You are on page 1of 75

PENDEKATAN

KEDOKTERAN
KELUARGA PADA
PASIEN TUBERKULOSIS
PARU DI PUSKESMAS 4
ULU PALEMBANG

Marmah Oktaria, S.Ked.


71 2014 022

Penguji
dr. H. Trisnawarman, M.Kes.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menempati urutan kedua Laporan WHO tahun 2013
penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian 8,6 juta orang menderita TB
dan 1,1 juta diantaranya TB
dengan HIV (+)

TB PARU 450.000 menderita TB MDR


dan 170.000 diantaranya
meninggal dunia

Indonesia adalah negara Proporsi kejadian TB Anak


dengan kasus TB terbesar secara global 6% (530.000
ke-3 setelah China dan India pasien TB anak/tahun)
TB PARU di
Indonesia

survey prevalensi TB di Indonesia


Banyak faktor yang
(2004)  prevalensi TB BTA positif
menyebab angka
wilayah Sumatera 160 per 100.000
kesakitan dan kematian
penduduk.
TB masih tinggi

Angka kejadian TB di Sumatera


Selatan (2010) ditemukan sekitar
1037 kasus baru TB, meningkat di
2011 menjadi 2109 kasus
Dokter Keluarga  perlu
melakukan pendekatan
Di Palembang dalam 5 tahun terakhir pada penderita TB Paru
(2010-2015) angka TB mengalami dengan prinsip pelayanan
kenaikan dari 1.037 di tahun 2010 dokter keluarga
kasus hingga 1.972 kasus di tahun 2015
Tujuan Penulisan

Tujuan Umum Tujuan Khusus

Laporan ini disusun untuk Mahasiswa belajar


memenuhi sebagian menerapkan prinsip-prinsip
syarat mengikuti ujian pelayanan dokter keluarga
Kepaniteraan Klinik dalam mengatasi masalah,
tidak hanya pada penyakit
Senior di Departemen
pasien, tetapi juga pada
Ilmu Kedokteran faktor psikososial dari keluarga
Keluarga Fakultas yang mempengaruhi
Kedokteran Universitas timbulnya penyakit serta
Muhammadiyah peran serta keluarga dalam
Palembang mengatasi masalah kesehatan
Manfaat Penelitian
• sarana kerjasama yang saling menguntungkan
untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat dan
Puskesmas mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi
koasisten dalam rangka mengoptimalisasi
peran puskesmas.

• sarana melatih keterampilan dan


pengalaman dalam upaya pelayanan
Mahasiswa kesehatan dengan menerapkan prinsip-
prinsip kedokteran keluarga

• sarana untuk mengetahui informasi


Masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis paru serta
mengetahui cara pengobatannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Program Pencegahan Penyakit
Menular

Definisi
• Program Pencegahan Penyakit
Menular adalah program
pelayanan kesehatan Puskesmas
untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi seperti TB, Demam
Berdarah Dengue, Demam Tifoid,
Malaria dan lain-lain
Jenis Kegiatan P3M di Puskesmas 4 Ulu

ISPA
Infeksi
TB Telinga
Penyelenggaraan
penyelidikan Pencegahan
epidemiologi dan HIV- dan
Diare
penaggulangan AIDS Pemberantasan
Penyakit
kejadian luar biasa
(KLB)
DBD Malaria
Demam
Tifoid
Tuberkulosis
Penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis

Kuman bersifat aerob, dan


dormant memiliki dinding sel
yang terdiri dari lipid,
peptidoglikan, arabinomanan.
Daoat hidup dalam keadaan
dingin maupun udara kering
Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat


padat mempermudah proses
penularan, sumber penularan
adalah pasien TB BTA (+) melalui
percik renik dahak yang
dikeluarkannya / droplet nuclei
dimana kuman menyebar dan
terinhalasi oleh individu lain
Patogenesis
Perjalanan Alamiah TB pada
Manusia

Paparan

Infeksi • Keterlambatan
diagnosis
• Pengobatan
tidak adekuat
Sakit TB
• Kondisi
kesehatan awal
yang buruk
atau penyakit
Meninggal
penyerta
Klasifikasi Tuberkulosis
Termasuk dalam kelompok pasien TB berdasarkan
hasil konfirmasi pemeriksaan bakteriologis adalah:
 Pasien TB paru BTA positif
 Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
 Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
 Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara
bakteriologis, baik dengan BTA, biakan maupun
tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena
 TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan
bakteriologis.
Berdasarkan Letak Anatomi Penyakit :
 TB Paru
 TB Ekstra paru

Berdasarkan Riwayat Pengobatan


Sebelumnya:
 Kasus baru
 Kasus kambuh
 Kasus defaulted atau drop out
 Kasus gagal
 Kasus kronik / persisten
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan
uji kepekaan obat :
 Mono resisten (TB MR)
 Poli Resisten (TB PR)
 Multidrug Resistance (TB MDR)
 Extensive Drug Resistance (TB XDR)
 Resisten Rifamfisin (TB RR)
Diagnosis
 Gejala klinik :
 Gejala respiratorik (batuk > 2 mgg, sesak
nafas, sesak nafas, nyeri dada)
 Gejala sistemik (demam, keringat malam
hari, BB menurun, tidak nafsu makan)

 Pemeriksaanbakteriologik:
 Pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca
dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO). Skala
IUATLD (International Union Against Tuberculosis and
Lung Disease)
Apa yang dilihat Apa yang dilaporkan
Tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang BTA negatif
pandang
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang Tuliskan jumlah kuman yang
ditemukan per 100 lapang
pandang
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang + (1+)

Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang periksa ++ (2+)


minimal 50 lapang pandang
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa +++ (3+)
minimal 20 lapang pandang
Alur Diagnosis TB pasien Dewasa
Penatalaksanaan

Tujuan Pengobatan Prinsip Pengobatan

Menyembuhkan pasien dan • Diberi dalam bentuk


memperbaiki produktifitas panduan OAT minimal
serta kualitas hidup, 4 macam obat
mencegah kematian oleh • Dalam dosis tepat
karena TB atau dampak
• Ditelan teratur dan
buruk selanjutnya,
mencegah kekambuhan TB, diawasi PMO
menurunkan angka • Pengobatan dalam
penularan TB, mencegah jangka waktu terbagi
terjadinya dan mencegah  tahap awal dan
TB resisten obat tahap lanjutan
Tahap Pengobatan
• Pengobatan diberi setiap hari,
tahap ini untuk menurunkan jumlah
kuman dalam tubuh pasien dan
Tahap Awal meminimalisisr pengaruh dari kuman
yang mungkin sebagian kecil
resisten, obat diberikan selama 2
bulan

• Selama 4 bulan, penting untuk


Tahap membunuh sisa kuman yang masih
Lanjutan ada khususnya kuman persister dan
mencegah kekambuhan
Obat Anti Tuberculosis

Obat Lini Pertama


Jenis OAT Sifat Efek Samping
Neuropati perifer, psikosis toksis,
Isoniazid (H) Bakterisid
gangguan fungsi hati, kejang

Urine berwarna merah, gangguan


Rifampicin (R) Bakterisid
gastrointestinal, gangguan fungsi hati,
trompositopenia, skin rash, anemia
hemolitik

Gangguan fungsi hati, gangguan


Pyrazinamide (Z) Bakterisid
gastrointestinal, gout arthritis

Gangguan keseimbangan dan


Streptomycin (S) Bakterisid
pendengaran, renjatan anafilaktik,
anemia, trombositopenia

Gangguan penglihatan, buta warna,


Ethambutol (E) Bakteriostatik
nuritis perifer
Kisaran Dosis
direkomendasikan

Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)


Jenis OAT
Harian (mg) 3x seminggu (mg)

Isoniazid (H) 5 (4-6) maks 300 10 (8-12) maks 900

Rifampicin (R) 10 (8-12) maks 600 10 (8-12) maks 600

Pyrazinamide (Z) 25 (20-30) 35 (30-40)

Streptomycin (S) 15 (12-18)

Ethambutol (E) 15 (15-20) 30 (20-35) maks 1000


Panduan OAT Lini Pertama

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3). Panduan OAT ini diberikan untuk :


 Pasien baru TB paru BTA positif.
 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
 Pasien TB ekstra paru

Berat Badan Tahap Intensif Tahap Lanjutan


tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16 minggu
KDT RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Dosis per hari / kali Jumlah


Tablet Kaplet Tablet Tablet hari/kali
Tahap Lama Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol menelan
Kombipak Pengobatan Pengobatan
obat
@ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
 Pasien kambuh
 Pasien gagal
 Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tahap Intensif Tahap Lanjutan

Tiap hari 3 kali seminggu


Berat Badan
KDT RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E (400)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu


30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

+ 500 mg Streptomisin + 2 tablet Etambutol


inj.
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

+ 750 mg Streptomisin + 3 tablet Etambutol


inj.
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

+ 1000 mg + 4 tablet Etambutol


Streptomisin inj.
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

+ 1000 mg + 5 tablet Etambutol


Streptomisin inj.
Kombipak
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Etambutol Strepto Jml/x
Pengobat Pengobat Isoniasid Rifampisin Pirazinamid misin menelan
an an Tablet Tablet Injeksi obat
@ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg
@ 250 mg @ 400 mg

Tahap
Intenif
(dosis 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 56
harian) gr
1 bulan 1 1 3 3 - 28
-
Tahap
Lanjutan
(dosis 3x 4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
seminggu

Catatan :
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
Pendekatan Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan


penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang
yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan.
Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu.
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral
dari keluarganya.
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja,
dan lingkungan tempat tinggalnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat
dipertanggungjawabkan.
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
Pengaruh Keluarga terhadap
Kesehatan
a. Penyakit keturunan
1. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor
lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya).
2. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan
keluarga).
3. Perlu marriage counseling dan screening

b. Perkembangan bayi dan anak


Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi
yang sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku.
c. Penyebaran penyakit
Penyakit infeksi
Penyakit neurosis

d. Pola penyakit dan kematian


Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka kesakitan
dan kematian.

e. Proses penyembuhan penyakit


Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga
dengan fungsi keluarga yang sehat lebih baik dibandingkan pada
keluarga dengan fungsi keluarga sakit
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas
 No. Rekam Medis : 1920/K/13
 Nama : Tn. Ahmad Nung
 Umur : 64 tahun
 Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 06-02-1952
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : Tidak Bekerja
 Status : Menikah
 Alamat : Lrg. Jayalaksana No.503
Kelurahan 3-4 Ulu Kec.
Seberang Ulu I
 Agama : Islam
SUBJEKTIF

Keluhan Utama

Batuk berdahak sejak satu bulan yang lalu

Keluhan
Tambahan

Berat badan menurun, tidak nafsu makan,


sering berkeringat malam hari
Riwayat Perjalanan Penyakit
mengeluh batuk kering, lama Tetangga os banyak
kelamaan menjadi batuk berdahak yang mengeluh batuk
kental warna hijau, sering berkeringat berdahak yang lama
malam hari, demam malam hari namun tidak ada yang
tidak terlalu tinggi, berat badan berobat
menurun dari 60 kg menjadi 42 kg
dalam 3 bulan, tidak nafsu makan
Berobat ke Puskesmas 4
1 Bulan sebelum Ulu dan disarankan
ke Puskesmas untuk pemeriksaan
dahak  hasil BTA 1+ 
didiagnosis TB Paru dan
4 hari sebelum diberikan pengobatan
TB selama 6 bulan
ke Puskesmas
keluhan batuk
berdahak memberat
dan mengganggu tidur,
keluhan batuk berdarah
disangkal. Penderita
belum pernah berobat
Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluhan seperti ini baru pertama kali dialami
 Riwayat penyakit hipertensi : tidak ada
 Riwayat penyakit DM : tidak ada
 Riwayat penyakit jantung : tidak ada
 Riwayat penyakit ginjal : tidakada
 Riwayat penyakit kuning : tidak ada
 Riwayat penyakit paru : tidak ada.
 Riwayat penyakit lambung : ada
Riwayat Keluarga

Keterangan
Riwayat Higiene
 Pasien mandi dua kali sehari di sungai dan
menggunakan sabun
 Pasien mengganti pakaian setiap hari
 Pasien menggunakan handuk dan pakaian
sendiri, tidak bercampur dengan orang lain
Riwayat Nutrisi
 Pasien biasa makan 3x sehari sebanyak ±
1 piring setiap kali makan. Ikan, tahu, telur
dan sayur merupakan lauk pauk yang
paling sering dikonsumsi oleh pasien dan
keluarga. Pasien terkadang
mengkonsumsi daging, ayam dan buah-
buahan dan susu.
Riwayat Sosioekonomi
 Penderitaadalah anak kedua dari lima
bersaudara. Pasien memiliki 5 orang anak (4
perempuan, 1 laki-laki). Pasien tinggal di daerah
kumuh dan padat penduduk, rumah pasien
berbentuk rumah panggung dengan luas rumah
kurang lebih 8m x 13m, terdapat 2 orang dalam
satu rumah. Lantai, dinding rumah dan atap
terbuat dari papan kayu, terdapat ruang tamu
yang merangkap ruang keluarga, 2 kamar tidur,
satu dapur dan satu kamar mandi yang memiliki
jamban jongkok.
Lanjutan...

 Ventilasi udara kurang baik, terdapat banyak


jendela cukup besar pada rumah ini namun
tidak dibuka untuk keluar masuknya udara,
tidak ada halaman rumah dan rumah langsung
berbatasan dengan rumah penduduk lain.
Kebersihan rumah cukup baik, sering di
bersihkan oleh istri pasien. Limbah rumah
tangga di alirkan ke sungai di dekat rumah.
Tidak terdapat tempat sampah di luar rumah
dan kebersihan lingkungan luar rumah dan
sekitar sangat kurang.
Lanjutan...

 Pasientidak bekerja, pendapatan didapat


dari uang kiriman anaknya. Hubungan
pasien dengan lingkungan sekitar baik.
Persepsi Tentang Diri dan
Kehidupan
 Pasien cukup yakin penyakitnya dapat segera
membaik dan sembuh, kepatuhan serta
dukungan pasien dalam pengobatan dirasa
sudah sangat baik. Pasien berharap obat yang
diberikan dapat menyembuhkan penyakitnya,
sehingga ia tidak akan merepotkan keluarganya
lagi untuk merawatnya
OBJEKTIF

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

 Keadaan sakit : tampak sakit ringan


 Kesadaran : compos mentis
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 82 x/menit, reguler, i/t cukup
 Pernafasan : 20 x/menit, reguler
 Suhu : 37 ° C
 Berat badan : 50 kg
 Tinggi badan : 162 cm
 Status Gizi : Gizi baik
Keadaan Spesifik
Kulit
 Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), striae (-),
ikterus pada kulit (-), sianosis (-), spider nevi (-), pucat pada
telapak tangan dan kaki (-), eritema palmar (-), purpura (-),
pertumbuhan rambut normal, turgor baik .

KGB
 Tidak ada pembesaran KGB pada daerah submandibulla,
leher, subclavicula, axilla, dan inguinal.

Kepala
 Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit ringan, deformitas (-),
rambut hitam tidak mudah dicabut
Lanjutan...

Mata
 Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema
palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera
ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal,
pergerakan mata ke segala arah baik.

Hidung
 Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-
tulang dalam perabaan baik, tidak ditemukan
penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan
cuping hidung (-).

Telinga
 Deformitas (-), nyeri tekan processus mastoideus (-),
pendengaran baik.
Lanjutan...

Mulut
 Thypoid tongue (-), tonsil tidak ada pembesaran,
atrofi papil (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), bau
pernapasan khas (-), faring tidak ada kelainan.

Leher
 JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk (-), pembesaran
kelenjar getah bening tidak ada, pembesaran
kelenjar tiroid tidak ada.

Dada
 Bentuk dada simetris, spider nevi (-), venektasi (-),
nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
Lanjutan...

Paru-paru
 Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri saat
statis dan dinamis, sela iga tidak melebar
 Palpasi : Stem fremitus kanan sama
dengan kiri, nyeri tekan tidak ada
 Perkusi : Sonor pada lapangan paru
kanan dan kiri, batas paru hepar pada
ICS VI
 Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi
(+/+) di apeks, wheezing (-/-)
Jantung
 I : ictus cordis tidak terlihat
 P : ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
 P : batas jantung kiri atas ICS II linea
parasternalis sinistra , batas jantung kanan
atas ICS II linea sternalis dextra, batas
jantung kiri bawah ICS VI linea mid
klavikula sinistra, batas jantung kanan
bawah ICS V linea sternalis dextra.
 A : HR = 82 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Lanjutan...

Abdomen
 I : datar, venektasi (-), caput medusa (-), striae (-)
 P : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
nyeri tekan (+), undulasi (-)
 P : timpani, nyeri ketok (-)
 A : Bising usus normal

Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

Extremitas
 Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5,
nyeri sendi (-), edema (-), jaringan parut (-),
palmar pucat (-),kuku tampak pucat (-), clubbing
finger (-), koilonychia (-), purpura (-),akral hangat
Assesment

Diagnosis Kerja

Tuberkulosis Paru BTA (+) Kasus


Baru
Planning

Penatalaksanaan
Promotif Memberikan informasi mengenai gambaran umum tuberkulosis paru,
bagaimana pengobatannya, sehingga pasien dapat mengerti
bagaimana cara untuk sembuh

Memberikan informasi kepada pasien bahwa pengobatan tuberkulosis


paru membutuhkan waktu yang lama (6 bulan) dan harus disiplin minum
obat, sehingga diharapkan pasien memiliki orang terdekat yang bisa
mengingatkan pasien untuk minum obat teratur

Memberitahukan pasien untuk kontrol rutin ke puskesmas, jangan sampai


putus obat dan menjelaskan kepada pasien tentang efek samping obat
yang mungkin terjadi selama dikonsumsi.
Preventif Mengedukasi pasien untuk membuang dahak tidak sembarangan
karena penularan penyakit TB melalui percikan dahak secara
droplet

Memberitahu pasien untuk memakai masker walaupun di dalam


rumah agar keluarga dan tetangga sekitar tidak tertular

Memberitahu kepada pasien dan keluarga pasien bahwa untuk


peralatan makan seperti sendok, piring dan gelas harus dipisah

Perubahan pola hidup, misalnya untuk tidak merokok, meningkatkan aktifitas fisik
misalnya berolahraga ,jogging, melakukan beberapa aktivitas fisik sesuai kemampuan
minimal 30 menit sehari serta memanfaatkan waktu luang untuk istirahat cukup

Membuka jendela pada pagi hari agar mendapat udara yang


bersih dan segar serta rumah mendapat penerangan yang cukup
Kuratif
Farmakologis
 Minum OAT kategori 1 : (2HRZE/ 4H3R3)

Berat Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Badan tiap hari selama 56 3 kali seminggu selama 16
hari minggu
RHZE RH (150/150)
(150/75/400/275)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Non Farmakologis
 Diet dengan asupan yang cukup dengan
mengkonsumsi makanan tinggi protein,
seperti telor, daging, tahu, tempe.

Rehabilitatif
 Kepatuhan dalam mengkonsumsi OAT,
tidak boleh sampai putus obat
Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

Faktor yang mendukung prognosis


Adanya pengawas minum obat (PMO) dan
kepatuhan pasien minum OAT
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Analisa Kasus
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang

Batuk dahak bulan, BB


turun, tidak nafsu makan, Auskultasi Paru : Ronchi Cek sputum dahak SPS
sering demam dan keringat di apeks kiri dan kanan  BTA 1+, 1+, 1+
malam hari, keluhan baru
pertama kali

Sesuai teori, gejala Sesuai teori, sifat Cek sputum SPS bila
respiratorik dan kuman aerob  positif maka
gejala sistemik daerah predileksi TB menandakan TB
di apeks paru Paru, terapi dengan
OAT selama 6 bulan

TB PARU BTA (+)


KASUS BARU
Karakteristik Demografi Keluarga
Pada Tanggal 4 Mei 2016 dan 7 Mei 2016 dilakukan kegiatan
kunjungan rumah pasien di Lrg. Jayalaksana No. 503 RT/RW
011/003 Kelurahan 3-4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I
Palembang, pukul 13.00 WIB.

Nama Kepala Keluarga : Tn. Ahmad Nung


Alamat lengkap : Lrg. Jayalaksana No. 503 RT/RW
011/003 Kel. 3-4 Ulu
Bentuk Keluarga : Keluarga inti (Nuclear Family)
Nama Kedudukan L/P Umur Pendidi Pekerja
(tahun) kan an

Ahmad Kepala L 64 th Tamat -


Nung keluarga SD
Nuraini Istri P 60 th Tamat IRT
SD
Hasil Kunjungan Rumah
Kondisi Pasien
 Saat kunjungan rumah pertama, keluhan batuk berdahak
pada pasien sudah berkurang, dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan ronchi pada paru kanan dan kiri di bagian apeks.
Pekerjaan
 Pasien berumur 64 tahun dan tidak bekerja lagi.
Lokasi
 Rumah pasien terletak di Lrg. Jayalaksana No. 503 RT/RW
011/003 Kelurahan 3-4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I
Palembang.
Kondisi Rumah
 Letak rumah pasien di lingkungan daerah kumuh, dengan
bangunan bertingkat, dan kepemilikan sendiri. Luas rumah 8m
x 13m. Lantai, dinding dan atap rumah terbuat dari papan
kayu
Pembagian Ruangan
 Untuk pembagian ruangan rumah terdapat ruang tamu
di lantai atas yang bergabung dengan ruang keluarga,
terdapat satu kamar mandi di lantai bawah dengan
bentuk jamban jongkok, 2 kamar tidur. Jendela di
rumah ini cukup banyak dan besar namun jarang
dibuka sehingga sirkulasi udara dirumah ini kurang.

Pencahayaan
 Pencahayaan dirumah ini kurang, jarak antar rumah
warga sangat dekat sehingga mengakibatkan kiri
kanan bangunan rumah ini di kelilingi oleh rumah
warga pula, sehingga cahaya matahari sulit masuk
selain itu juga jendela jarang dibuka.
Sanitasi Dasar
 Sumber Air Bersih
 Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci
berasal dari air sungai di dekat rumah
 Jamban Keluarga
 Pasien memiliki jamban keluarga dirumahnya (WC jongkok)
 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
 Limbah rumah tangga semua disalurkan ke sungai di dekat
rumah. Rumah pasien adalah rumah panggung yang di
bawahnya adalah air yg digenangi oleh sampah dan sangat
kotor.
 Tempat Sampah
 Di luar rumah tidak terdapat tempat pembuangan sampah
 Kandang
 Didalam rumah ini terdapat 1 kandang ayam
Denah rumah
Identifikasi Fungsi Keluarga
 APGAR score Keluarga Tn. Ahmad Nung dinilai
dari 2 anggita keluarga : (10+10) / 2 = 10

Kesimpulan : keluarganya dinilai baik (High


Functional Family)

Dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga


sehat. Waktu untuk berkumpul dengan anggota
keluarga lainnya cukup serta komunikasi tetap
terjaga. Anggota keluarga lainnya juga siap
membantu apabila salah satu anggota keluarga
mengalami masalah.
Fungsi Patologis
Berdasarkan penilaian SCREEM (fungsi
patologis), Keluarga Tn. Ahmad Nung memiliki
fungsi patologis pada indikator economic (+) yang
artinya status ekonomi keluarga ini tergolong
menengah ke bawah.Walaupun kebutuhan pimer
sudah terpenuhi, tetapi kebutuhan sekunder
belum dapat dipenuhi.

Kesimpulan :
Keluarga Tn. Ahmad Nung memiliki permasalahan
dalam bidang ekonomi
Indikator PHBS
 Indikator PHBS pada keluarga hanya
dilakukan sebagian, dan ini masih kurang.
Keluarga ini kurang menjalankan indikator
menimbang balita setiap bulan,
penggunaan air besih, pemberantasan
jintik, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan
merokok di dalam rumah.
Indikator 12 Keluarga Sehat
 Keluarga ini sudah hampir memenuhi
semua indikator keluarga sehat. Pada
keluarga ini indikator penderita TB paru
standar, sarana air bersih, anggota
keluarga yang merokok, dan akses dalam
pelayanan kesehatan jiwa tidak
terpenuhi.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Tatanan Rumah Tangga
Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS
pada pasien ini adalah 11 dan masuk
dalam klasifikasi Sehat III. Keluarga masih
memiliki perilaku sehat
Rencana Pembinaan Keluarga
 Edukasi Terhadap Pasien
 Memberikan edukasi kepada pasien dengan
memberikan informasi dan menjelaskan tentang
penyakit yang diderita, faktor risiko, cara penularan,
gejala, dampak, faktor penyebab, cara pengobatan,
prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap
taat meminum obat dan segera datang ke dokter bila
timbul gejala serupa dikemudian hari atau keluhan
memberat. Memberi penjelasan bahwa pengobatan
akan berlangsung lama dan tidak boleh putus obat
walaupun hanya satu hari, menjelaskan bahwa ada
efek samping obat selama dikonsumsi dan pengaturan
dosis obat hanya boleh diatur oleh dokter
 Memberikan psikoterapi suportif dengan
memotivasi penderita bahwa penyakit ini
dapat disembuhkan apabila pengobatan
berjalan sesuai dengan anjuran (kepatuhan
dalam minum obat) dan makan makanan
bergizi serta tidak lupa berdoa kepada
Tuhan untuk mendapat kesembuhan
Edukasi Terhadap Keluarga

 Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,


kemungkinan penyebab, cara penularan,
dampak, faktor-faktor pemicu kekambuhan, dan
prognosis sehingga keluarga dapat memberikan
dukungan kepada penderita selain itu keluarga
juga dapat memeriksakan diri bila mengalami
gejalan yang sama karena penularan penyakit
ini secara droplet.
 Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan
penderita untuk kontrol rutin dan minum obat
secara teratur (PMO).
Diagnosis Kedokteran Keluarga
(Bentuk, fungsi yang terganggu, faktor-faktor
yang mempengaruhi dan dipengaruhi).
 Bentuk : Keluarga Inti (nuclear family)
 Fungsi Keluarga yang Terganggu: Fungsi
Ekonomi
 Fungsi yang Mempengaruhi : Faktor
lingkungan dan pola hidup
 Faktor yang di pengaruhi : Tuberculosis Paru
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Diagnosis TB Sebagai dokter


Paru layanan primer
dipengaruhi  promotif,
Pendekatan
berbagai preventif,
dokter keluarga
faktor, pada kuratif
diterapkan
kasus ini pola (farmakologi
pada pasien
hidup, dan non-
lingkungan dan farmakologi),
ekonomi rehabilitataif
Saran

Bagi Puskesmas Bagi Penderita dan Keluarga

Diharapkan dapat lebih sering Menerapkan edukasi yang


melakukan pendekatan telah diberikan oleh petugas
kepada masyarakat melalui kesehatan agar pasien dan
edukasi dalam usaha promotif keluarga dapat meningkatkan
dan preventif kesehatan kualitas hidup dan penyakit
masyarakat serta lebih giat pasien tidak menjadi sumber
menindaklanjuti penyakit TB penularan bagi keluarga dan
Paru dalam hal pengobatan tetangga sekitar
dan pencarian pasien di
lapangan (kunjungan ke
rumah-rumah)
TERIMA KASIH

You might also like