You are on page 1of 44

Ns. Menik Kustriyani, M.

Kep
Luka Bakar (Combustio) :
kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

Combustio (Luka bakar) adalah injury pada


jaringan yang disebabkan oleh suhu panas
(thermal), kimia, elektrik dan radiasi (Suriadi,
2010).
1. FASE AKUT
fase awal/ fase syok,
fase ini penderita akan mengalami
ancaman gangguan AIRWAY,
BREATHING, CIRCULATION .
s.d 48-72 jam pasca trauma
Cedera inhalasi penyebab kematian
utama penderita pd fase akut
Pd fase akut tjd gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yg berdampak sistemik
2. Fase Sub Akut
• tjd setelah FASE SYOK teratasi.
• masalah yg tjd adl kerusakan /kehilangan
jaringan akibat kontak dg sumber panas.
• Proses inflamasi dan infeksi
• Keadaan hipermetabolisme
• Berlangsung hingga tjd maturasi parut
akibat luka
• Pemulihan fungsi organ
• Kulit berupa parut yg hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas
dan kontraktur
Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh
diukur dengan prosentase. Pengukuran ini
disebut rule of nines dan pada bayi dan
anak anak dilakukan beberapa modifikasi.

Rule of nines membagi tubuh manusia


dewasa dalam beberapa bagian dan setiap
bagian dihitung 9%.
Hanya luka bakar derajat dua dan
tigalah yang dihitung menggunakan rule
of nine,
sementara luka bakar derajat satu tidak
dimasukan krn permukaan kulit relatif
bagus sehingga fungsi kulit sebagai
regulasi cairan dan suhu masih baik.
• Jika luas luka bakar lebih dari 15 – 20%
maka tubuh telah mengalami kehilangan
cairan yang cukup signifikan.
• Jika cairan yang hilang tidak segera
diganti maka pasien dapat jatuh ke
kondisi syok atau renjatan.
• Perhitungan penggantian cairan per infus
adalah sebagai berikut.
• 4cc/KgBB/% luka bakar =
• kebutuhan cairan permulaan dalam 24
jam yang setengahnya diberikan pada 8
jam pertama.
• Semakin luas atau besar prosentase luka
bakar maka resiko kematian juga
semakin besar.
• Pasien dengan luka bakar dibawah 20%
biasanya akan sembuh dengan baik,
• sebaliknya mereka yang mengalami luka
bakar lebih dari 50% akan menghadapi
resiko kematian yang tinggi.
1. Panas (misal api, air panas, uap panas)
2. Radias
3. Listrik
4. Petir
5. Bahan kimia (sifat asam dan basa kuat)
6. Ledakan kompor, udara panas
7. Ledakan ban, bom
8. Sinar matahari
9. Suhu yang sangat rendah (frost bite)
1. Lihat derajat luka bakar
2. Status pernapasan; tachycardia, nafas
dengan menggunakan otot asesoris, cuping
hidung dan stridor
3. Bila syok; tachycardia, tachypnea, tekanan
nadi lemah, hipotensi, menurunnya
pengeluaran urine atau anuri
4. Perubahan suhu tubuh dari demam ke
hipotermi.
Kedalaman Luka Bakar

Menurut Brunner & Suddarth (2002),


luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya
jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar
superficial partial-thickness, deep partial-thickness,
dan full-thickness.
Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar
derajat -satu, -dua dan -tiga.
Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga
bagian :
a. derajat I (superficial) :
hanya mengenai epidermis dengan ditandai
eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh,
dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan
terbakar mata hari ringan. Tampak 24 jam
setelah terpapar dan fase penyembuhan
3-5 hari.
b. Derajat II (partial) adalah mengenai
dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh
atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri
yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis.
Fase penyembuhan tanpa infeksi 7-21 hari.
c. Derajat III atau ketebalan penuh yaitu
mengenai seluruh lapisan epidermis dan
dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel
epidermis untuk mengisi kembali daerah
yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya
dapat hitam, coklat dan putih, mengenai
jaringan termasuk (fascia, otot, tendon
dan tulang).
2. Luas Permukaan Tubuh Yang Terbakar
• Brunner & Suddarth (2010) mengestimasi
luas permukaan tubuh yang terbakar
disederhanakan dengan menggunakan
Rumus Sembilan (Rule of Nine). Rumus
Sembilan merupakan cara yang cepat untuk
menghitung luas daerah yang terbakar.
Sistem tersebut menggunakan persentase
dalam kelipatan Sembilan terhadap
permukaan tubuh yang luas.
• American Burn Association menggolongkan luka
bakar menjadi tiga kategori, yaitu :
• Luka bakar mayor
1. Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada
orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-
anak. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
2. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata,
telinga, kaki dan perineum.
3. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri
tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya
luka.
4. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
• Luka bakar moderat
a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada
orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
b. Luka bakar fullthickness kurang dari
10%.
c. Tidak terdapat luka bakar pada tangan,
muka, mata, telinga, kaki dan perineum.
• Luka bakar minor
Luka bakar minor saperti yang didefinisikan
oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah
:
1. Luka bakar dengan luas kurang dari 15%
pada orang dewasa dan kurang dari 10%
pada anak-anak.
2. Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
3. Tidak terdapat luka bakar pada wajah,
tangan dan kaki.
4. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik
dan fraktur.
Berat ringannya luka bakar tergantung
pada faktor, agent, lamanya terpapar,
area yang terkena, kedalamannya,
bersamaan dengan trauma, usia dan
kondisi penyakit sebelumnya. Corwin,
Elizabeth J (2009)
Bahan kimia Termis Radiasi Listrik

• MK : g3 konsep diri
• Kurang pengetahuan
LUKA BAKAR Psikologis • Anxietass

• MK : resiko infeksi
Biologis Kerusakan
• Kerusakan integritas kulit
kulit
Wajah • Hambatan mobilitas fisik
Diruang
trtutup Penguapan
Kerusakan
• MK : kekurangan volume
mukosa Keracunan gas Pembuluh cairan
CO2 darah • Gang. Perfusi jaringan
Udema laring CO mengikat
HB Ekstravasasi
cairan g. Perfusi
Obstruksi jln HB tdk mampu
nafas Tekanan organ penting
mengikat O2 Gang. sirkulasi
onkotik
Multi sistem
Gagal nafas Hipoxsia otak Tekanan cairan organ failure
intravaskuler Hipovolemia
MK : ketdk terganggu
• Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari
lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler
secara massive dan berpengaruh pada
sistem kardiovaskular karena hilangnya
atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan
cairan akan lolos atau hilang
dari compartment intravaskuler kedalam
jaringan interstisial.
. Darah dan cairan akan hilang melalui
evaporasi sehingga terjadi kekurangan
cairan.
1. Kompensasi terhadap syok dengan
kehilangan cairan maka tubuh mengadakan
respon dengan menurunkan sirkulasi
sistem gastrointestinal sehingga terjadi
ilius paralitik, tachycardia dan
tachypnea merupakan kompensasi untuk
menurunkan volume vaskuler dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap
injury jaringan dan perubahan sistem.
Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal,
dan terjadi vasokontriksi yang akan
berakibat pada depresi filtrasi glomerulus
dan oliguri.
Respon luka bakar akan meningkatkan
aliran darah ke organ vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan
organ yang tidak vital.
2. Respon metabolik pada luka bakar
adalah hipermetabolisme yang merupakan
hasil dari peningkatan sejumlah energi,
peningkatan katekolamin; dimana terjadi
peningkatan temperatur dan metabolisme,
hiperglikemi karena meningkatnya
pengeluaran glukosa untuk kebutuhan
metabolik yang kemudian terjadi penipisan
glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh
karena status hipermetabolisme dan injury
jaringan.
3. Pertumbuhan dapat terhambat oleh
depresi hormon pertumbuhan karena
terfokus pada penyembuhan jaringan
yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya
peningkatan permeabilitas kapiler dan
pada saat yang sama terjadi vasodilatasi
yang menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler.
4. Terjadi pertukaran elektrolit yang
abnormal antara sel dan cairan
interstisial dimana secara khusus
natrium masuk kedalam sel dan kalium
keluar dari dalam sel. Dengan demikian
mengakibatkan kekurangan sodium
dalam intravaskuler.
1. Pantau patensi jalan napas pasien; evaluasi nadi
apical, karotis dan femoral.
2. Mulai lakukan pemantauan jantung.
3. Periksa tanda-tanda vital dengan teratur
menggunakan alat ultrasonografi jika diperlukan.
4. Periksa nadi perifer pada ekstremitas yang
mengalami luka bakar setiap jam.
5. Pasang kateter IV dengan diameter besar dan
kateter urine indwelling.
1. Pantau masukan cairan dan haluaran serta ukur setiap satu
jam.
2. Perhatikan adanya peningkatan serak suara, stridor,
frekuensi dan kedalaman pernapasan, atau perubahan
mental akibat hipoksia
3. Kaji suhu tubuh, berat badan, riwayat berat badan sebelum
luka bakar dan alergi.
4. Kaji status neurologis: kesadaran; status psikologis, nyeri
dan tingkat ansietas serta perilaku.
5. Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang cedera dan
pengobatan.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap
sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih
dahulu.
• Airway
• Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma
inhalasi, maka segera pasang Endotracheal
Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma
inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam
api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam
• Breathing
• Eschar yang melingkari dada dapat
menghambat pergerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi.
Periksa juga apakah ada trauma-trauma
lain yang dapat menghambat pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax,
dan fraktur costae.
• Circulation
• Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan
sehingga menimbulkan edema, pada luka bakar
yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan
pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan
Formula Baxter.
• Formula Baxter
• a) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka
bakar
• b) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam
pertama, sisanya dalam 16 jam berikutnya.
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Sumber kecelakaan
b) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c) Gambaran yang mendalam bagaimana luka
bakar terjadi
d) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol,
obat-obatan
e) Keadaan fisik disekitar luka bakar
f) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk
rumah sakit
g) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka
bakar
3. Riwayat kesehatan dahulu
• Penting untuk menentukan apakah pasien
,mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan utuk memenuhi
keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti
DM, gagal jantung, sirosis hepatis,
gangguan pernafasan).
1. 00030 : gangguan pertukaran gas; kelebihan atau
defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolar –kapiler.
Batasan Karakteristik :
Dipsnea
Gelisah
Hipoksia
Penurunan co2
Ph arteri abnormal
Pola pernafasan abnormal
Sianosis
Warna kulit abnormal
Faktor yg berhubungan :
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Perubahan membran kapiler
2. Nyeri Akut – 00132
Batasan Karakteristik :
Bukti nyeri, dg standar daftar periksa nyeri (exp:
neonatal infant scale, pain assessment)
Diaforesis
Ekspresi wajah nyeri
Pqrst

Faktor yang berhubungan dengan :


Agens cedera kimiawi (cth: luka bakar)
Agens cidera fisik (luka bakar)
3. Resiko Ketidakseimbangan Volume
Cairan – 00025
Batasan Karakteristik :
Kerentanan thd penurunan, peningkatan,
atau pergeseran cepat cairan
intravaskuler, intertisial, dan/atau
intraseluler lain, yg dpt mengganggu
kesehatan.
Faktor resiko : luka bakar
4. Risiko kekurangan volume cairan -00028
Kerentanan mengalami penurunan volume
cairan intravaskuler, interstisial dan/atau
intraseluler yang dpt mengganggu
kesehatan
Faktor risiko :
Gangguan mekanisme regulasi
Kehilangan cairan melalui rute normal
Kehilangan volume cairan aktif
5. Resiko Infeksi - 00004
b.d pertahanan primer tidak adekuat ;
gangguan integritas kulit ; jaringan
traumatic

You might also like