Professional Documents
Culture Documents
do+s
1 dx sputum
mikroskopis
bermutu
ketersediaan 2
OAT bermutu WHO 1991
4 Pengobatan
jangka pendek
diawasi PMO
5 3
directly observed
RR baku utk menilai
treatment short course
hasil & kinerja
Strategi Pengendalian TB di Indonesia
21 standards
Standard 1
Untuk Memastikan diagnosis dini TB
Pemberi Layanan kesehatan harus mengetahui
faktor risiko Tuberkulosis untuk individu dan
kelompok serta melakukan evaluasi klinis
cepat dan uji diagnostik yang tepat untuk
orang dengan gejala dan temuan yang
mendukung TB.
Faktor Risiko Penyakit TB
Standard 2
Semua pasien,termasuk anak anak, dengan
batuk selama dua minggu atau lebih yang
tidak jelas penyebabnya, atau temuan foto
toraks diduga tuberkulosis harus dievaluasi
untuk tuberkulosis.
Gejala Penyakit TB
Distribution :
Apical / posterior
segments of upper lobes
Superior segments of
lower lobes
Isolated anterior segment
involvement is unusual
Reactivation/Post-Primary TB
Patterns of disease
Air-space consolidation
Cavitation, cavitary nodule
Miliary
Fibro-nodular densities
Nodule (Tuberculoma)
Pleural effusions
Radiographic Findings
Atypical pattern:
Primary TB
Standard 3
Semua pasien termasuk anak-anak yang diduga menderita
TB paru dan dapat mengeluarkan dahak, harus menjalani
minimal 2X pemeriksaan dahak mikroskopis atau 1 dahak
untuk tes Xpert/MTB RIF di laboratorium yang kualitasnya
terjamin
Pada pasien dengan risiko resistensi obat TB, pasien dengan
risiko HIV atu pasien yang mngalami sakit berat, seharusnya
pemeriksaan Xpert/MTB RIF dilakukan sebagai pemeriksaan
awal diagnostic
Pemeriksaan serologis dari darah dan Interferon Gamma
Realese Assay /IGRA tidak digunakan untuk diagnosis TB
Aktif
Performance of Sputum Microscopy
1 85.8% 53.8%
2 11.9% 11.1%
3 2.4% 3.1%
Standard 4
Pada semua pasien, termasuk anak-anak
yang diduga menderita tuberkulosis ekstra
paru, spesimen dari bagian tubuh yang
sakit seharusnya diambil untuk
pemeriksaan mikrobiologi dan
histopatologi.
Pemeriksaan Xpert
MTB/RIFdirekomendasikan sebagai tes
awal mikrobiologi untuk diagnosis cepat
suspek meningitis tuberkulosa.
Rationale and Evidence Summary
Standard 5
Pada pasien yang diduga menderita tuberkulosis
paru dengan sediaan hapus dahak negatif, harus
dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan atau
kultur dahak.
Apabila pasien dengan sediaan hapusan dahak
negatif dan Xpert MTB/RIF negatif, sedangkan
gambaran klinis sangat mendukung
tuberkulosis, maka terapi antituberkulosis harus
di mulai setelah koleksi spesimen dahak untuk
pemeriksaan kultur dilakukan.
Rationale and Evidence Summary
Standard 6
TB Suspect
New case, No History of TB treatment, No Close contact to Patient with history TB treatment, Close contact with DR TB
DR TB Petient, Negative HIV status, or Unknown patient, HIV status positive
TB RR;
TB Pre XDR TB XDR
TB MDR
Clinical confirm TB Not TB, Search for other
causative disease
Continue DR TB
Change DR TB treatment
treatment
DS TB treatment
Additional examination for every TB patient whether bacteriological or clinical confirm are HIV test and blood sugar. Other test with
indication (e.g. liver and kidney function test)
Standards for Treatment
STANDARD UNTUK PENGOBATAN
Standard 7
Isoniazid
Rifampicin
Pyrazinamide
Ethambutol
Months 0 1 2 3 4 5 6
Assessment
Diagnostic
End of intensive phase for failure
Completion
[*Obtain if smear-positive at month 2] ISTC TB Training
Modules 2009
STANDARD UNTUK PENGOBATAN
Standard 11
Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat
pengobatan terdahulu, pajanan dengan sumber yang
mungkin resisten obat, dan prevalensi resistensi obat dalam
masyarakat seharusnya dilakukan pada semua pasien.
Uji sensitivitas obat seharusnya dilakukan pada awal
pengobatan untuk semua pasien yang sebelumnya pernah
diobati.
Pasien yang apus dahak tetap positif setelah pengobatan
tiga bulan selesai dan pasien gagal pengobatan, putus obat,
atau kasus kambuh setelah pengobatan harus selalu dinilai
terhadap resistensi obat.
STANDARD UNTUK PENGOBATAN
Lanjutan Standard 11
Untuk pasien yang mengalami resistensi obat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan Xpert MTB/RIF
sebagai uji diagnostik awal.
Jika resistensi rifampisin ditemukan Segera di
lakukan kultur dan test sensitivitas terhadap INH,
fluoroquinolon dan obat injeksi lini kedua.
Pasien diberikan KIE dan juga sebaiknya terapi
empirik dengan paduan lini kedua segera
dimulai, untuk mengurangi potensi penularan.
Program pengendalian dan pencegahan infeksi
yang standar harus di terapkan.
Kriteria Suspek TB-MDR
Z-Eto-Lfx-K-Cs/ Z-Eto-Lfx-Cs
Kanamycin Resistance:
Change to Capreomycin
Fluoroquinolone Resistance:
Add PAS
High dose Levofloxacine
Resistance to both Kanamycin and Fluoroquinolone:
Change to Capreomycin
add PAS
High dose Levofloxacine
Standard 16 (IPT)
Standard 17
Semua penyelenggara kesehatan harus melakukan
penilaian yang menyeluruh terhadap kondisi
komorbid yang dapat mempengaruhi respons atau
hasil pengobatan tuberkulosis.
Saat rencana pengobatan mulai diterapkan,
penyelenggara kesehatan harus mengidentifikasi
layanan-layanan tambahan yang dapat mendukung
hasil yang optimal bagi semua pasien dan
menambahkan layanan-layanan ini pada rencana
penatalaksanaan
STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN INFEKSI HIV
DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Lanjutan Standard 17
Standard 18
Lanjutan Standard 18
Prioritas tertinggi evaluasi kontak adalah :
Standard 19
Standard 20
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang
menangani pasien yang menderita atau diduga
menderita tuberkulosis harus mengembangkan dan
menjalankan rencana pengendalian infeksi
tuberkulosis yang memadai.
Standard 21
MENEMUKAN DAN
MENYEMBUHKAN PENDERITA TB
BUKAN SEKEDAR MENGOBATI SAJA
HASAN SADIKIN GENERAL HOSPITAL