjadinya
•Konsultasi dengan ahli therapist. fraktur.
•Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan.
•Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar ruangan
4. Pergerakan yang cepat akan lebih memudahkan terjadinya fraktur
3. Bantu klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara
kompresi vertebra pada klien osteoporosis.
hati-hati.
5. Diet kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kalsium serum,
4. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan, tidak naik
mencegah bertambahnya kehilangan tulang. Kelebihan kafein akan
tanggga, dan mengangkat beban berat.
meningkatkan kalsium dalam urine. Alcohol akan meningkatkan
5.Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis:
asidosis yang meningkatkan resorpsi tulang
•Rujuk klien pada ahli gizi
6. Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis.
•Ajarkan diet yang mengandung banyak kalsium
7. Obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan
•Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok
pusing, megantuk, dan lemah yang merupakan predisposisi klien
atau kopi
untuk jatuh.
6. Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan tulang
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1.Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang 1. Memberikan dasar pengetahuan dimana
akan datang klien dapat membuat pilihan berdasarkan
2.Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang informasi.
mempengaruhi terjadinya osteoporosis 2. Informasi yang diberikan akan membuat
3.Berikan pendidikan kepada klien mengenai klien lebih memahami tentang penyakitnya
efek samping penggunaan obat 3. Suplemen kalsium ssering mengakibatkan
nyeri lambung dan distensi abdomen maka
klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium
bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut dan
memperhatikan asupan cairan yang memadai
untuk menurunkan resiko pembentukan batu
ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRHITIS
PENGERTIAN
1. Nyeri sendi
Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat
2. Kaku Sendi
nyeri dan kaku sendi dapat timbul setelah istirahat beberapa saat
misalnya sehabis duduk lama atau bangun tidur.
3. Pembengkakan Sendi
Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi. Biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan.
4. Gangguan Fungsi
Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi
PENATALAKSANAAN
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari dan keletihan
2.Kardiovaskuler
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
3.Makanan Atau Cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat
4. Neurosensori
Gejala: kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
ADA 4 TAHAP :
1. Hiperurisemia asimtomatik. Dalam tahap ini
penderita tidak menunjukkan gejala-gejala
selain dari peningkatan asam urat serum.
2. Arthritis gout akut. Pada tahap ini terjadi
pembengkakan mendadak dan nyeri yang luar
biasa
3. Tahap interkritical. Tidak terdapat gejala-gejala
pada masa ini yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun
4. Tahap gout kronik dimana timbunan urat
terus bertambah dalam beberapa tahun jika
pengobatan tidak dimulai.
KOMPLIKASI
pembentukan batu ginjal, karena kristal
uric acid yang diendapkan dalam sendi juga
dapat terbentuk dalam ginjal.
DIAGNOSIS
A. Terdapat kristal urat dalam cairan sendi
B. B. Bila ditemukan 6 dari 12 kriteria tersebut
dibawah ini :
Inflamasi maksimum pada hari pertama
Serangan artritis akut lebih dari satu kali
Sendi yang terkena berwarna kemerahan
Pembengkakan dan sakit pada sendi
Serangan pada sendi
Hiperurisemia
Pada foto sinar-x tampak pembengkakan sendi
asimetris
PENATALAKSANAAN
Hentikan serangan nyeri yang hebat pada
serangan artritis gout akut.
Berikan kolkisin sebagai pencegahan terhadap
serangan berulang dari artritis gout.
Evaluasi kadar asam urat dalam urine selama 24
jam setelah terapi nonfarmakologi diberikan
yaitu diet rendah purin dijalankan.
Penanggulangan untuk artritis gout kronis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki atau
pada sendi-sendi lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien
menanggulanginya, adakah riwayat gout dalam keluarga.
Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan,
demam subfebris, periksa adanya nodul diatas sendi.
Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan aktivitas dan
masalah-masalah yang terkait dengan psikososialnya.
Pemeriksaan diagnostik :
Asam urat meningkat
Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat
Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat
Pemeriksaan urin
Rontgen.
B. Diagnosa keperawatan
Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri persendian
Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan
perawatan dirumah.
INTERVENSI
NO INTERVENSI RASIONAL
DX
1 A. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor- kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor yang mempercepat dan tanda- keefektifan program
tanda rasa sakit non verbal
B. Berikan matras/ kasur keras, bantal Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur besar akan mencegah pemeliharaan
sesuai kebutuhan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang
sakit.
C. Dorong untuk sering mengubah posisi Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi.
D. Dorong penggunaan teknik Memfokuskan kembali perhatian
manajemen stres
E. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sebagai anti inflamasi dan efek analgesik
sesuai petunjuk ringan
F. Berikan kompres dingin jika Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri
dibutuhkan
NO INTERVENSI RASIONAL
DX
2 A. Evaluasi /lanjutkan pemantauan Latihan tergantung dari perkembangan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
sendi
B. Pertahankan istirahat tirah baring/ Istirahat sistemik dianjurkan selama
duduk jika diperlukan eksaserbasi akut
C. Bantu dengan rentang gerak Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
aktif/pasif sendi
D. Dorong pasien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi
postur tegak dan duduk tinggi
E. Berikan lingkungan yang aman Menghindari cidera akibat kecelakaan
F. Kolaborasi: konsul dengan Memformulasikan program latihan
fisoterapi
G. Kolaborasi: berikan obat-obatan Mungkin dibutuhkan untuk menekan
sesuai indikasi (steroid). sistem inflamasi akut
EVALUASI
Tidak terjadi komplikasi
Nyeri terkontrol
Tidak terjadi efek samping akibat obat-
obatan yang digunakan
Dapat melakukan mobilisasi sesuai indikasi
Asuhan Keperawatan pada Lansia
dengan Fraktur
Definisi
Fraktur menurut Smeltzer (2002) adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lainnya.
Menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Smeltzer, 2002).
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.
KLASIFIKASI
Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit
atau kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang.
Fraktur terbuka
Fraktur dengan luka pada kulit atau membran
mukosa sampai ke patahan tulang.
Derajat I : luka tembus seukuran jarum (tusukan
fragmen-fragmen tulang).
Derajat II : luka lebih besar, terdapat kerusakan
kulit.
Derajat III : luka lebih besar dari derajat II, bisa
sampai mengenai tendon dan otot-otot saraf tepi.
PATOFISIOLOGI
A. Fraktur Kompresi Vertebra
Suatu gejala osteoporosis yang sering dijumpai adalah
penyakit punggung, akibat fraktur kompresi vertebra.
Nyeri akut pada bagian tengah sampai bagian bawah
vertebra selama aktivitas harian rutin mungkin
merupakan gejala yang paling awal terjadi
B. Fraktur Panggul
Klien lansia biasanya mengalami cedera ini karena jatuh.
Walaupun hanya 3% dari semua fraktur adalah fraktur
panggul, tipe cedera ini diperhitungkan menimbulkan 5
sampai 20% kematian di antara lansia akibat fraktur
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna (Smeltzer, 2002).
PENATALAKSANAAN
Prinsip penangan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitas (Smeltzer,
2002).
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untukmencapai reduksi
fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
Fraktur pada lansia mungkin akan lama dalam proses penyembuhan
karena sistem metabolisme (dalam penyerapan kalsium) tidak adekuat.
Selain itu pembentukan dan penyatuan kembali akan berlangsung lama.
Sehingga dalam proses penyembuhan dibutuhkan suplay nutrisi yang
mendukung selain dari terapi obat – obatan seperti analgetik, dan anti
inflamantory.
Selain itu, rehabilitasi berupa fisioterapi dan mobilisassi perlu
dilakukan secara bertahap.
KOMPLIKASI
KomplikasiAwal
1. KerusakanArteri
2. Kompartement Syndrom
3. Infeksi
4. Shock