Professional Documents
Culture Documents
RODMAN TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP HASAN SADIKIN/FK UNPAD
Tenaga Kesehatan
Pasal 27
Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
Ganti rugi jika penerima tindakan kesehatan mengalami kerugian atas KELALAIAN
dari tindakan tenaga kesehatan.
Pidana penjara 3 (tiga) tiga tahun jika tenaga kesehatan melakukan KELALAIAN BERAT
yang menyebabkan penerima tindakan kesehatan LUKA BERAT.
Pidana penjara 5 (lima) tahun jika tenaga kesehatan melakukan KELALAIAN BERAT
yang menyebabkan penerima tindakan kesehatan MENINGGAL.
Kesalahan diagnose
Pasal 131 • Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia
ay.2 18 tahun
Pasal 131 • Upaya pemeliharaan kes. bayi & anak menjadi tanggung jawab
& kewajiban bersama bg org tua, keluarga, masyarakat &
ay.3 pemerintah, & pemerintah daerah
TANGGUNG JAWAB
DAN KEWAJIBAN BERSAMA!!!!!
Buku KIA : instrumen integrasi pelayanan KIA
Keputusan Menteri Kesehatan No 284/Menkes/SK/III/2004
Informasi: Hak
Tugas: Kewajiban
Hak Anak berdasarkan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1996
Hak perlindungan
Hak berpartisipasi
SI-300404
Ismael S,1991
Buku Rapor Kesehatanku Tingkat SD/MI, SMP/MTS
dan SMA/SMK/MA
SOP ALGORITHME
BUKU RAPORT
KESEHATANKU
BUKU
KIA
Masyarakat
berdaya
Continuum of Care
home-based to facility-based
Keluarga
PUSKESMAS
RS
SEKOLAH
SOP ALGORITHME
RR
Definisi
IMUNISASI
17
Pengertian Herd Immunity
• Merupakan tingkat kekebalan suatu komunitas terhadap suatu
penyakit tertentu
• Eradikasi penyakit
Ilustrasi Herd Immunity
Pentingnya
Program Imunisasi
• Vaksin:
– ↗ promosi kesehatan
– Jangkauan luas
– Dampak segera
– Efektif & menyelamatkan jiwa
Key point:
Dampak imunisasi pada status kesehatan masyarakat dunia tak
terbantahkan. Kecuali kesediaan air bersih, tidak ada yang lain, bahkan
antibiotik, memiliki dampak besar dalam penurunan angka kematian dan
kesakitan (kecacatan) dan pertumbuhan populasi
Prioritas Vaksin:
Vaksinasi yang Aman
Sumber: WHO. Dasar-dasar Keamanan Vaksin, Modul 1: Introduksi Keamanan Vaksin. Dapat diakses pada:
http://in.vaccine-safety-training.org/vaccine-safety-in-immunization-programmes.html
Vaccine Safety
• Deteksi dan pelaporan
KIPI merupakan
langkah awal untuk
memperkuat
monitoring keamanan
vaksin (vaccine safety).
• Dengan meningkatnya
keamanan vaksin,
keamanan pasien
(patient safety) tentu
akan meningkat.
Tujuan Penyelenggaraan Imunisasi
1956 1973 1974 1976 1980 1982 1997 2004 2013 2016 2017
Hepatitis
Cacar Tetanus Polio Haemofilus
B influensa tipe b
(DPT/HB/Hib)
MR
BCG DPT
Campak
DPT/HB
PCV
(Kombinasi)
JE
Sepanjang 6 dasawarsa, semakin banyak penyakit menular
yang dapat dicegah dengan imunisasi di Indonesia
IPV
HPV
KEBERHASILAN
IMUNISASI
ABAD 20
Eradikasi Cacar (Variola),
1977 kasus Cacar terakhir, Somalia
1980 Imunisasi Cacar Stop
ABAD 21
Eliminasi Eradikasi Polio: Eliminasi
Tetanus 2006 Indonesia Campak &
Maternal 2014 Regional Rubella 2020
dan Asia
Neonatal Tenggara
Mei 2016 2020 ?? Eradikasi?
1. Mempertahankan INDONESIA
BEBAS POLIO
2. Mempertahankan pencapaian
ELIMINASI TETANUS MATERNAL
DAN NEONATAL (MNTE)
Imunisasi Program
Imunisasi Pilihan
Yaitu imunisasi yang diwajibkan kepada
Yaitu imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
dalam rangka melindungi yang bersangkutan
rangka melindungi yang bersangkutan dari
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang
penyakit tertentu
dapat dicegah dengan imunisasi
Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
Imunisasi Tambahan Imunisasi Khusus
Imunisasi Rutin
Penetapan pemberian Melindungi seseorang
1. Imunisasi imunisasi tambahan dan masyarakat terhadap
Dasar berdasarkan kajian penyakit tertentu pada
epidemiologis oleh situasi tertentu :
2. Imunisasi Menteri, Kadinkes meningitis meningokokus,
Lanjutan provinsi, atau Kadinkes yellow fever, rabies, dan
Kab/Kota) poliomyelitis
Imunisasi Lanjutan :
- Baduta Mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk
- Anak Usia Sekolah memperpanjang masa
Dasar perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar
- WUS
Jadwal Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI
1 SD 5 SD 6 SD
• Tujuan:
Memperpanjang usia perlindungan sasaran dari
penyakit tetanus dan difteri rnelalui statusT5
• Mekanisme peralihan jadwal:
• Tahun 2017 dan 2018 pemberian imunisasi Td
hanya dilakukan pada anak kelas 2 SD/sederajat
• Mulai tahun 2019, pemberian imunisasi Td sudah
dapat diberikan pada anak kelas 2 dan 5 SD
sederajat
Penyelenggaraan Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
CONTOH CONTOH
Kegagalan CONTOH Demam
CONTOH
pabrik vaksin Transmisi Vasovagal setelah
CONTOH untuk syncope imunisasi
infeksi
Trombositope- menginaktivas pada (hubungan
melalui vial
nia pasca i secara seorang sementara)
multidosis
pemberian komplit suatu dewasa dan parasit
yang
vaksin campak lot vaksin IPV muda malaria
terkontami-
yang nasi setelah yang
menyebabkan imunisasi. diisolasi dari
polio paralitik darah.
PENYEBAB KIPI: Komponen dan Cara
Pemberian
Komponen Vaksin:
• Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup dilemahkan, inaktif),
subunit, toxoid—membentuk imunitas
• Stabilizer: MgCl2 MgSO4—stabilisasi rantai dingin
• Adjuvan: Al--merangsang pembentukan antibodi terhadap antigen
dalam vaksin secara lebih efektif
• Antibiotik: neomycin mencegah kontaminasi bakteri pada kultur sel
• Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol
RUTE PEMBERIAN:
PENANGANAN
• Oral
• Intradermal
KIPI
VAKSIN • Subkutan
• Intramuskular
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PRODUK VAKSIN
KIPI Serius vs Berat
KIPI Serius KIPI Berat
(Serious AEFI) (Severe AEFI)
Kejadian medis yang tidak
Istilah asli dari reaksi berat
mengenakkan, pada
KIPI
dosis berapapun,
menyebabkan:
• Kematian Tidak berhubungan dengan
masalah medis jangka
• Mengancam jiwa
panjang
• Dirawat di RS
• Kecacatan serius/
Kejadiannya sendiri mungkin
permanen
hanya masalah medis minor
• Kelainan kongenital (contoh: demam, tetapi
• Membutuhkan tindakan berdasarkan keparahannya
guna mencegah cacat digolongkan menjadi BERAT
atau kerusakan
permanen
• Menimbulkan keresahan
di masyarakat
KIPI Serius (Serious Event)
Sering ≥ 10%
sekali* Sering terjadi dan umumnya dengan gejala ringan :
sebagai bagian dari respons imunitas terhadap
vaksin,
biasanya hilang sendiri,
Sering ≥ 1% and < 10% contohnya :
o demam,
o lemah badan.
BCG 90 – 95 % - -
Hib 5 – 15 % 2 – 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 % - 1–6 %
Measles ~10 % 5 – 15 % 5 % ruam
/ MMR
Polio - <1% < 1 %**
(OPV)
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP Sampai 50 % Sampai 50 Sampai 55 %
(pertusi %
s)
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Reaksi Berat
Jarang – Sangat jarang sekali
Tidak terklasifikasi
Informas
i tidak Jelaskan informasi
lengkap tambahan yang dibutuhkan
untuk klasifikasi:
Pertimbangan untuk
Penilaian Kausalitas KIPI
• Asosiasi temporal: apakah pasti kejadian ikutan didahului oleh
vaksinasi?
• Penjelasan lain: mungkinkah kejadiannya hanya kebetulan, misalnya
akibat hal lain di luar produk vaksin, kesalahan imunisasi atau
kecemasan saat diimunisasi?
• Bukti adanya hubungan: adakah bukti klinis atau laboratorium?
• Bukti sebelumnya: adakah KIPI serupa yang pernah dilaporkan
dalam studi/ literatur atau sumber lainnya?
• Population-based evidence: apakah jumlah kejadian yang terjadi
melampaui jumlah perkiraan kejadian dalam sebuah populasi? (merujuk
dari lembar informasi WHO)
• Dapat diterima secara biologis: dapat dijelaskan sesuai
perjalanan alamiah, patofisiologi penyakit tersebut, bukti laboratorium
atau pada hewan percobaan
Penanganan Awal KIPI
oleh Petugas Medis
Penanganan KIPI Ringan
yang Sering Terjadi
Syok Anafilaksis
0.01 ml/kg/dosis, IM
PELAPORAN KIPI
KIPI Seperti Apa
yang Harus Dilaporkan?
• KIPI serius
• Kejadian yang berkaitan dengan vaksin baru
• KIPI yang terjadi mungkin akibat kesalahan
prosedur
• Kejadian signifikan tanpa penyebab jelas yang
terjadi dalam 30 hari pasca vaksinasi
• Kejadian yang menyita perhatian orang tua atau
komunitas
• Bengkak, kemerahan, nyeri pada lokasi
penyuntikkan yang terjadi lebih dari 3 hari atau
bengkak menjalar sampai ke sendi terdekat
Investigasi
Laporan KIPI
• Tidak seluruh laporan KIPI dilakukan
investigasi. Laporan KIPI yang perlu
dilakukan investigasi, antara lain:
– KIPI serius (serious AEFI)
– Kumpulan KIPI ringan
– Sinyal dan kejadian yang berhubungan
dengan vaksin baru
Investigasi
Laporan KIPI
• Laporan KIPI yang perlu dilakukan
investigasi, antara lain:
– KIPI yang mungkin disebabkan oleh
immunization-error (abses bakteri, reaksi lokal
berat, demam tinggi atau sepsis, BCG
limfadenitis, toxic shock syndrome, kumpulan
KIPI)
– Kejadian signifikan tanpa sebab yang jelas,
terjadi dalam 30 hari pasca imunisasi
– Kejadian yang membuat khawatir orang tua
atau komunitas
Deteksi dan
Pelaporan KIPI
• Orang yang bisa mengenal / mendeteksi
KIPI
– orang tua, petugas kesehatan baik di fasilitas
imunisasi maupun di ruangan gawat darurat di RS
• Kejadian yang harus dideteksi
– Kejadian yang sesuai dengan definisi dan kriteria
kasus
– Kejadian yang berkaitan dengan definisi kasus
– Semua kejadian lain yang dipercaya akibat imunisasi
Pelaporan Kasus
Diduga KIPI
• Dokter praktek swasta dan Rumah Sakit :
- Harus melapor kasus diduga KIPI ke Dinas
Kesehatan dan atau Komda PP-KIPI
setempat
- Harus melengkapi formulir pelaporan
- Bila perlu bisa meminta bantuan ke
Dinas Kesehatan / Komda PP-KIPI
setempat
Isi Laporan KIPI
• Identitas
• Jenis vaksin
• Penanggung jawab
• Gejala klinis & pengobatan
• Saat imunisasi : jam, hari, tanggal.
• Saat terjadinya KIPI : jam, hari, tgl.
• Riwayat imunisasi terdahulu
• Pemeriksaan penunjang
• Prognosis
• Aspek hukum
• Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Pelaporan &
Investigasi KIPI
MOH
Komite
Peninjau
KIPI NIP NRA
Komite IP Provinsi
Provinsi
IP Layanan Kesehatan
Primer
Pelaporan
Komunitas
Investigasi
Formulir Pelaporan KIPI
Form Laporan KIPI Kolom ini hanya diisi oleh Komnas PP KIPI
FORMULIR PELAPORAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
Kode sumber data : ..........................................
(KIPI) 2005 Tgl. terima : …./…./……..
Identitas pasien Tanggal lahir : ...../...../………
Nama : ......................................... Penanggung jawab (dokter)
Nama Orang Tua : ......................................... Jenis Kelamin ..........................................................................
Alamat : .......................................................... 1. Laki-laki; 2. Perempuan Alamat (RS, Puskesmas, Klinik)
.......................................................... ............................................................................
RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Bagi Wanita Usia Subur (WUS) RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................
Kec. : .......................................................... 1. Hamil; 2. Tidak Hamil Kec. : ...........................................................
Kab/Kota : .......................................................... Kab/Kota: ...........................................................
Prop. : .......................................................... Keadaan umum : Prop. : ...........................................................
Telp. : .......................................................... ............................................. Telp. : ...........................................................
Kode Pos : Kode Pos :
Pemberi Imunisasi : Dokter / Bidan / Perawat / Jurim
Vaksin-vaksin yang diberikan dalam 4 minggu terakhir
Pemberian
No. Jenis Vaksin Pabrik No. Batch Oral / intrakutan / Lokasi Jumlah
Tanggal Jam
subkutan / i.m penyuntikan dosis
1
2
3
4
Tempat pemberian imunisasi : 1. RS; 2. RB; 3. Puskesmas; 4. Dokter Praktek; 5. Bidan Praktek; 6. BP; 7. Posyandu; 8. Sekolah;
9. Balai Imunisasi; 10. Bidan Desa (Polindes); 11. Rumah; 12. Pustu ; 13. Pos PIN
Manifestasi kejadian ikutan (keluhan, gejala klinis)
Waktu gejala timbul Lama gejala Perawatan / tindakan
Keluhan & Gejala Klinis
Tanggal Jam Mnt Mnt Jam Hari Tindakan darurat
Bengkak pada lokasi penyuntikan Rawat inap
Perdarahan pada lokasi penyuntikan Rawat jalan
Perdarahan lain ..................................................
Gatal Kondisi akhir pasien
Bengkak pada bibir / kelopak mata / kemaluan Sembuh
Bentol disertai gatal Tidak sembuh
Muntah Gejala sisa
Diare Meninggal
Pingsan (sinkop) ( tgl. ...........................)
Kejang Tidak ada keterangan
Sesak nafas
Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari
Pembesaran kelenjar aksila
Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai Diagnosis : lain ?
Kesadaran menurun
Menangis menjerit terus menerus > 3 jam
Lain-lain 1. .........................................................
2. .........................................................
Diagnosis
Ensefalitis Meningitis Neuritis brankhialis Purpura trombositopenia Limfadenitis BCG
Ensefalopati Abses Syok anafilaksis Kejang demam Hemofilia
Sindrom Guillain Barre Abses dingin Urtikaria Sepsis APCD
Hipotonik hiporesponsif Selulitis Poliomielitis paralitik BCGitis Eritema multiform
Berita KIPI diperoleh dari : (kader, keluarga, masyarakat, .............................. ) ............................................, tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan petugas
Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........
(........................................................)
KESIMPULAN
• IMUNISASI MERUPAKAN BENTUK PENCEGAHAN
PENYAKIT YANG PALING EFEKTIF
PNEUMOKOKUS
INFLUENZA
ROTAVIRUS
IPV