You are on page 1of 94

GANGGUAN ERUPSI GIGI

Danawan Rahmanto
Olivia Geraldine Roxanne
Aidilla Mayuda
Annisa Nur Arifin
Tria Emerlin

Pembimbing : drg. Isniya Nosartika, MD.Sc


Definisi
Proses erupsi gigi
• Proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi
yang dimulai dari tempat pembentukkan gigi
di dalam tulang alveolar kemudian gigi
menembus gingiva sampai akhirnya mencapai
dataran oklusal.
• Manusia memiliki dua set gigi.
• 20 gigi desidui saat anak anak, digantikan oleh
32 gigi permanen (20 gigi succedaneous +12
gigi accessional)
Odontogenesis
• Gigi secara embriologi berasal dari dua
jaringan :
– ektoderm : membentuk enamel
– mesoderm : membentuk dentin, sementum,
dan pulpa
• Jaringan odontogenik mulai terlihat pada
umur kehamilan 28 hari
• Gigi desidui berkembang pada minggu ke-6
dan minggu ke-8 dan gigi permanen
berkembang pada minggu ke-20.
Perkembangan Gigi

Erupsi
Oklusal
Pra Erupsi =Pra Oklusal
=Fungsional
=Pra Fungsional
Pra-Erupsi
Pra Erupsi terdiri atas :
a. Inisiasi (Bud Stage)
b. Proliferasi (Cap Stage)
c. Histodiferensiasi (Bell Stage)
d. Morfodiferensiasi
e. Aposisi
f. Kalsifikasi
Tahap Erupsi
• ‘erumpere’ = menetaskan
• Erupsi gigi terjadi setelah formasi dan
mineralisasi mahkota terbentuk sempurna
tetapi sebelum akar terbentuk sempurna
• • Mahkota dan bagian akar dibentuk sebelum
gigi tersebut erupsi, mahkota dibentuk
terlebih dahulu, kemudian baru
pembentukkan akar.
Erupsi Gigi
• Selama bulan ke-3 kehidupan IntraUterine, lamina gigi
memberikan serangkaian tunas gigi pada sisi lingual
(medial) dari perkembangan gigi sulung yang menghasilkan
gigi permanen, gigi taring dan premolar.
• Tunas dorman sampai sekitar 6th postnatal
• Pertumbuhan tunas gigi permanen mendorong gigi sulung
dari bawah.
• Karena gigi permanen tumbuh, akar gigi sulung atasnya
diserap oleh osteoklas.
• Geraham permanen tidak berkembang dari tunas gigi yang
muncul dari lamina gigi membentuk gigi sulung; melainkan
terbentuk dari tunas gigi yang muncul langsung dari lamina
posterior gigi ke daerah yang kehilangan gigi susu.
Posisi relatif gigi incisivus
Posisi relatif gigi molar
Fase Erupsi
• Dimulai dengan pembentukan akar gigi dan
diakhiri dengan gigi mencapai permukaan
oklusal
Tahapan Erupsi Gigi
• 4 peristiwa utama pada
fase ini
– Root formation
– Movement
– Penetration
– Intraoral occlusal
Histologi fase erupsi
Pembentukan akar

Reduksi epitelium
Mahkota gigi mencapai mukosa
oral

Fusi epitel
Tahap Fungsional/Tahap Oklusal
• Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan
berakhir ketika gigi telah tanggal (berlangsung
bertahun-tahun).
• Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal,
mesial, dan proksimal.
Waktu erupsi
Anomali Jumlah Gigi
Anodontia
• Tidak terdapat gigi.
• Ada 3 tipe:
1. true : -total
- Parsial
(hypodontia, oligodontia)
2. False (extraction)
3.Pseudo (unerupted)
Compelte Anodontia /total

• When all teeth are


missing
• Rare
• Sering berhubungan
dengan sindrom
“hereditary ectodermal
dysplasia”
Hypodontia

• Kekurangan satu ata


lebih dari
pertumbuhan gigi
Oligodontia

• Kekurangan 6
atau lebih
pertumbuhan
gigi
Pseudoanodontia

• Ketika gigi hilang karena impaksi atau delayed


erupsi.
False Anodontia

• Ketika gigi telah ektraksi atau eksfoliasi


Supernumerary Teeth/Hiperdonsia

• Adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi


jumlah gigi normal (normal gigi susu= 20,
normal gigi permanen =32)
• Akibatnya  malposisi, gigi disebelahnya
tidak bisa erupsi, impaksi, resorbsi akar dan
hilangnya vitalitas
• Banyak terdapat pada maxila
• Lebih sering terjadi pada gigi permanen
Mesiodens
• Jenis terbanyak
• Lokasi di dekat garis
median diantara kedua
gigi insisivus, terutama
pada rahang atas
Distomolar/Distodens

• Terbanyak kedua
• Gigi di distal dari molar
3
• Gigi kecil yang belum
sempurna, tapi
ukurannya normal
• Molar 4 mandibula
terkadang ada tapi
lebih sering di maxilla
Paramolar

• Small+rudimentary
• Terdapat pada daerah bukal atau lingua di
maxilla atau mandibula
• Interproksimal antara molar maxilla 1+2 atau
2+3
Impaction
• Sering terjadi pada molar 3
mandibula + kanina Maxilaris
• Jarang pada:
– Premolar
– Kanina mandibularis
– Molar 2
• Terjadi obstruksi saat crowding
• Kadang disebabkan jalur erupsi
yg abnormal, atau orientasi
bakal gigiinal gigi yang tidak
biasa
Kelainan waktu Erupsi
• Natal teeth
• Teething
• Kista erupsi
• Gigi molar susu terpendam
• Erupsi ektopik gigi molar pertama tetap
• Erupsi gigi tetap yang tertunda
Natal teeth
• Banyak istilah yang digunakan untuk menerangkan
gangguan waktu erupsi gigi susu yang erupsi sebelum
waktunya, seperti istilah gigi kongenital, gigi fetal, gigi
predesidui atau gigi precoks.
• Massler dan Savara (1950) menggunakan istilah gigi
natal dan neonatal.
Gigi Natal adalah gigi yang telah erupsi/telah ada
dalam mulut pada waktu bayi dilahirkan.
Gigi Neonatal adalah gigi yang erupsi selama masa
neonatal yaitu dari lahir sampai bayi berusia 30 hari.
• Erupsi normal gigi insisivus susu bawah
dimulai pada usia 6 bulan
• Gigi susu erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan
disebut gigi predesidui.
• Gigi ini merupakan gigi susu yang erupsinya
prematur, jadi tidak termasuk gigi
supernumerary atau gangguan pertumbuhan
lainnya.
Etiologi
• Posisi bakal gigi yang superfisial (dekat ke
permukaan)
• Bertambahnya proses erupsi gigi selama atau
setelah anak mengalami demam.
• Keturunan
• Akibat sifilis kongenital
• Gangguan kelenjar endokrin
• Defisiensi makanan
Gambaran klinis
• Gambaran klinis menunjukkan perkembangan
yang kurang, ukuran kecil, bentuk konikal, warna
kuning (bahkan ada yang coklat) disertai
hipoplasia email dan dentin serta kurangnya atau
tidak ada perkembangan akar. Akibat tidak
mempunyai akar atau kurangnya perkembangan
akar, maka gigi tersebut hanya melekat pada
leher gingiva, tidak kuat sehingga memungkinkan
gigi tersebut dapat bergerak ke segala arah.
paling sering adalah pada gigi insisivus bawah (85
%), pada rahang atas jarang dijumpai.
Teething
• Menurut Burket, definisi teething yaitu suatu
proses fisiologis dari waktu erupsi gigi yang
terjadi pada masa bayi, anak dan remaja
(sewaktu gigi molar tiga akan erupsi) yang
diikuti dengan gejala lokal maupun sistemik
Gejala lokal
Pada rongga mulut :
• Terlihat warna kemerahan atau pembengkakan gingiva
pada regio yang akan erupsi, konsistensinya keras,
berkilat dan kontornya sangat cembung.
• Terjadi hipersalivasi dan konsistensinya kental.
• Di sekeliling gigi yang akan erupsi terlihat daerah
keputih-putihan. Pada wajah :
• Terdapat eritema yaitu bercak-bercak merah pada pipi
(ruam), tepi mulut dari regio yang akan erupsi, hal ini
disebabkan aliran saliva yang terus menerus.
• Terlihat asimetris wajah atau pembengkakan
Gejala Sistemik
• Bayi akan gelisah, menangis, tidak dapat tidur
• Kehilangan nafsu makan, Rasa haus yang
meningkat,
• Bahkan disertai diare yang berat
Kista erupsi
• Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu
kista yang terjadi akibat rongga folikuler di
sekitar mahkota gigi susu/tetap yang akan
erupsi mengembang karena penumpukan
cairan dari jaringan atau darah
Gambaran Klinis
• diawali dengan terlihatnya daerah kebiru-
biruan pada gigi yang akan erupsi,
• kemudian terjadi pembengkakan mukosa yang
disertai warna kemerahan.
• akibat pembengkakan ini dapat menyebabkan
tergigit oleh gigi antagonisnya sehingga
menimbulkan rasa tidak enak atau rasa sakit .
Gigi molar susu yang terpendam
• Disebut juga dengan Submerged teeth yaitu
suatu gangguan erupsi yang menunjukkan
gagalnya gigi molar susu mempertahankan
posisinya akibat perkembangan gigi
disebelahnya sehingga gigi molar susu
tersebut berubah posisi menjadi di bawah
permukaan oklusal
Erupsi ektopik gigi molar pertama
tetap
• Yaitu erupsinya gigi molar pertama tetap yang
keluar dari posisinya di lengkung rahang,
mendorong molar dua susu sehingga terjadi
resorpsi sebagian atau seluruhnya dari molar
dua susu. Resorpsi terjadi di sebelah distal
molar susu
• Pada awalnya pasien tidak mempunyai
keluhan, namun bila proses ini terus berlanjut
sehingga resobsi akar gigi tetangganya
semakin parah, dapat menyebabkan infeksi
pulpa. Akibatnya pasien akan merasa sakit dan
tidak enak.
Tatalaksana
• Tujuan perawatan adalah menjauhkan gigi
yang erupsi ektopik dari gigi yang
diresorpsinya. Perawatan difokuskan dengan
mengubah jalan erupsi gigi molar pertama
permanen untuk menghindari terjadinya
resorpsi yang lebih parah.
• Erupsi ektopik ada dua tipe, yaitu reversibel
dan irreversibel. Yang reversibel artinya gigi
tersebut (molar dua susu) dapat secara
spontan membebaskan dirinya dan
mengadakan erupsi, sedangkan yang
irreversibel harus dirawat.
Erupsi gigi permanen yang tertunda
Meskipun keterlambatan erupsi gigi dapat
dihubungkan dengan keadaan tertentu misalnya
sindrome down, keterlambatan erupsi gigi yang
terlokalisir lebih sering pada gigi tetap
dibandingkan gigi susu.
• Gigi Insisivus
Disebabkan resorpsi yang terlambat dari gigi
insisivus susu akibat trauma atau kematian pulpa,
dilaserasi mahkota gigi yang akan erupsi, dens
supernumerari yang berada dijalan gigi yang akan
erupsi atau disebabkan kehilangan gigi susu yang
dini sehingga terjadi penebalan jaringan dan gigi
sukar erupsi.
• Gigi Kaninus
Disebabkan jalur erupsi gigi kaninus tidak
sebagaimana mestinya, mengalami penyimpangan.
Sering terjadi pada rahang atas.
• Gigi premolar
Adanya impaksi (tekanan) kearah gigi-gigi lain
disebabkan angulasi abnormal (sehingga gigi
yang akan erupsi mengalami penyimpangan).
Dapat juga disebabkan gigi berjejal, resobsi yang
terlambat dari gigi molar susu atau
terpendamnya molar susu sehingga premolar
tidak dapat erupsi.
• Gigi Molar
Adanya impaksi kearah lain.
KELAINAN BENTUK GIGI
• Gigi ganda
• Malformasi Insisivus Dua Atas  Peg shaped
• Dilaserasi
Gigi ganda
• Yaitu penyatuan (fusi) dua bakal gigi yang sedang
berkembang atau terbelahnya (partial dichotomy
atau geminasi) bakal gigi, sehingga terdapat dua
gigi yang bersatu.
• Terjadi pada gigi susu maupun gigi tetap.
• Bentuk gigi besar, tidak normal dengan adanya
groove berbentuk longitudinal pada mahkota
atau adanya lekukan pada tepi insisal. Akar dapat
terpisah secara keseluruhan atau sebagian.
Gambar gigi ganda pada masa gigi susu dan tetap
Malformasi Insisivus Dua Atas
• Adanya lekukan yang dalam pada bagian
palatal, mahkota bentuknya kecil, konus dan
mirip gigi berlebih.
• Lekukan bisa dalam dan membentuk rongga
(akibat invaginasi bakal gigi yang sedang
berkembang  dens in dens  mudah karies
• Perlu ronsen foto untuk memastikannya.
Gigi insisivus dua kiri peg shaped
Dilaserasi
• Yaitu bentuk akar gigi atau mahkota yang
mengalami pembengkokan yang tajam
(membentuk sudut/kurve) yang terjadi semasa
pembentukan dan perkembangan gigi tahap/fase
kalsifikasi.
• Kurve/pembengkokan dapat terjadi sepanjang
gigi tergantung seberapa jauh pembentukan gigi
sewaktu terjadi gangguan.
• Etiologi : Diduga terjadi akibat trauma selama
pembentukan gigi.
Dilaserasi mahkota insisivus satu atas kiri

Dilaserasi akar
KELAINAN STRUKTUR GIGI
• Enamel
• Dentin
• Sementum
Enamel
• Kelainan pada struktur jaringan keras gigi
dapat terjadi pada tahap histodiferensiasi,
aposisi dan kalsifikasi selama tahap
pertumbuhan dan perkembangan gigi, yang
dapat mengenai gigi susu maupun gigi tetap.
• Kelainan-kelainan tersebut adalah :
• Amelogenesis Imperfekta
• Hipoplasia enamel
Amelogenesis imperfekta
Ada 3 bentuk dasar amelogenesis imperfekta yaitu :
1. Hipoplastik
• Terjadi akibat kerusakan pada pembentukan matriks
enamel.

2. Hipokalsifikasi
• Terjadi akibat kerusakan pada mineralisasi deposit matriks
enamel.

3. Hipomaturasi
• Terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan atau
pematangan enamel.
Hipoplasia Enamel
• Ttidak lengkap atau tidak sempurnanya pembentukan enamel pada
gigi susu maupun tetap.
• Terdapatnya groove, pit dan fisur yang kecil pada permukaan
enamel
• Pada keadaan yang lebih parah  guratan guratan pit yang dalam,
tersusun secara horizontal pada permukaan gigi. .
• Etiologi
• Faktor Lokal
• trauma (misal Turner Teeth)
• infeksi
• radiasi
• idiopatik
• Faktor Umum
• Lingkungan,
• Prenatal : Sifilis kongenital (Hutchinson’s Teeth/Mulberry Molar)
• Neonatal : Hipokalsemia
• Postnatal : Defisiensi vitamin atau fluor yang berlebihan
(Mottlet enamel).
• Herediter
Dentin
• Dentinogenesis imperfekta
• Dentin displasia

Etiologi dentinogenesis imperfekta dan dentin


displasia ialah faktor herediter yang diturunkan
secara autosomal dominan
Dentinogenesis imperfekta
• Gigi berwarna biru keabu-abuan atau
translusen.
• Enamel cenderung terpisah dari dentin yang
relatif lunak dibanding enamel.
• Dentin tipis, enamel normal dan tanduk pulpa
besar.
Dentin displasia
• Yaitu kelainan pada dentin yang melibatkan
sirkum pulpa dentin dan morfologi akar 
sehingga akar terlihat pendek.
Sementum
• Yaitu penumpukan sementum akibat
pembentukan sementoblast yang berlebihan 
sementum bersatu dengan ligamen periodontal

• Etiologi
• Faktor Lokal  peradangan, rangsangan
mekanis
• Faktor Umum  penyakit akromegali, penyakit
paget atau kleidokranial disostosis.
Kelainan Warna

Diskolorasi
Diskolorasi
• Yaitu terjadinya penyimpangan warna gigi
secara klinis.
• Etiologi
Perubahan warna formatif
Perubahan warna infiltratif
Perubahan warna semu
Perubahan Warna Formatif
• Dapat terjadi selama pra dan post natal dan
ada yang bersifat turun menurun atau
kongenital. Perubahan warna disebabkan:
a. eritroblastosis
b. fluorosis endemik
c. tetrasiklin
d. amelogenesis imperfekta
e. dentin displasia
f. dentinogenesis imperfekta
Perubahan Warna Infiltratif
Agen/penyebab yang dapat merubah warna gigi masuk
melalui tubuh ke dalam pulpa gigi. Gigi akan berubah
warna secara:
Endogen . Misalnya disebabkan :
a. pulpa non vital
b. pendarahan kapiler akibat trauma
c. obliterasi (penyumbatan pulpa)
d. perubahan warna karena usia
Eksogen
a. Iatrogen : bahan pengisi saluran akar, semen atau
amalgam
b. Lokal : hipoplasia enamel
Perubahan Warna Semu
• Perubahan warna yang sementara, terjadi akibat
endapan pada permukaan enamel gigi dan dapat
hilang bila dilakukan pemolisan, penambalan
atau skeling. Perubahan disebabkan faktor
eksogen dan faktor kerusakan.
• Eksogen, misalnya disebabkan : plak, karang
gigi, endapan nikotin, kebiasaan mengunyah
sirih, obat kumur yang berisi khlorheksidin,
tennin yang berasal dari anggur dan teh
• Perubahan warna akibat kerusakan, misalnya
disebabkan : resopsi interna, amalgam atau
bahan tumpatan lain, karies, terbukanya
dentin, awal karies (white spot).
KELAINAN UKURAN
• Microdontia
• Macrodontia
Microdontia
• (1) Generalized Microdontia
• (2) Localized Microdontia
Generalized Microdontia
• all teeth are smaller
than normal
• pituitary dwarfism
Localized Microdontia
• affects most often maxillary lateral incisior +
3rd molar
• these 2 teeth are most often congenitally
missing
Macrodontia
• (1) Generalized Macrodontia
• (2) Localized Macrodontia
Generalized Macrodontia
• all teeth are larger than normal
• associated with pituitary gigantism
Localized Macrodontia
• Hemangioma, Hemifacial hypertrophy
References:
TERIMA KASIH
Mohon Asupan dan Bimbingannya
Acquired Anomali

You might also like