You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN KOGNITIF :


DEMENSIA

KELOMPOK V
BAIQ DIAH RIZKI FITRIANI
INDRIANI
NI MADE RATNA SARI
PENGERTIAN

Demensia adalah gangguan kognitif dan


memori yang dapat mempengaruhi aktifitas
sehari-hari, menunjukkan beberapa gangguan
dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavior symptom) yang menganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-
disruptif) (Voicer. L., Hurley, A.C., Mahoney,
E.1998).
ETIOLOGI

1. penyakit alzheimer : terjadi kerusakan sel


dan berkurangnya respon terhadap bahan
kimia yang menyalurkan sinyal di dalam
otak.
2. serangan stroke yang berturut-turut
MANIFESTASI KLINIS

• Tanda dan Gejala


1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
2. gangguan daya ingat jangka pendek
3. Gangguan kepribadian dan perilaku
4. Defisit neurologi (kurang keseimbangan)
5. Mudah tersinggung
6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan
paranoid.
7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living) :
mandi, makan, berpakaian & toileting
8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
9. Lupa (meletakkan barang penting, jalan pulang)
10. Tidak dapat makan dan menelan
11. Inkontinensia urine
12. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi
13. Gangguan orientasi orang, waktu dan tempat
14. Gangguan Bahasa
15. Ekspresi yang berlebihan
16. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh,
menarik diri dan gelisah
KLASIFIKASI DEMENSIA
a. Menurut etiologi :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak (Alzheimer)
2. Demensia Vascular oleh gangguan sirkulasi darah di otak
b. Menurut Umur:
1. Demensia senilis ( usia >65tahun)
2. Demensia prasenilis (usia <65tahun)
c. Menurut perjalanan penyakit :
1. Reversibel (mengalami perbaikan)
2. Ireversibel
d. Menurut sifat klinis:
1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensia
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium rutin


2. Imaging (mri,ctsan kepala)
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis
PENATALAKSANAAN

1. Farmakoterapi (Obat-obatan)
2. Non-Farmakoterapi :Dukungan atau Peran
Keluarga
3. Terapi Simtomatik
PENCEGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA

• Cegah alkohol dan zat adiktif yang


berlebihan.
• baca buku setiap hari.
• Aktif dalam kegiatan rohani & perdalam
ilmu agama.
• interaksi dengan lingkungan, berkumpul
dengan teman yang minat atau hobi sama
• kurangi stress
KONSEP ASKEP

• A. PENGKAJIAN
• Identitas pasien
• Riwayat kesehatan
• Status kesehatan
• Status kesehatan mental
• Aspek kognitif, pembelajaran dan memori
• Perubahan sistem tubuh
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Sindrom stress relokasi.


2. Perubahan proses pikir.
3. Perubahan persepsi sensori.
4. Perubahan pola tidur .
5. Defisit perawatan diri.
6. Resiko terhadap cedera.
7. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Intervensi

Diagnosa 1. Sindrom stress relokasi


1. Jalin hubungan saling mendukung dengan klien.
2. Orientasikan pada lingkungan dan rutinitas baru.
3. Kaji tingkat stressor (penyesuaian diri, perkembangan, peran keluarga, akibat
perubahan status kesehatan)
4. Tentukan jadwal aktivitas yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin.
5. Berikan penjelasan dan informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/
peristiwa.
2. diagnosa II Perubahan proses pikir
1. Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat
yang terapeutik.
2. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
3. Tatap wajah ketika berbicara dengan klien.
4. Panggil klien dengan namanya.
5. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada
klien.
6. Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat dan tidak bersifat kompetitif
sesuai kemampuan klien.
7. Evaluasi pola tidur.
Kolaborasi :
• Berikan obat sesuai indikasi
3. diagnosa ke III : Perubahan persepsi sensori
1. Kembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan perawat-
klien yang terapeutik.
2. Bantu klien untuk memahami halusinasi.
3. Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaiman hal
tersebut mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan
atau pendengaran.
4. Ajarkan strategi untuk mengurangi stress.
5. Ajak piknik sederhana, jalan-jalan keliling rumah sakit. Pantau
aktivitas.

4. Diagnosa ke 4 : Perubahan pola tidur
1. Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek
negative terhadap tidur pada malam hari.
2. Evaluasi efek obat klien (steroid, diuretik) yang mengganggu
tidur.
3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan
kebiasaan klien(memberi susu hangat).
4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan
tidur(mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang
sesuai, menghindari kebisingan).
5. Buat jadwal tidur secara teratur. Katakan pada klien bahwa saat
ini adalah waktu untuk tidur.
5.Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri
1. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri,
seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi, penurunan
kognitif seperti apraksia.
2. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri dan berikan bantuan
sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/ kulit,
bersihkan kaca mata, dan gosok gigi.
3. Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yang fisiologis.
4. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.
5. Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
6.Diagnosa 6 : Resiko terhadap cedera
1. Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan
penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi
risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
2. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.
3. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat
pagar tempat tidur.
4. Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal,
hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan
gastrointestinal).
5. Hindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan
kesempatan keluarga tinggal bersama klien selama periode
agitasi akut.
7.Diagnosa ke 7 : Resiko terhadap perubahan nutrisi
1. Beri dukungan untuk penurunan berat badan.
2. Awasi berat badan setiap minggu.
3. Kaji pengetahuan keluarga/ klien mengenai kebutuhan
makanan.
4. Usahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.
5. Beri Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.
Review Jurnal
Pengaruh Latihan Kognitif terhadap Perubahan Skor Fungsi Kognitif
pada Lansia dengan Dimensia Ringan di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih Sicincin

Ihda Al Adawiyah MZa, Heppi Sasmitaa, Miswartia


aPoltekes Kemenkes Padang
•Tujuan :
melihat pengaruh latihan kognitif terhadap
perubahan skor fungsi kognitif pada lansia
dengan dimensia ringan di PSTW Sabai Nan
Aluih SicincinTahun 2012.
•Waktu : Januari – Maret 2012
•Pengukuran fungsi kognitif : MMSE (Mini
Mental State Examination), 30 pertanyaan
selama 10’
• Metode Penelitian :
 Desain penelitian : quasi-eksperimen dengan two
group pretest- postest design yaitu tediri dari 2
kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
 Analisa statistik dengan komputerisasi
menggunakan Uji Paired t-test
 Teknik Pengambilan sampel : purposive sampling
terdiri dari 34 orang, 17 orang kelompok
eksperimen dan 17 orang kelompok kontrol.
 Kriteria sampel : skor MMSE saat pretes = 20 – 26,
kuat secara fisik dan tidak cacat, dapat
berkomunikasi dengan baik, dan bersedia untuk
diteliti.
Contoh Latihan kognitif
• berdiskusi tentang topic aktual,
• mengisi teka-teki,
• main catur,
• mendengarkan musik nostalgia dan berkesenian,
• senam otak.

Upaya Panti :
• menyediakan jam dan kalender di setiap wisma.
• senam untuk lansia dua kali dalam seminggu
• senam otak (pernah dikenalkan kepada lansia di panti dalam bentuk
penyuluhan tetapi tidak dilakukan secara berkesinambungan)
TERIMAKASIH

You might also like