You are on page 1of 12

Absorption, Distribution,

Metabolism, and Excretion of the


Novel Helicase-Primase Inhibitor,
Amenamevir (ASP2151), in Rodents

Yoshiaki Ohtsu, Yoko Susaki, Kiyoshi


Noguchi
Eur J Drug Metab Pharmacokinet
• Felita Chang Boedojo 1041611059
• Khaerul Umam 1041611087
• Khalida Riyanti 1041611088
• Khusnul Hidayah 1041611093
• Mega Citra Salma A 1041611098
• Nafa Dila Indah P 1041611106
• Nita Yulia Purwati 1041611112
• Nola Ajeng Pitaloka 1041611113
Latar Belakang
Amenamevir adalah agen terapi baru yang telah digunakan
untuk pengobatan herpes zoster. Amenamevir (ASP2151)
digunakan untuk menghambat aktivitas helikase-Primase pada
dosis 0,1 l mol / L (48.3 ng / mL) atau lebih besar dan replikasi
virus herpes simpleks tipe-1 dengan konsentrasi efektif 50% dari
0.036 l mol / L (17,4 ng/ mL) secara in vitro.
Dalam model tikus yang terinfeksi virus herpes simpleks
tipe-1, 50% dosis oral efektif amenamevir dan valasiklovir secara
berturut turut sebesar 1,9 mg / kg dan 27 mg / kg dua kali sehari.
Pada jurnal ini, peneliti menggunakan amenamevir yang tidak
berlabel dan amenamevir yang berlabel (C-amenamevir)
untuk menentukan profil penyerapan (bioavailabilitas, situs
penyerapan, dan rasio penyerapan).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk meneliti profil
farmakokinetik dari amenamevir pada
hewan pengerat dan dibandingkan dengan data
dari literatur dan terapi yang digunakan pada saat
ini (asiklovir dan valasiklovir) untuk memberikan
data tambahan yang dapat memfasilitasi
penemuan obat dan penggunaan yang tepat.
Bahan :
• 14C-amenamevir
• amenamevir tidak
• Pelarut organik
• penyerap Karbondioksida (Carbo-SorbE)
• kilau koktail

Hewan :
• Mencit CD1 jantan berusia 8-9 minggu, berat 28-
36 g
• Tikus F344 dengan berat 164-195 g
Persiapan dosis :
Untuk studi in vivo dan in situ, digunakan 14C-
amenamevir yang dilarutkan dalam N,N-dimetil-
formamid, diencerkan sepuluh kali dengan 20%
(w/v) larutan (2hydroxypropyl)-β-siklodekstrin
untuk mempersiapkan formulasi dari 14C-
amenamevir (dosis oral in situ = 0,3 mg / 0,669
MBq / mL dan dosis intravena in situ= 0,6 mg /
1,338 MBq / mL).
Studi absorbsi in situ pada mencit :
Pada pengujian ini, organ yang digunakan adalah lambung dan
empedu dari 15 ekor mencit yang puasa. Lambung dibagi menjadi 5 bagian,
masing-masing bagian diikat dengan empedu pada dua sisi.
•Bagian pertama adalah gastric-loop diikat dengan empedu pada bagian cardia
dan pilorus.
•Bagian kedua adalah proximal small intestinal loop, ikatan pertama diletakkan
pada pilorus, ikatan kedua diikatkan 4 cm pada loop.
•Bagian ketiga middle small intestinal loop, ikatan pertama dan kedua
diikatkan sepanjang 4 cm pada middle small intestinal loop.
•Bagian keempat, yaitu ikatan antara empedu dengan ileocecal junction dan 4
cm loop pada distal small intestinal loop.
•Bagian terakhir adalah ikatan antara empedu dengan ileocecal junction dan
caudal region dari large intestine.
Setelah disuntikkan 14C-amenamevir dengan dosis
0,03mg/0,1mL/loop organ pencernaan yang sebelumnya diambil,
dikembalikan ke dalam rongga perut pada posisi normal. Bius dihentikan.
Kemudian 1 jam setelah pemberian, mencit kembali dibius dan organ yang
tadi, diambil dan ditimbang, kemudian dihomogenisasi dan dihitung
radioaktivitas totalnya menggunakan metode combustion.
Studi farmakokinetik menggunakan
amenamevir tidak berlabel pada mencit :
Setelah pemberian dosis tunggal
amenamevir, sampel darah diambil pada jam ke
0.1, 0.25, 0.5, 1, 2, 3, 4, 6 dan 8. Sampel darah
diambil menggunakan suntikan yang mengandung
heparin sodium. Sampel darah disentrifugasi
untuk memisahkan plasma. Konsentrasi plasma
amenamevir diukur. Setelah sentrifugasi untuk
menghilangkan zat endogen, supernatan (0,05mL)
disuntikkan ke sebuah sistem LC-MS / MS. Batas
bawah kuantisasi (LOQ) adalah 5 ng / mL.
Studi farmakokinetik menggunakan
14C-amenamevir pada mencit :
Sampel darah yang telah didinginkan dibagi
menjadi 3 alikot.
• Alikot pertama disampel dengan pembuluh kapiler
hematokrit digunakan untuk menentukan nilai
hematokrit.
• Alikot kedua digunakan untuk analisis radioaktivitas total.
• Alikot terakhir disentrifugasi untuk memisahkan plasma.
Radioaktivitas total dalam plasma dan darah diukur
dengan metode combustion. Rasio distribusi ke sel-sel
darah dihitung dari nilai hematokrit dan konsentrasi
radioaktivitas dalam darah dan plasma.
Analisis data:
• Konsentrasi radioaktivitas total dinyatakan dalam
ng eq./mL atau ng eq./g berdasarkan jumlah LSC
dan aktivitas yang spesifik dari formulasi dosis.
Parameter farmakokinetik yang digunkan adalah
Cmax dan Tmax.
• Rasio absorbsi (Fa) dihitung dengan persamaan :
Fa(%) = 100 x [(intravenous dose) x AUCinf
of radioactivity after oraladministration] /
[(oral dose) x AUCinf of radioactivity after
intravenousadministration]
Hasil
• Pemberian amenamevir tidak berlabel melalui rute oral (1, 3, dan 10
mg/kg) memberikan data absorbsi berupa Cmax :72, 265 dan 893
ng/mL. Sedangkan Tmax dicapai pada 1 jam setelah pemberian.
Untuk rute intravena dengan dosis 3 mg/kg memberikan data Cmax
dan Tmax yang tidak terdefinisi.
• Untuk pemberian 3 mg/kg 14C-amenamevir secara oral menghasilkan
Cmax 429 ng.eq/mL dalam plasma dan 363 ng.eq/mL dalam
darah. Sedangkan pada rute intravena Cmax dan Tmax tidak
terdefinisikan karena tidak adanya fase absorpsi.
• Data di atas menunjukkan bahwa amenamevir mengalami fase
absorpsi dengan kecepatan yang sangat tinggi pada rute oral.
Bioavailabilitas dari amenamevir tidak berlabel melalui rute oral
adalah 40%. Sedangkan Bioavailabilitas dari 14C-amenamevir
dalam darah dan plasma berurutan adalah 38,8% dan 40,1%.
• Nilai bioavailabilitas dari 2 objek penelitian menunjukkan hasil lebih
besar 14C-amenamevir dibanding amenamevir tanpa label. Hal
ini dikarenakan permeabilitas dari membran target yang tinggi serta
peningkatan kelarutan 14C-amenamevir dalam rute pencernaan.
Kesimpulan
Bioavailabilitas oral amenamevir pada tikus
adalah 40%. Amenamevir terutama diserap dari
small intestine dan komponen turunan dari 14C-
amenamevirdi distribusikan ke organ target (kulit
dan otak).
Mekanisme yang mendasari peningkatan
profil farmakokinetik dari amenamevir yakni tidak
diperlukannya prodrug untuk meningkatkan
bioavailabilitas atau waktu paruh eliminasi yang
lama.

You might also like