Professional Documents
Culture Documents
nasopharing
Sosio
Zat nitrosamin ekonomi, Zat-zat Ras dan Radang
didalam ikan asin lingkungan, Gen HLA
karsinogen keturunan kronis
kebiasaan
Ulseratif
Noduler/
lobuler
Eksofitik
Telinga
Dini
Hidung
Gejala Mata
Lanjut Tumor
Cranial
Makan Ikan asin
Virus
Keturunan
Genetik
EBV Lingkungan
Ca
Nasofaring
Virus Epstein-Barr
Sel yang terinfeksi
EBV masuk ke DNA bisa mati atau
Virus bereplikasi
limf B transformasi jadi
bentuk ganas
Ca
Gen Sitokrom
Nasofar
HLA p450 2E1
ing
• nitrosodimethyamine
(NDMA)
Makanan • N-nitrospurrolidene
(NPYR)
• nitrospiperidine (NPIP)
Pemeriksaan
Gejala Radiologi
Nasofaring
Pemeriksaan
Serologi
Patologi
Gejala Nilai
Massa terlihat pada nasofaring 25
Gejala khas dihidung 15
Gejala khas pendengaran 15
Sakit kepala unilateral atau bilateral 5
Gangguan neurologik syaraf otak 5
Eksopthalmus 5
Limfadenopati perifer 25
≥ 50 = Ca Nasofaring
rinoskopi
posterior
nasofaringoskop
fibernasofaringos
kopi
• penyebaran ke jaringan ikat lunak pada
Computed nasofaring
• penyebaran ke ruang paranasofaring
Tomografi • Sensitif mendeteksi erosi tulang, terutama
(CT) pada dasar tengkorak
Antibodi
IgA
Melalui
hidung
Biopsi
Tumor
Neurofibroma kelenjar Chordoma
parotis
Menigioma
basis kranii
Biopsi • Melalui Hidung
Nasofaring • Melalui Mulut
Computed Magnetic
Tomografi Resonance
(CT) Imaging (MRI)
• Indikasi:
• kankernya masih ada, dimana biopsi masih positif
• kemungkinan besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti
secara makroskopis.
• pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya
resiko kekambuhan dan metastasis jauh).
• Kemo adjuvan:
• neoadjuvant atau induction chemotherapy
• concurrent, simultaneous atau concomitant chemoradiotherapy
• post definitive chemotherapy
• Efek samping: perdarahan, depresi sum-sum tulang yang memudahkan
terjadinya infeksi, mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna,
kerontokan rambut, toksisitas terhadap jantung, toksisitas terhadap
paru, toksisitas pada hepar dan ginjal, kelainan neurologi
• Manfaat: Mengecilkan massa tumor, Mengontrol metastasis jauh dan
mengontrol mikrometastase, Modifikasi melekul DNA oleh kemoterapi
menyebabkan sel lebih sensitif terhadap radiasi yang diberikan
Operasi
• Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa
diseksi leher radikal dan nasofaringektomi
• Diseksi leher radikal: masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan
radiologik dan serologi
• Nasofaringektomi: dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh
atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil
diterapi dengan cara lain
Imunoterapi
• Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma
nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita
karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi.
PENCEGAHAN
• Pemberian vaksinasi dengan vaksin spesifik membran glikoprotein
virus Epstein Barr yang dimurnikan pada penduduk yang bertempat
tinggal di daerah dengan resiko tinggi.
• Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah resiko tinggi ke
tempat lainnya.
• Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara
memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-
bahan yang berbahaya.
• Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang
berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.
• Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA secara massal
di masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini.
KESIMPULAN
• Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas nomor
satu yang mematikan dan menempati urutan ke 10 dari
seluruh tumor ganas di tubuh.
• Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan KNF,
yaitu
• (1)Aadanya infeksi EBV,
• (2) Faktor lingkungan
• (3) Genetik
• Karsinoma nasofaring banyak ditemukan di Indonesia.
• Pada stadium dini yang diberikan adalah penyinaran
dan hasilnya baik.