You are on page 1of 24

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas

Program Internsip Dokter Indonesia


Periode 10 Oktober 2016 – 10 Oktober 2017

Asma Bronchiale

Disusun oleh:
dr. Siti Rohmah

Pembimbing:
Dr. Yuda Bayu
Dr. Sa’duzamman

KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANGAN
BOJONEGORO
2016-2017
Asma
• gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi
kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.
Patomekanisme Asma
HOST Environment

Alergen
genetik asma sensitisasi lingkungan kerja,
alergik (atopi) asap rokok
hipereaktiviti bronkus  polusi udara
status sosioekonomi
Diagnosis

• Bersifat episodik, seringkali Pemeriksaan fisik


• Faal Paru:
reversibel dengan atau tanpa • a. Spirometri :
pengobatan nilai rasio
• Gejala berupa batuk , sesak VEP1/ KVP <
napas, rasa berat di dada dan 75% atau VEP1
berdahak • PF: Wheezing, Otot < 80% nilai
• Gejala timbul/ memburuk bantu nafas prediksi
• Penggunaan otot bantu
terutama malam/ dini hari
nafas
• b. APE: nilai
• Diawali oleh faktor pencetus APE > 15%
• hiperinflasi
yang bersifat individu setelah inhalasi
• Faal Paru:
• Respons terhadap pemberian • a. Spirometri : nilai rasio
bronkodilator
bronkodilator VEP1/ KVP < 75% atau
(uji
• Riwayat keluarga (atopi), VEP1 < 80% nilai bronkodilator)
Alergi prediksi • Pengukuran
• b. APE: nilai APE > 15% status alergi
Anamnesa setelah inhalasi
bronkodilator (uji Penunjang
bronkodilator)
• Pengukuran status alergi
Diagnosis banding
Dewasa Anak-anak

• Penyakit Paru Obstruksi • Benda asing di saluran


Kronik napas
• Bronkitis kronik • Laringotrakeomalasia
• Gagal Jantung Kongestif
• Pembesaran kelenjar limfe
• Batuk kronik akibat lain-lain
• Tumor
• Disfungsi larings
• Stenosis trakea
• Obstruksi mekanis (misal
tumor) • Bronkiolitis
• Emboli Paru
Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis
Tujuan penatalaksanaan Asma

1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara
(airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
Medikasi Asma
• Pengontrol (Controllers)

 Kortikosteroid inhalasi
 Kortikosteroid sistemik
 Sodium kromoglikat
 Nedokromil sodium
 Metilsantin
 Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
 Agonis beta-2 kerja lama, oral
 Leukotrien modifiers
 Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
 Lain-lain
Medikasi Asma
• Pelega (Reliever)

 Agonis beta2 kerja singkat


 Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan
sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator
yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai,
penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator
lain).
 Antikolinergik
 Aminofillin
 Adrenalin
Rute pemberian medikasi
• Inhalasi
• oral
• parenteral (subkutan, intramuskular,
intravena).
Macam-macam cara pemberian obat inhalasi

• Inhalasi dosis terukur (IDT)/ metered-dose


inhaler (MDI)
• IDT dengan alat Bantu (spacer)
• Breath-actuated MDI
• Dry powder inhaler (DPI)
• Turbuhaler
• Nebuliser
Obat asma yang tersedia di Indonesia (tahun 2004)
Sediaan dan dosis obat pengontrol asma
Sediaan dan dosis obat pelega untuk mengatasi gejala
asma
PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA DI RUMAH
SAKIT
PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA DI RUMAH
TERIMAKASIH

You might also like