You are on page 1of 51

Disusun Oleh :

1. AFAF SALSABILA
2. AJI SANTOSO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA 3. ANISA FITRI N.
DENGAN GANGGUAN SISTEM 4. AOFA ABDILAH
MUSKULOSKELETAL 5. AQIFAH MUNA
6. ATIKA N.K
7. AZZAM A,M
8. BAYU A.P
9. CAHYA NURANTO
10. DEFRISKA DIMAS G,M
11. DELINA ATMAWATI
ANATOMI FISOLOGI SISTEM MUSKULUSKELETAL

1. Sistem otot
Perubahan yang jelas pada sistem otot saat usia lanjut adalah berkurangnya
massa otot, terutama mengenai serabut otot tipe II1,2. Penurunan massa otot
ini lebih disebabkan oleh atropi.
2. Sistem Tulang
Pada usia lanjut dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan
kalsium tubuh, serta perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang akan
mencapai puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun).
3. Jaringan Ikat
Kelenturan merupakan salah satu komponen dari kebugaran. Jaringan
ikat yang tidak fleksibel lebih mudah timbul trauma. Pada manusia usia
lanjut, dijumpai kehilangan sifat elastisitas dari jaringan ikat.
MASALAH PADA SISTEM
MUSKULUSKELETAL
1. Osteoporosis
2. Osteoartritis
3. Arthritis gout
4. Fraktur
ASKEP OSTEOPOROSIS
Definisi

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan


berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan
mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan hanya
berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan
kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih
cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh.
Osteoporosis sering disebut juga dengan keropos tulang.
Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu :
tulang ruas tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan
pergelangan lengan bawah.
KLASIFIKASI

1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause
dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum
diketahui.

2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis yang terjadi karen penyakit lain dan efek dari obat
obatan
MANIFESTASI KLINIK

1. Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang,


2. Nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
3. Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
4. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas
Deformitas tulang.
5 Kecenderungan penurunan tinggi badan
6. Postur tubuh kelihatan memendek.
ETIOLOGI
Menurut WHO, Faktor resiko yang memudahkan Osteoporosis:
1. Wanita. Resiko osteoporosis pada wanita lebih tinggi daripada pria karena,
umumnya massa tulangnya lebih kecil dan proses menopause pada Wanita.
2. Usia. Resiko osteoporosis meningkat 1-2 kali setiap bertambah usia 10 tahun
3. Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol
4. Genetik. Riwayat osteoporosis atau patah tulang di usia lebih dari;50 tahun
pada keluarga juga merupakan faktor resiko osteoporosis.
5. Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit hati, ginjal,dapat meningkatkan
resiko osteoporosis.
6. Asupan kalsium dan vitamin D yang kurang adalah faktor resiko penting
dalam osteoporosis
7. Penggunaan obat-obatan seperti steroid, obat anti kejang (Phenobarbital dan;
Phenytoin), antasida yang mengandung aluminium, metotreksat, siklosporin A
merupakan faktor resiko osteoporosis karena menyebabkan pengeluaran
kalsium dari tulang dalam jumlah banyak.
PATOFISIOLOGI

Beberapa etiologi yang telah disebutkan akan menyebabkan


melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke
tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi
tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan
penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan
tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total
yang disebut osteoporosis.
PATOFISIOLOGI

Di samping penuaan dan menopausepenipisan tulang


diakibatkan oleh pemberian steroid sehingga
mengakibatkan penurunan pembentukan tulang (bone
formation) dan peningkatan resorpsi tulang (bone
resorption). Steroid menghambat sintesis kolagen tulang
oleh osteoblast yang telah ada, dan mencegah transformasi
sel-sel prekursor menjadi osteoblast yang dapat berfungsi
dengan baik. Di samping itu, steroid juga sangat mereduksi
sintesis protein. Gambaran histomorfometrik menunjukkan
penurunan tingkat aposisi mineral, dan penipisan dinding
tulang, yang diduga karena umur osteoblast yang semakin
pendek.
PENATALAKSANAAN

1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi tulang
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen
dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang yang diakibatkan.
3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung.
PENGKAJIAN

A. Riwayat kesehatan.
Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis.
Kadang keluhan utama berupa nyeri.

B. Pengkajian psikososial.
Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada
klien dengan kifosis berat.

C. Pola aktivitas sehari-hari.


Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga,
pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet.
Data subyektif :
1. Klien mengeluh nyeri tulang belakang
2. Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun
3. Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak
dan keterbatasan gerak
4. Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun
5. Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh
6. Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya
7. Klien mengatakan buang air besar susah dan keras

Data obyektif ;
1. tulang belakang bungkuk
2. terdapat penurunan tinggi badan
3. klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
4. terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
5. klien tampak gelisah
6. klien tampak meringis
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood,
brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan
ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien pusing, berkeringat
dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang
disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan,
perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang

Pemeriksaan diagnostic
1. Radiology
2. CT scan
3. Pemeriksaan laboratorium
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder


dari fraktur vertebra
2. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak
sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan
tubuh
3. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan
keletihan atau gangguan gerak
4. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan
perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis
5. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan
program terapi yang berhubungan dengan kurang
informasi
Dx 1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder
dari fraktur vertebra

Intervensi Rasional

1.Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri 1. Tulang dalam peningkatan jumlah
terlokalisasi atau menyebar pada abdomen atau trabekular, pembatasan gerak spinal.
pinggang. 2. Alternatif lain untuk mengatasi nyeri,
2.Ajarkan pada klien tentang alternative lain pengaturan posisi, kompres hangat dan
untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya. sebagainya.
3.Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri. 3. Keyakinan klien tidak dapat menoleransi
4.Rencanakan pada klien tentang periode istirahat obat yang adekuat atau tidak adekuat untuk
adekuat dengan berbaring dalam posisi telentang mengatasi nyerinya.
selama kurang lebih 15 menit 4. Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan
minat untuk aktivitas sehari-hari.
Dx 2 :Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal
dan ketidakseimbangan tubuh
Intervensi Rasional

1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya: 1. Menciptakan lingkungan yang aman dan mengurangi risiko
•Tempatkan klien pada tempat tidur rendah. terjadinya kecelakaan.
•Amati lantai yang membahayakan klien.
•Berikan penerangan yang cukup
•Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk
2. Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan
diobservasi.
•Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di mudah jatuh.
ruangan.
2. Berikan dukungan ambulasi sesuai dengan kebutuhan:
•Kaji kebutuhan untuk berjalan. 3. Penarikan yang terlalu keras akan menyebabkan terjadinya
•Konsultasi dengan ahli therapist. fraktur.
•Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan.
•Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar ruangan
4. Pergerakan yang cepat akan lebih memudahkan terjadinya fraktur
3. Bantu klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara
kompresi vertebra pada klien osteoporosis.
hati-hati.
5. Diet kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kalsium serum,
4. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan, tidak naik
mencegah bertambahnya kehilangan tulang. Kelebihan kafein akan
tanggga, dan mengangkat beban berat.
meningkatkan kalsium dalam urine. Alcohol akan meningkatkan
5.Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis:
asidosis yang meningkatkan resorpsi tulang
•Rujuk klien pada ahli gizi
6. Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis.
•Ajarkan diet yang mengandung banyak kalsium
7. Obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan
•Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok
pusing, megantuk, dan lemah yang merupakan predisposisi klien
atau kopi
untuk jatuh.
6. Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan tulang

7. Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan.


X 3: Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan
gerak

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi 1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana


dalam setiap aktifitas perawatan. klien mampu melakukan perawatan diri
2. Beri perlengkapan adaptif jika dibutuhkan secara mandiri.
misalnya kursi dibawah pancuran, tempat 2. Peralatan adaptif ini berfungsi untuk
pegangan pada dinding kamar mandi, alas membantu klien sehingga dapat melakukan
kaki atau keset yang tidak licin, alat perawatan diri secara mandiri dan optimal
pencukur, semprotan pancuran dengan sesuai kemampuannya.
tangkai pemegang. 3. Bagi klien lansia, satu bagian aktivitas
3. Rencanakan individu untuk belajar dan bisa sangat melelahkan sehingga perlu
mendemonstrasikan satu bagian aktivitas waktu yang cukup untuk
sebelum beralih ke tingkatan lebih lanjut. mendemonstrasikan satu bagian dari
perawatan diri.
Dx 4: Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis

Intervensi Rasional

1. Dorong klien mengekspresikan 1. Ekspresi emosi membantu klien


perasaannya khususnya mengenai mulai meneerima kenyataan.
bagaimana klien merasakan, 2. Kritik negative akan membuat klien
memikirkan dan memandang dirinya. merasa semakin rendah diri.
2. Hindari kritik negative. 3. Dukungan yang cukup dari orang
3. Kaji derajat dukungan yang ada terdekat dan teman dapat membantu
untuk klien proses adaptasi
Dx 5: Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang
berhubungan dengan kurang informasi

Intervensi Rasional

1.Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang 1. Memberikan dasar pengetahuan dimana
akan datang klien dapat membuat pilihan berdasarkan
2.Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang informasi.
mempengaruhi terjadinya osteoporosis 2. Informasi yang diberikan akan membuat
3.Berikan pendidikan kepada klien mengenai klien lebih memahami tentang penyakitnya
efek samping penggunaan obat 3. Suplemen kalsium ssering mengakibatkan
nyeri lambung dan distensi abdomen maka
klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium
bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut dan
memperhatikan asupan cairan yang memadai
untuk menurunkan resiko pembentukan batu
ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRHITIS
PENGERTIAN

Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif kronis dari


sendi-sendi. Pada penyakit ini terjadi penurunan fungsi tulang
rawan terutama yang menopang sebagian dari berat badan dan
seringkali pada persendian yang sering digunakan.
MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri sendi
Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat
2. Kaku Sendi
nyeri dan kaku sendi dapat timbul setelah istirahat beberapa saat
misalnya sehabis duduk lama atau bangun tidur.
3. Pembengkakan Sendi
Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi. Biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan.
4. Gangguan Fungsi
Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi
PENATALAKSANAAN

1. Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena


2. Diet untuk mengurangi berat badan
Dengan menghilangkan kegemukan penderita osteoartritis
sendi penyokong berat badan maka akan mengurangi keluhan.
3. Fisioterapi
4.Alat bantu, misalnya traksi
PENGKAJIAN

1. Aktivitas/Istirahat
 Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari dan keletihan
2.Kardiovaskuler
 Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
3.Makanan Atau Cairan
 Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat
4. Neurosensori
Gejala: kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan
5. Nyeri / Kenyamanan
 Gejala: fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
DIAGNOSA DAN INTERVENSI

DX.1 Nyeri b/d penurunan fungsi tulang


Intervensi:
 kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10).
 berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.
 dorong untuk sering mengubah posisi.
 Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.
DX.2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Intervensi :
-Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika
diperlukan.
- Bantu bergerak dengan bantuan seminimal
mungkin.
- Dorong klien mempertahankan postur tegak,
duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti
steroid.
 Dx. 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Intervensi :
-Memantau regimen medikasi
-Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum
dengan memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari penggunaan
Restrain
- Kendalikan lingkungan dengan Menyingkirkan bahaya
yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera
akibat jatuh ketika tidur
 Dx. 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Intervensi :
 Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya
dan perubahan yang terjadi.
 Berikan tempat tidur yang nyaman
 Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan
dalam pola lama dan lingkungan baru
 Instruksikan tindakan relaksasi
 Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur,
misalnya mandi hangat dan massage.
 Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi:
rendahkan tempat tidur bila mungkin.
Asuhan Keperawatan Arthritis
Gout
Gout arthritis atau lebih dikenal dengan asam
urat atau encok merupakan radang sendi akut yang
disebabkan oleh terlalu banyaknya produksi asam
urat (uric acid) yaitu produk buangan yang
menumpuk dalam jaringan tubuh, atau karena
kegagalan ginjal untuk membuang asam urat dalam
jumlah cukup banyak.
Dalam keadaan normal, produk asam urat
akan dibuang dari darah lewat air kemih (urin). Pada
kejadian gout, kristal-kristal asam urat diendapkan
di dalam dan sekitar sendi yang bergerak, yang
menyebabkan sakit dan peradangan yang akut.
PATOFISIOLOGI
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer
merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses
penyakit lain pada persendian
Masalah akan timbul bila terbentuk kristal-kristal dari
monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan
sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk jarum ini mengakibatkan reaksi
peradangan yang bila berlanjut akan mengakibatkan nyeri hebat yang
sering menyertai serangan gout.. Jika tidak diobati endapan kristal
akan menyebabkan kerusakan hebat pada sendi dan jaringan lunak.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai
meningkat setelah pubertas. Pada wanita kadar urat tidak meningkat
sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi
asam urat melalui ginjal. Setelah menopause kadar urat serum
meningkat seperti pada pria.
Gout jarang terjadi pada wanita. Sekitar 95% penderita gout adalah
pria.
MANIFESTASI KLINIS

ADA 4 TAHAP :
1. Hiperurisemia asimtomatik. Dalam tahap ini
penderita tidak menunjukkan gejala-gejala
selain dari peningkatan asam urat serum.
2. Arthritis gout akut. Pada tahap ini terjadi
pembengkakan mendadak dan nyeri yang luar
biasa
3. Tahap interkritical. Tidak terdapat gejala-gejala
pada masa ini yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun
4. Tahap gout kronik dimana timbunan urat
terus bertambah dalam beberapa tahun jika
pengobatan tidak dimulai.

KOMPLIKASI
pembentukan batu ginjal, karena kristal
uric acid yang diendapkan dalam sendi juga
dapat terbentuk dalam ginjal.
DIAGNOSIS
A. Terdapat kristal urat dalam cairan sendi
B. B. Bila ditemukan 6 dari 12 kriteria tersebut
dibawah ini :
 Inflamasi maksimum pada hari pertama
 Serangan artritis akut lebih dari satu kali
 Sendi yang terkena berwarna kemerahan
 Pembengkakan dan sakit pada sendi
 Serangan pada sendi
 Hiperurisemia
 Pada foto sinar-x tampak pembengkakan sendi
asimetris
PENATALAKSANAAN
 Hentikan serangan nyeri yang hebat pada
serangan artritis gout akut.
 Berikan kolkisin sebagai pencegahan terhadap
serangan berulang dari artritis gout.
 Evaluasi kadar asam urat dalam urine selama 24
jam setelah terapi nonfarmakologi diberikan
yaitu diet rendah purin dijalankan.
 Penanggulangan untuk artritis gout kronis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
 Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki atau
pada sendi-sendi lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien
menanggulanginya, adakah riwayat gout dalam keluarga.
 Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan,
demam subfebris, periksa adanya nodul diatas sendi.
 Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan aktivitas dan
masalah-masalah yang terkait dengan psikososialnya.
 Pemeriksaan diagnostik :
Asam urat meningkat
Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat
Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat
Pemeriksaan urin
Rontgen.
B. Diagnosa keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri persendian
 Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan
perawatan dirumah.
INTERVENSI
NO INTERVENSI RASIONAL
DX
1 A. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor- kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor yang mempercepat dan tanda- keefektifan program
tanda rasa sakit non verbal
B. Berikan matras/ kasur keras, bantal Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur besar akan mencegah pemeliharaan
sesuai kebutuhan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang
sakit.
C. Dorong untuk sering mengubah posisi Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi.
D. Dorong penggunaan teknik Memfokuskan kembali perhatian
manajemen stres
E. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sebagai anti inflamasi dan efek analgesik
sesuai petunjuk ringan
F. Berikan kompres dingin jika Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri
dibutuhkan
NO INTERVENSI RASIONAL
DX
2 A. Evaluasi /lanjutkan pemantauan Latihan tergantung dari perkembangan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
sendi
B. Pertahankan istirahat tirah baring/ Istirahat sistemik dianjurkan selama
duduk jika diperlukan eksaserbasi akut
C. Bantu dengan rentang gerak Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
aktif/pasif sendi
D. Dorong pasien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi
postur tegak dan duduk tinggi
E. Berikan lingkungan yang aman Menghindari cidera akibat kecelakaan
F. Kolaborasi: konsul dengan Memformulasikan program latihan
fisoterapi
G. Kolaborasi: berikan obat-obatan Mungkin dibutuhkan untuk menekan
sesuai indikasi (steroid). sistem inflamasi akut
EVALUASI
 Tidak terjadi komplikasi
 Nyeri terkontrol
 Tidak terjadi efek samping akibat obat-
obatan yang digunakan
 Dapat melakukan mobilisasi sesuai indikasi
Asuhan Keperawatan pada Lansia
dengan Fraktur
Definisi
Fraktur menurut Smeltzer (2002) adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lainnya.
Menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Smeltzer, 2002).
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.
KLASIFIKASI
 Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit
atau kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang.
 Fraktur terbuka
Fraktur dengan luka pada kulit atau membran
mukosa sampai ke patahan tulang.
Derajat I : luka tembus seukuran jarum (tusukan
fragmen-fragmen tulang).
Derajat II : luka lebih besar, terdapat kerusakan
kulit.
Derajat III : luka lebih besar dari derajat II, bisa
sampai mengenai tendon dan otot-otot saraf tepi.
PATOFISIOLOGI
A. Fraktur Kompresi Vertebra
Suatu gejala osteoporosis yang sering dijumpai adalah
penyakit punggung, akibat fraktur kompresi vertebra.
Nyeri akut pada bagian tengah sampai bagian bawah
vertebra selama aktivitas harian rutin mungkin
merupakan gejala yang paling awal terjadi
B. Fraktur Panggul
Klien lansia biasanya mengalami cedera ini karena jatuh.
Walaupun hanya 3% dari semua fraktur adalah fraktur
panggul, tipe cedera ini diperhitungkan menimbulkan 5
sampai 20% kematian di antara lansia akibat fraktur
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna (Smeltzer, 2002).

PENATALAKSANAAN
Prinsip penangan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitas (Smeltzer,
2002).
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untukmencapai reduksi
fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
Fraktur pada lansia mungkin akan lama dalam proses penyembuhan
karena sistem metabolisme (dalam penyerapan kalsium) tidak adekuat.
Selain itu pembentukan dan penyatuan kembali akan berlangsung lama.
Sehingga dalam proses penyembuhan dibutuhkan suplay nutrisi yang
mendukung selain dari terapi obat – obatan seperti analgetik, dan anti
inflamantory.
Selain itu, rehabilitasi berupa fisioterapi dan mobilisassi perlu
dilakukan secara bertahap.
KOMPLIKASI
 KomplikasiAwal
1. KerusakanArteri
2. Kompartement Syndrom
3. Infeksi
4. Shock

 Komplikasi Dalam Waktu Lama


1. Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung
2. Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan.
3. Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan
 Scan tulang, tomogram, CT Scan atau MRI
 Arteriogram
 Hitung darah lengkap
 Kreatinin
 Profil koagulasi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
 Aktifitas atau istirahat
Tanda : Keterbatasan gerak atau kehilangan fungsi motorik pada bagian
yang terkena
 Sirkulasi
Tanda : Hipertensi, Takikardia, Penurunan atau tak teraba nadi distal,
pengisian kapiler lambat, kulit, dan kuku pucat atau sianotik.
 Neurosensori
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi, spasme otot, kelemahan atau hilang fungsi. Agitasi
berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain.
 Nyeri atau kenyamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, dan perubahan warna
kulit.Pembengkakan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan
fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, stress,
ansietas, alat traksi, imobilisasi.
 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan rangka neuromuskular
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan
hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
INTERVENSI
NO INTERVENSI RASIONAL
DX
1 A. Pertahankan imobilisasi bagian yang Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan
sakit dengan tirah baring, gips, posisi tulang
pembebat.
B. Tinggikan ekstermitas yang sakit. Meningkatkan aliran balik vena
C. Hindari penggunaan sprei atau Meningkatkan kenyamanan
bantal plastik dibawah ekstermitas
dalam gips
D. Tinggikan penutup tempat tidur, Mempertahankan kehangatan tubuh
pertahankan linen terbuka pada ibu
jari kaki
E. Evaluasi nyeri
F. Lakukan kompres dingin 24-48 jam
pertama sesuai kebutuhan
G. Berikan atau awasi analgesik yang
dikontrol klien
NO INTERVENSI RASIONAL
DX
2 A. Kaji derajat imobilisasi
B. Dorong partisipasi pada aktivitas
atau rekreasi.
C. Dorong penggunaan latihan
isometrik mulai dengan tungkai
yang sakit
D. Pantau TD dalam melakukan
aktivitas. Perhatikan adanya
keluhan pusing.
E. Ubah posisi secara priodik serta
dorong untuk latihan batuk dan
napas dalam.
F. Auskultasi bising usus.
G. Dorong peningkatan intake cairan
2000-3000 ml/hari, termasuk
pemberian jus.
TERIMA KASIH

You might also like