You are on page 1of 9

AZIZ KHAKIM DAN

WAHYU PRATAMA
KONFLIK PERBATASAN DI ASIA TENGGARA
Persengketaan Sipadan – Ligitan

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia mulai


muncul pada tahun 1967, hal ini berawal dari pertemuan
hukum laut antara kedua negara, yang masing-masing negara
ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke
dalam batas-batas wilayahnya.
Faktor penyebab persengketaan
Sipadan dan Ligitan
■ Pemerintah Indonesia cenderung menelantarkan kedua pulau
■ tersebut dengan kondisi tidak terawat.
■ Wilayah kedua pulau yang merupakan pulau terluar dari Indonesia yang berbatasan
langsung dengan Malaysia.
■ Malaysia dan Indonesia sama-sama mengklaim kedua pulau tersebut sebagai
miliknya.
■ Malaysia telah membangun resort dan mengadakan pembangunan tempat wisata
di kedua pulau tersebut.
PENYELESAIAN
- Pada tahun 1992 kedua negara tersebut sepakat menyelesaikan masalah ini secara
bilateral dengan pertemuan pejabat tinggi kedua negara.

- Hasil pertemuan pejabat tinggi tersebut menyepakati perlunya


dibentuk komisi bersama dan kelompok kerja sama
(Joint Commision/JC dan Joint Working Group/JWG),
dari berbagai pertemuan JC dan JWG tersebut tidak membawakan hasil.

- Putusan mahkamah internasional menyatakan bahwa malaysia memenangkan pulau tersebut


Konflik Laut Cina selatan dan Kepulauan Spratly

Sengketa Laut Cina Selatan ini melibatkan banyak negara sehingga penyelesaiannya
menjadi sangat rumit dan berlangsung berlarut-larut. Sengketa ini juga mempunyai
latar belakang yang cukup rumit sehingga belum terjadi kesepakatan diantara negara-
negara bersengketa.Kepulauan Spratly terletak dikelilingi oleh beberapa negara yaitu,
Indonesia, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Cina, Taiwan, dan Filipina.
Kepulauan Spratly pada awalnya adalah sebuah pulau yang tidak berpenghuni dan
sebenarnya bukan merupakan yang layak huni. Hal ini disebabkan kebanyakan pulau
ini hanyalah berupa gugusan karang-karang laut. Namun klaim wilayah kepemilikan
terhadap kepulauan Spratly mulai bermunculan karena kepulauan Spratly ini
mempunyai banyak potensi keuntungan sumber daya alamseperti kandungan minyak
yang melimpah dan letak kepulauan spratly yang strategis.
■ Selain kandungan minyak yang melimpah, terdapat pula kandungan gas alam yang
ada di wilayah Laut Cina Selatan. Kekayaan alam yang dimiliki membuat beberapa
negara yang bersengketa atas wilayah kepulauan Spratly ini bersikeras untuk
mengakui dan mengklaim atas wilayah tersebut. Kawasan kepulauan Spratly ini
juga merupakan kawasan yang terletak di lintasan laut yang strategis karena
berada di lintas layar dan perdagangan antar negara. Faktor ini juga kemudian
menjadi faktor pendukung negara-negara yang bersengketa untuk semakin
bernafsu mengklaim atas kepulauan Spratly ini, karena siapapun yang resmi
memiliki kepulauan Spratly ini, maka negaranya akan memperoleh keuntungan
ekonomi dari hasil kapal-kapal yang melewati dan melintasi kepulauan spratly
untuk melakukan. Sebagai salah satu perairan paling sibuk di dunia, tentunya
membawa keuntungan bagi negara-negara yang wilayah lautnya dilewati
PENYELESAIAN

■ Dalam penyelesaian konflik Laut Cina Selatan, cara damai adalah cara utama yang
terus di upayakan oleh ASEAN dan juga RRT, hingga disepakatilah Declaration on
Conduct of the Parties in South China Sea (DOC) yang disepakati di Kamboja, pada
4 November 2002. Untuk kemudian yang terakhir adalah disepakatinya Guidelines
forthe Implementation of the DOC, yang menjadi awal pembahasan dari Code of
Conduct, atau tata aturan berperilaku di Laut Cina Selatan pada tahun 2011. Hal ini
merupakan sebuah progressif dimana pada tahun yang sama terjadi peningkatan
Hubungan Diplomatik antara ASEAN dan RRT dengan diresmikannya ASEAN-China
Centre (ACC).
Konflik Teluk Bengal Antara Myanmar-
Bangladesh

Latar belakang terjadinya hal ini dikarenakan belum adanya kesepakatan garis batas
landas kontinen antara dua negara tersebut. Hal tersebut diperparah dengan,
eksploitasi minyak yang dilakukan oleh Myanmar di perairan Teluk Benggala, tanpa
persetujuan dari Bangladesh. Sehingga konflik Myanmar dan Bangladesh ini dilatar
belakangi oleh sengketa sebidang wilayah yaitu teluk Benggala yang terletak dalam
perairan sepanjang tepi barat Myanmar dan sekitar 93 km barat daya pulau St.
Martin.Atau jika ditarik lebih jauh, ketegangan antara pemerintah Myanmar dan
Bangladesh berpusat pada sengketa cadangan minyak yang akan dieksploitasi dan
belum disepakatinya perbatasan teritorial ini. Konflik perbatasan ini, semakin
menambah daftar panjang konflik yang terjadi di Asia Tenggara. Wilayah Asia Tenggara
sebagian besar merupakan wilayah perairan, sehingga geografi maritim kain kompleks.
PENYELESAIAN

Berdasarkan hasil kesepakan kedua negara serta berdasarkan suara yang telah disepakati,
maka keputusan ITLOS dalam menangani kasus persengketaan ini yaitu;
1.)Dalam hal Delimitasi laut teritorial, Keputusan Pengadilan menerima keputusan klaim
Bangladesh dan memberikan efek penuh di Pulau St Martin di wilayah delimitasi laut
teritorial;
2.) Dalam hal Delimitasi Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen Dalam 200 Mil,
keputusan Pengadilan jika dilihat dari status dan akibat yang harus diberikan kepada Pulau
St Martin, ITLOS berpendapat bahwa tidak ada aturan umum dan keadaan tertentu yang
dianggap penting;
3.) Dalam hal Delimitasi Landas Kontinen Di Luar 200 Mil, keputusan Pengadilan dalam hal
ini adalah pertama kalinya bahwa pengadilan internasional harus menangani hukum dan
praktek Delimitasi Landas Kontinen di luar 200 mil (Menas Associates, n.d).

You might also like