You are on page 1of 85

Penatalaksanaan Trauma

Dental
Bervariasi tergantung dari :
1. Fasilitas yang tersedia
2. Kemampuan operator
3. Tingkat kooperatif pasien
4. Bentuk anatomis gigi
5. Umur pasien
 Enamel in fraction
 Enamel fracture
 Enamel dentin fractur
 enamel dentin fractur invalving the pulpa
Perawatnnya :
Pendekatan konservatif
 Frekuensi gigi permanen 27%-76% dari dental
trauma
 Etiology : direct impact on the crown
 Pemeriksaan klinis :
◦ -. Perluasan fraktur
◦ -. Pembukaan pulpa
◦ -. Dislokasi gigi
◦ -. Reaksi test sensibilitas
◦ Pemeriksaan radiografis :
 -. Ukuran rongga pulpa
 -. Pertumbuhan akar gigi
 -. Kondisi sekitar gigi yang trauma
Diagnosis Treatment Prognosis
1. Enamel infraction a. Kontrol sensibilitas > Pulp necrosis (0 – 3,5%)
6 bulan
b. Sealling with resin

2. Enamel fracture a. Corrective grinding Pulp necrosis (0 – 1,0%)


b. Restorasi komposit
c. Kontrol RO dan
sensibilitas

3. Enamel-denti fracture a. Melekatkan fragmen Pulp necrosis (0 – 6%)


mahkota
b. Restorasi dengan
vineer
c. Restorasi dgn
komposit
d. Restorasi dengan
jacket crown
4. Enamel-dentin a. Pulp capping Dubia ad bonam
fracture woth pulp b. Pulpotomy
exposure c. Pulpectomy
 Etiologi : anterior, karena direct trauma
posterior karena indirect trauma

Perawatannya :
a. Emergency : stabilisasi fragmen dengan
LC atau wiring sampai dilakuakan perawa
tan definitif dalam 3 minggu
Definitive treatment Indikation Prosedur
1. Extraction a. Fragmen crown a. Anastesi
sampai 1/3 akar b. Ekstraksi
b. Fracture pada sumbu
panjang akar
2. Evakuasi fragmen a. Fracture super ficial a. Anastaesi
crown dan restora di tanpa melibatkan pulpa b. Pengambilan fragmen
supra gingiva crown
c. Restorasi Supra-
gingiva dgn komposit

3. Evakuasi fragmen a. Bila fragmen koronal a. Anastesi


crown dan pembukaan melibatkan 1/3 akar b. Pengambilan fragmen
permukaan fraktur atau kurang c. Pulpektomi dan PSA
d. Gingivektomi sekitar
permukaan fraktur
e. restorasi
4. Ekstrusi dari fragmen a. Bila fragmen koronal a. Lokal anastesi
apikal < ½ akar gigi b. PSA & filling)
c. Akar ditarik 1 mm
kearah korornal dan
fiksasi dgn Lc
d. Restorasi > 1 bulan
Beberapa variasi penyembuhan fractur akar :
 Penyembuhan dengan jaringan terkalsifikasi
 Interposisi dengan PDL
PDL

Calcified tisue
 Interposisi dengan tulang dan PDL
 Tidak sembuh dengan Interposisi jaringan
granulasi
1. Anastesi
2. Reposisi fragmen korornal
3. Cek posisi koronal dengan RO foto
4. Immobilisasi dgn semi-rigid –splint
(komposit & wire)
5. Kontrol sensibilitas
6. Splin untuk 4 minggu
7. Kontrol setelah 1 tahun
 1. Pulp necrosis : 20 – 40 % ( tgt umur)
 2. Pulp canal obliteration : 69 – 73 %.
 3. Root resorption : 60 %.
a. Surface resorption (internal or external)
b. External inflamatory resorption
c. Dental ankylosis.
Meliputi :
1. Concussion.
2. Subluxation
3. Extrusive luxation
4. Lateral luxation
5. Intrusive luxation.
 PERAWATAN PADA CEDERA LUKSASI
DITUJUKAN :
1. Memfasilitasi penyembuhan jaringan
pulpa.
2. Memfasilitasi penyembuhan jaringan
periodontal.
3. Eliminasi gangguan oklusi.
4. Mendukung terciptanya Estetika.
Symptom Concussion Subluxati Extrusion Intrusion Lateral
on lux
1.Abnormal - + + -+ -+
Mobility.

2.Percussion pain + -+ -+ - -
3.Percussion normal dull dull metallic metallic
sound
4.Sensibilitay -+ -+ - - _
testing
5.Radiographi c - -+ + + +
dislocation
Type of luxation No. of Teeth Pulp necrosis

1. Concussion 178 5 (3%)

2. Subluxation 223 14 (6%)

3. Extrusive 53 14 (26%)

4. Lateral luxation 122 71 (58%)

5. Intrusive 61 54 (88,5%)
Type of luxation Presedures Prognosis
1’ Concussion a. Observasi Pulp necrosis sangat
b. Medikasi sedikit ( 3%).
c. Monitor pulp
sensibility.
2. Subluxation a. Anestesi Pulp necrosis 6%.
b. Fiksasi/splinting 2
mg
c. PSA bila nekosis.
3. Extrusive a. Anestesi Pulp necrosis 26 %
b. Reposisi
c. Splinting 3 minggu
d. PSA bila necrosis
4. Lateral Luxation a. Anestesi. Pulp necrosis 58%
b. Reposisi
c. Splinting 3 mg. Bila
tulang #, 6 mg.
d. Monitor radiografis
e. PSA bila necrosis
5.Intrusive Sama dg diatas Pulp necrosis 85%
Kasus 1 (tanpa
PSA)
 Yaitu lepasnya gigi secara keseluruhan dari
soketnya
 Perawatan:
Dirawat dengan replantasi gigi, dengan dan
tanpa perawatan endodontik
Kasus avulsi gigi merupakan salah satu kasus
kegawatdaruratan “surgical” yang memerlukan
tindakan segera.

Sehingga replantasi merupakan tindakan yang perlu


segera untuk dilakukan, karena :
- Membahayakan kehidupan dengan
perdarahannya.
- Membuat cacat
- Menimbulkan rasa sakit.
- Sebagai “port d’entere” timbulnya
infeksi.
Dalam hal replantasi ini, dikalangan para
ahli terdapat 2 aliran yaitu :

1. Kelompok yang penuh hati-hati. Kelompok ini


sangat selektif dalam melakukan prosedur
replantasi, dengan persyaratan-persyaratan yang
cukup ketat.

2. Kelompok yang berani mengambil resiko


kegagalan. Walaupun masih dengan syarat
yang sama, tetapi menerapkan dengan
toleransi yang tinggi, berdasarkan pengalaman
empirik dan umur pasien.
1. Dengan menggunakan saliva pasien, ditaruh
didalam mulut atau mangkok kecil atau
tempat tertentu.
2. Dengan Teeth Saver ‘Neo,
3. Dengan ditaruh dalam susu UHT
4. Dalam putih telur.
5. Dalam normal salin (NaCl 0,9%)
6. Dalam aquadest.
7. Dalam air kran
1. Gigi yg lepas tidak karena adanya penyakit
periodontal lanjut.
2. Socket Alveoler masih intact, sekurang-
2nya dalam 3 sisi.
3. Periode extra-alveolar tidak melebihi 60
menit dalam keadaan kering.
4. Stage dari pertumbuhan akar gigi
(terbuka/tertutup)
PROSEDUR
1. Pada gigi permanent yang akarnya belum tumbuh
sempurna, dan diluar mulut < 60 menit (kering):
- Bersihkan daerah luka dengan antiseptik
- Gigi direndam dalam larutan garam fisiologis.
- Lakukan injeksi infiltrasi.
- Bersihkan soket gigi dengan lembut, dan Irigasi
dengan anti septik non-kaustik dan dibilas salin
- Masukkan kembali gigi kedalam soket
seperti semula.
- Splinting
2. Pada gigi permanent yang
akarnya sudah sempurna, perlu
dilakukan parawatan endodontik
lebih dahulu, bila waktu diluar
mulut telah melebihi 60 menit
(kering).
KRITERIA PEMILIHAN
SPLINTING
1. Pemasangan dan pelepasan mudah
dan cepat
2. Splinting tidak boleh terlalu kaku tetapi
tetap stabil.
3. Splint terletak disupragingival, agar
mudah dibersihkan.
4. Mudah dicapai bila memerlukan
perawatan endodontik
5. Splint harus segera dilepas bila gigi
cukup stabil dan soketnya
6. Tidak boleh ada trauma oklusi
MACAM-MACAM SPLINT
• 1. Composit resin splints
•2 Nylon line splints, dengan dibantu
bonded composit resin
• 3. Komposit splint dengan kerangka
• wire, 0,4 mm (soft / hard)
• 4. Suture splints, dengan benang silk
• 5. Wire splints, model angka 8, atau
Essig method, Stout
• 6. Acrylic aplints
 Interdental wiring fixation,  fiksasi pengikatan
kawat interdental. metode Essig, Eyelet (Ivy).
 Arch bar wiring,  pengikatan kawat dengan
arch bar. Jenisnya antara lain erich bar dan
jelenko bar
 Resin komposit splin
 Alat Orthodontik bracket,  kasus ekstrusi dan
avulsi.
 Metal cast splintsplin dengan menggunakan
logam cor.
 Sectional acrylic splint splin dengan
menggunakan bahan dari akrilik.
 Titanium trauma Splint
Eyelet/ Ivy loop
Essig
Risdon horizontal
Stout continous loop
Erich Arch Bar
Fiksasi menggunakan Erich arch bar ini lebih cepat dan sering digunakan. Pada
gigi posterior menggunakan kawat 0,5 supaya rigid dan untuk gigi anterior
menggunakan kawat 0,4
Jelenko Arch Bar
Jelenko arch bar ini mirip dengan erich arch bar.Perbedaaannya terletak di
kaitan tempat untuk ikatan MMF nya lebih panjang dari erich arch bar. Jenis ini
jarang digunakan.
 suatu cara menilai kesadaran seseorang
dengan beberapa indicator.
 Kesadaran merupakan suatu tingkat sadar
diri seseorang terhadap lingkungannya dan
kesan yang ditimbulkan terhadap rangsangan
tertentu.
 Perubahan kesadaran bisa terjadi dari
berbagai macam metabolic, keracunan, atau
adanya sesuatu di otak.
 Delirium/konfusi merupakan penurunan
tingkat kesadaran yang ringan. Pasien
bingung, disorientasi, mispersepsi darai
rangsangan, dan tidak bisa berpikir atau
mengikuti arahan
 Stupor merupakan tahap tidak adanya respon
dari pasien pada berbagai macam stimuli.
Pasien kelihatannya seperti sadar, tetapi lupa
terhadap perintah verbal.
 Koma mengarah kepada kehilangan
kesadaran sepenuhnya.
JENIS PEMERIKSAAN NILAI
Respon buka mata (E):

Spontan 4

Terhadap suara 3

Terhadap nyeri 2

Tidak ada respon 1


Respon motorik (m) :

Mengikuti perintah 6

Melokalisir nyeri 5

Menarik anggota yang dirangsang (fleksi normal) 4

Fleksi abnormal (dekortikasi) 3

Ekstensi abnormal (deserebrasi) 2

Tidak ada respon (flasid) 1

Respon verbal (V) :

Berorientasi baik 5

Berbicara mengacau 4

Kata-kata tidak teratur 3

Hanya suara erangan 2

Tidak ada suara 1


BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1. Komosio serebri : tidak ada jaringan otak yang rusak tp hanya
kehilangan fungsi otak sesaat (pingsan < 10 mnt) atau amnesia pasca
cedera kepala.
2. Kontusio serebri : kerusakan jar. Otak + pingsan > 10 mnt atau
terdapat lesi neurologik yg jelas.
3. Laserasi serebri : kerusakan otak yg luas + robekan duramater +
fraktur tl. Tengkorak terbuka.

BERDASARKAN GCS:
1. GCS 13-15 : Cedera kepala ringan  CT scan dilakukan bl ada
lucid interval/ riw. kesdran menurun.  evaluasi kesadaran, pupil,
gejala fokal serebral + tanda-tanda vital.
2. GCS 9-12 : Cedera kepala sedang  prks dan atasi gangg. Nafas,
pernafasan dan sirkulasi, pem. Ksdran, pupil, td. Fokal serebral,
leher, cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.
3. GCS 3-8 : Cedera kepala berat : Cedera multipel. + perdarahan
intrakranial dg GCS ringan /sedang.
1. Teruskan Obat (antibiotik,
antiinflamasi/analgetik)
2. Kontrol pendarahan, rasa sakit dan
iritasi “splint” & oklusi (tidak
boleh trauma oklusi)
3. Sikat gigi lunak dan obat kumur
4. Splint dibuka 6 minggu
5. Kontrol rontgent photo
Anderson, 6 minggu ( binatang )

 Mobilitas gigi
 Pembentukan Pocket
 Inflamasi gingival
 Resorpsi radix
 Gigi cekat dan berfungsi
 Gingiva normal
 Periapikal normal

Ragu- ragu :
 Klinis membaik, tetapi radiografis
ada kelainan periapikal
 Gigi tetap cekat
 Fungsi normal dan tidak sakit
 Mobilitas normal
 Radiografis normal
 Lamina dura normal
 Sulcus, bentuk dan warna gingiva
normal
1. EAT ( Extra Alveolair Time ).
2. Lingkungan gigi diluar mulut.
3. Pemeliharaan permukaan radix.
4. Perawatan saluran akar
5. Immobilisasi
1. Ankylosis.
2. Resorpsi eksternal.
3. Pembentukan “ pocket periodontal “
4. Kelainan peripikal, post – operative
KASUS 1 (tanpa PSA)
Jar Keras Reposisi

Mobilisasi
Immobilisasi
Jar Lunak
debridement

Rekonstruksi/
Hechting

You might also like