You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN SCABIES

Kelompok 2
A. Pengertian
* Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh investasi
dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes
scabiei var. Humini.s. Scabies merupakan
penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda ,
kelas Arachnida, ordoAckarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S.
scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei
var suis, pada kambing oleh S. scabiei var
caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var
ovis. (Adhi Djuanda. 2007) .
*
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100
tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang
dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Acarina, super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010).
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau
kuman Sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes
scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida,
ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes.Pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan
babi.
C. Pengklasifikasian Skabies
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang
ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat
menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk
tersebut antara lain (Sungkar, S, 2005) :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
2. Skabies incognito.
3. Skabies nodular.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
5. Skabies Norwegia.
6. Skabies pada bayi dan anak.
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
D. Epidemiologi
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit
ini antara lain sosial ekonomi yang rendah,
higiene yang buruk, hubungan seksual dan
sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan),
kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi
serta ekologi (Djuanda, 2010).
E. Cara Penularan (Transmisi)
a. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit).
b. Kontak tak langsung (melalui benda)
F. Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardial berikut ini :
 Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas.
 Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,
misalnya mengenai seluruh anggota keluarga.
 Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu,
ekskoriosi).
 Menemukan tungau merupakan hal yang paling
diagnostk. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup tungau ini.
G. Patofisiologi Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau
skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal
yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan
ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-
lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder (Djuanda, 2010).
Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada
pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi
terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan
urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih
luas dari lokasi tungau.
H. Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau :
Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung
dapat terlihat papul atau vesiel. Congkel dengan jarum
dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca
penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung
diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca
pembesar.
Dengan membuat biopsi irisan, caranya ; jepit lesi
dengan 2 jari kemudian buat irisa tipis dengan pisau
dan periksa dengan miroskop cahaya.
Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan
pewarnaan HE.
I. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium
tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan harganya murah.
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi
menjadi 2 bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi
secara teratur setiap hari. Beberapa syarat pengobatan yang
harus diperhatikan :
 Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
 Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
 Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah
sinar matahari selama beberapa jam.
b. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti
skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
 Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau
krim.
 Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium.
 Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau
losio.
 Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan
uretra.
 Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman
arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
 Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin)
akibat garukan.
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
Identitas pasien
Identitas orang tua
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan
merasakan gatal terutama pada malam hari.
 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi
edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
 Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi.
 Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang
klien alami yaitu kurap, kudis.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak
terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit : Aktivitas 0 1 2 3 4
1) Makan
2) Mandi
3) Berpakaian
4) Eliminasi
5) Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat
pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari,dengan konsitensi lembek,wrna kuning bau khas dan
BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan
penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua.
h. Pola konsep diri
i. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
j. Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal,
dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
B. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologi.
2.Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa
gatal yang hebat khususnya pada malam hari.
3.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan.
4.Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
5.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
edema.
6.Resiko infeksi dengan factor risiko:
• Jaringan kulit rusak
• Prosedur infasif
C. Rencana Intervensi
Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan nyeri klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
• Nyeri terkontrol
• Gatal mulai hilang
• Puss hilang
• kulit tidak memerah
Intervensi:
1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi.
2. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan
lingkungan yang kurang menyenangkan.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic.
4. Kolaborasi pemberian antibiotika.
Dx 2: Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
yang hebat khususnya pada malam hari.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan tidur klien tidak terganggu kriteria hasil :
• Mata klien tidak bengkak lagi.
• Klien tidak sering terbangun di malam hari.
• Klien tidak pucat.
Intervensi:
1. Kaji tidur klien
2. Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur
klien)
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetic.
4. Catat banyaknya klien terbangun dimalam hari.
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan.
6. Berikan minum hangat (susu) jika perlu.
7. Berikan musik klasik sebagai pengantar tidur
Dx 3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan klien tidak mengalami gangguan dalam cara
penerapan citra diri kriteria hasil :
• Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang di
alaminya.
• Mengakui dan memantapkan kembali system dukungan
yang ada.
Intervensi:
1. Dorong individu untuk mengekspresian perasaan
khususnya mengenai pikiran, pandangan dirinya.
2. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah
penanganan , perkembangan kesehatan.
Dx 4 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan klien tidak cemas lagi kriteria hasil :
• Klien tidak resah
• Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
• Klien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala
cemas
Intervensi:
1. Identifiasi kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang menyenangkan.
3. Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi
takut.
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan
prognosis.
6. Berikan obat untuk mengurangi kecamasan.
Dx 5 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan lapisan kulit klien terlihat normal kriteria hasil
:
• Integritas kulit yang baik dapat dipetahankan (sensasi,
elastisitas,temperatur).
• Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
• Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembapan kulit serta perawatan alami.
• Perfusi jaringan baik .
Intervensi:
1. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar.
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
4. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun
Dx 6 : Resiko infeksi dengan factor risiko:
a. Jaringan kulit rusak
b. Prosedur infasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
klien tidak terjadi resiko infeksi kriteria hasil :
• Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
• Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
• Menunjukkan perilaku hidup sehat.
• Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya.
Intervensi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi.
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
3. Batasi pengunjung bila perlu.
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah meninggalkan pasien.
5. Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat.
6. Berikan perawatan kulit pada area epidema.
7. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas.
8. Inspeksi kondisi luka
9. Berikan terapi anibiotik bila perlu.
10.Ajarkan cara menghindari infeksi.
*Terima kasih 

You might also like