You are on page 1of 35

Konsep-konsep dalam Analisis Kebudayaan

Sistem budaya (cultural system)


 Komponen abstrak dari kebudayaan yang terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan,
konsep, tema berfikir dan keyakinan. Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah
adat istiadat. Sistem ini lebih berfungsi untuk menata dan mengarahkan
tindakan manusia.
Sistem sosial (social system)
 Terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia atau tindakan dan tingkah laku dalam
berinteraksi antar individu maupun antar kelompok dalam bermasyarakat.
Sistem ini bersifat lebih kongkret dalam arti bisa diobservasi secara langsung
dan berfungsi sebagai pedoman atau acuan dlm bertingkah laku.
Lanjutan .....

• Sistem kepribadian (personality system)


• Berisi isi jiwa dan watak dari individu yang berinteraksi sebagai warga
masyarakat. Kepribadian masing-masing individu distimulasi dan
dipengaruhi oleh nilai dan norma dalam sistem budaya dan pola
bertingkah laku dalam sistem sosial
• Sistem organisme (organic system)
• Seluruh kerangka yg didalamnya terdapat proses biologis dan biokimia
dalam organisme manusia sebagai salah satu makhluk hidup di alam yang
nantinya akan mempengaruhi kepribadian, pola tindakan dan gagasan-
gagasan dari manusia
Relasi antar Konsep

• Pada mulanya manusia akan selalu melakukan adaptasi dengan


lingkungannya dalam sebuah sistem organisme yang hal ini
nantinya juga akan mempengaruhi sistem kepribadian, sistem
sosial dan sistem budaya
• Manusia dalam perjalanan hidupnya akan berusaha untuk
mempelajari dan menyesuaikan dirinya dengan sistem budaya
(enkulturasi) dan sistem sosial (sosialisasi) sehingga
membentuk sistem kepribadian dalam dirinya (proses
internalisasi)
Proses-proses Belajar Kebudayaan

Proses internalisasi
 Merupakan proses panjang sejak individu lahir sampai meninggal
dimana dia akan selalu belajar menanamkan dalam kepribadiannya
segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang diperlukan sepanjang
hidupnya dari apa-apa yang ada disekitarnya , baik yang abstrak
maupun yang konkret.
Proses sosialisasi
 Proses dimana individu belajar , memahami dan meniru sistem sosial
yang ada yang meliputi pola-pola tindakan dalam interaksi antar
individu maupun kelompok disekelilingnya yang menduduki beraneka
macam status dan peran sosial dalam kehidupan.
Lanjutan.....

• Proses enkulturasi
• Proses dimana seorang individu mempelajari dan menyesuaikan
alam fikiran serta sikapnya dengan sistem budaya (adat, nilai,
norma dan peraturan yang ada)
• Individu yang mengalami hambatan dalam menjalani proses
internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi akan menyebabkan dia
tidak bisa menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial,
kaku dalam pergaulan dan menghindari serta terkadang melanggar
norma dan aturan yang berlaku (deviants).
Inovasi

Merupakan suatu proses pembaruan dalam penggunaan


sumber-sumber alam, energi , modal, teknologi dan tata aturan
tenaga kerja sehingga menyebabkan munculnya sistem produksi
dan produk-produk baru.
Proses inovasi sangat tergantung dengan adanya sebuah
penemuan baru dalam teknologi yang meliputi :
 Discovery : merupakan suatu penemuan dari unsur kebudayaan baru baik
berupa alat maupun ide yang diciptakan oleh individu maupun kelompok
individu
 Invention : merupakan sebuah discovery yang sudah diakui, diterima dan
ditetapkan oleh masyarakat
Lanjutan…

 Faktor pendorong terjadinya inovasi :


 Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan
 Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan
 Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalm masyarakat
 Krisis yang menimpa masyarakat dalam berbagai hal
 Proses inovasi biasanya berupa rangkaian panjang yang dimulai dari
penemuan2 kecil yang kemudian secara akumulatif menjadi sebuah penemuan
besar oleh beberapa pencipta.
 Dalam hal ini inovasi juga dapat dikategorikan sebagai sebuah proses evolusi,
hanya kadang kadang inovasi ini berjalan lebih cepat dibanding evolusi.
Penyebaran Kebudayaan (Difusi)

Melalui kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu


tempat ke tempat lain
Melalui bepergiannya sekelompok manusia ke tempat lain yang
jauh dalam jangka waktu tertentu (berdagang, melancong)
Melalui pertemuan-pertemuan antara individu dalam satu
kelompok manusia dengan individu dari kelompok lain
Penyebaran kebudayaan dapat berlangsung damai artinya diterima
tanpa paksaan dan saling menguntungkan, namun dapat pula
dilakukan secara paksaan misalnya karena peperangan atau
penaklukan
Akulturasi

Merupakan sebuah proses sosial yang timbul ketika satu


kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu bertemu atau
berhadapan dengan kebudayaan asing sedemikian rupa
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaannya sendiri
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memahami proses
akulturasi meliputi (5 hal): kondisi masyarakat sebelum
akulturasi, individu2 yang membawa kebudayaan asing, saluran
atau media akulturasi, bagian atau unsur masyarakat yang
terpengaruh, dan reaksi para individu yang terkena pengaruh
Asimilasi

Merupakan sebuah proses sosial dimana kelompok2 manusia


dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda saling bergaul
secara intensif dalam waktu yang lama sehingga kebudayaan
dari masing-masing kelompok tadi berubah sifatnya yang khas
dan unsur-unsur kebudayaannya juga berubah menjadi unsur-
unsur kebudayaan campuran.
Proses ini biasanya terjadi saat bertemunya kelompok
mayoritas dan minoritas, yang mana kebudayaan dari kelompok
minoritas tersebut lambat laun kehilangan kepribadian
kebudayaannya dan masuk ke dalam kepribadian kebudayaan
mayoritas.
GEGAR BUDAYA

Ketidaksiapan sebuah masyarakat untuk menerima kebudayaan baru dalam


kehidupannya, sehingga pada akhirnya malah menimbulkan ketidakharmonisan
dan ketidaknyamanan dalam kehidupan bermasyarakat atau menyebabkan
kekacauan serta kemunduran budaya.
Contohnya adalah ketika masuknya budaya :
 INDIVIDUALISME
 HEDONISME
 KONSUMERISME
 SEKULARISME
Kearifan Lokal

Yaitu gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan


setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local
genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh
Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar
pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986)
Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41)
mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local
genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai
sekarang.
• Sartini (2004) menjelaskan kearifan lokal terbentuk karena adanya
hubungan tradisional dengan ekosistem sekitarnya. Mereka memiliki
sistem kepercayaan, hukum dan pranata adat, pengetahuan dan cara
mengelola sumberdaya alam secara lokal.
• Sebagai suatu komunitas mereka memiliki ketergantungan dan keyakinan
rohani terhadap ekosistem setempat sehingga pengelolaannya dilakukan
dengan aturan-aturan yang ketat, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal
merupakan suatu produk historis masyarakat dalam rangka adaptasi
dengan lingkungannya.
• Ciri-cirinya adalah:
1. mampu bertahan terhadap budaya luar,
2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya
luar,
3. memunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke
dalam budaya asli,
4. memunyai kemampuan mengendalikan,
5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
6. ditaati oleh seluruh warga masyarakat sebagai pedoman
dalam bertingkah laku
Contoh dan Fungsi Kearifan Lokal

• Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain;


1. Tata kelola,berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial
(kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisional yang
mengatur etika.
3. Tata cara dan prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk
melestarikan alam.
• Fungsi kearifan lokal, yaitu;
1. Pelestarian alam,seperti bercocok tanam.
2. Pengembangan pengetahuan.
3. Mengembangkan SDM.
Kearifan Lokal terkait dgn SDA

• 1. Papua. Terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah


aku). Gunung Erstberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepala
mama, tanah dianggap sebagai bagian dari hidup manusia.
Dengan demikian maka pemanfaatan sumber daya alam secara
hati-hati.
• 2. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh
Jawa Barat. Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu,
sehingga pemanfaatan hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan
eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh adat.
• 3. Masyarakat dayak memiliki beberapa keyakinan:
• Alam semesta beserta isinya bukanlah benda mati semata, mereka semua
memiliki semacam “roh” yang disebut “gana”.
• Oleh karena itu semua yang ada di alam ini (flora dan fauna) memiliki hak
untuk diperlakukan dengan baik
• Ketika terjadi bencana misalnya seseorang meninggal karena tertimpa pohon,
maka segera masyarakat akan melakukan ritual namanya “mangayau kayu”
yang bertujuan untuk menyelaraskan kembali hubungan yang terciderai antara
manusia dengan ciptaan Tuhan lainnya.
• Masyarakat dayak selalu memiliki hutan cadangan (pukung pahewan) sebagai
penyangga keanekaragaman hayati dan cadangan bagi generasi yang akan
datang.
4. Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. Terdapat tradisi tana‘ ulen.
Kawasan hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat.
Pengelolaan tanah diatur dan dilindungi oleh aturan adat.
5. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Masyarakat ini
mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang
pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan
memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan
menetapkan masa bera, dan mereka mengenal tabu sehingga
penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian
sederhana dan ramah lingkungan.
Sumardi, dkk. (1977), Kasus di Desa Hargorejo, Kokap,
Kab. Kulonprogo

Mereka pada akhirnya menyimpulkan bahwa kelestarian hutan


sangat berkaitan erat dengan adanya kepercayaan dan tata nilai
adat yang dimiliki masyarakat.
Tata nilai adat masyarakat mampu mengendalikan dan
mengarahkan tindakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan di
sekeliling mereka.
Upaya pelestarian lingkungan dan hutan diwilayah ini selalu
berjalan dengan baik karena dari awal masyarakat telah memiliki
tata nilai dan pola kebudayaan yang baik terutama yang berkaitan
dangan hubungan antara manusia dgn alam.
Erick Lobja (2003), Kasus di Pulau Kei,
Maluku Tenggara

Tahapan kegiatan perladangann Orang Kei :


 Pemilihan lokasi
 Penebasan lokasi
 Penebangan pohon-pohon besar
 Pembakaran ladang (0,5 – 2 ha)
 Pembersihan sisa2 pembakaran
 Penanaman tanaman (ketela pohon (enbal), pisang)
 Penyiangan dan pemeliharaan tanaman
 Panen hasil
Klasifikasi lahan :
 Kawasan ohoi (perkampungan)
 Kawasan perladangan (ohoimurin, wirin)
 Kawasan hutan primer dan lindung (hungan vat, warain)
 Kawasan meen (tempat pohon sagu)
Lanjutan …..

Kerusakan hutan di Kecamatan Kei Kecil disebabkan karena :


sistem perladangan berpindah yang tidak berkelanjutan, dan
pengambilan kayu yang berlebihan utk konsumsi pertukangan,
serta penurunan kesuburan lahan
Penurunan kesuburan lahan dikarenakan rotasi atau siklus
perladangan yang semakin pendek sehingga terjadi pengurasan
hara oleh tanaman yang berimplikasi pada menurunnya hasil
perladangan.
Di satu sisi, kebutuhan ekonomi keluarga makin meningkat
sehingga beberapa warga memilih alternatif untuk mengambil
kayu utk dijual ato dijadikan bahan dasar industri pertukangan
Lanjutan…

 Kegagalan dalam usaha pelestarian hutan di Kecamatan Kei Kecil


dikarenakan :
 Kurangnya kegiatan reboisasi dan rehabilitasi oleh pemerintah
 Tidak ada upaya penanggulangan perladangan yang tak berkelanjutan dan
penebangan liar
 Tidak ada penyuluhan tentang mengelola dan memanfaatkan hutan dgn baik
dari pihak lain (dishut ato LSM) dan minimnya informasi dari media yang bisa
diakses masyarakat
 Nilai-nilai budaya lokal atau aturan adat dalam pengelolaan hutan mulai
ditinggalkan terutama aturan2 pada kawasan hutan primer( warain vaweon),
hutan produksi tetap(warain) dan hutan sagu(meen), yaitu bahwa kawasan2
tersebut sekarang telah diolah untuk perladangan dan diambili kayunya
untuk diperjualbelikan
Perubahan Budaya Masyarakat kaitannya dengan
Pengelolaan dan Pemanfaatan SDH

 Sebelumnya Michael Dove menyatakan: jika suatu


masyarakat masih taat pada aturan adatnya dalam
melakukan perladangan dan intervensi teknologi oleh
pengusaha kayu minimal, maka kegiatan perladangan
tersebut tidak akan merusak hutan.
 Tesis Michael Dove (1988) yg menyatakan bahwa sistem
perladangan berpindah pada masyarakat Dayak Kantu telah
berubah ditandai dengan runtuhnya rumah panjang
komunitas lokal.
 Perubahan itu juga ditandai dengan runtuhnya organisasi
sosial, struktur sosial, dan sistem pertanian tradisional
(dijelaskan lbh lanjut oleh Bpk. Djuwadi)
MODAL SOSIAL (Social Capital)

 Coleman (1990) menjelaskan bahwa modal sosial


(social capital) merupakan struktur hubungan atau
relasi diantara dua atau banyak aktor yang
mendorong terjadinya kegiatan-kegiatan produktif.
Modal sosial memicu munculnya aktifitas bersama
dengan biaya yang sangat murah dan memfasilitasi
adanya kerjasama antar aktor tersebut.
 Ada beberapa kategori atau diskripsi mengenai
modal sosial, tetapi paling tidak ada 4 hal yang
menjadi aspek pokok, yaitu : (1) relasi kepercayaan,
(2) hubungan timbal balik dan pertukaran, (3) tata
aturan, norma dan sanksi bersama, (4)
keterhubungan, jaringan dan organisasi atau
kelompok (Pretty & Ward, 2001).
Pengelolaan Hutan dan Modal Sosial

 Birner dan Wittmer (2000), menjelaskan tentang bagaimana


memilih institusi yang optimal dalam pengelolaan sumberdaya
alam berdasarkan kondisi objektif kapabilitas negara dan
kekuatan modal sosial dalam masyarakat.
– Pertama, jika kapabilitas negara rendah dan modal sosial
juga rendah, maka sistem kontrak pengelolaan seperti
model Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah pilihan
institusi yang tak terelakkan.
– Kedua, jika kapabilitas negara tinggi sementara modal sosial
rendah, maka model public sector management (BUMN)
adalah pilihan terbaik.
– Ketiga, jika kapabilitas negara rendah sementara modal
sosial tinggi, maka model community based management
(pengelolaan berbasis masyarakat) adalah pilihan optimal.
– Keempat, jika kapabilitas negara dan modal sosial sama-
sama tinggi, maka model co-management (pengelolaan
bersama) adalah solusi kelembagaan terbaik.
Etnobotani: Definisi

Etnobotani akar katanya berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari


kata ethnos yang berarti bangsa dan botany yang berarti
tumbuh-tumbuhan.
Etnobotani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dan tumbuhan.
Menurut Martin (1998) etnobotani merujuk pada kajian
interaksi antara manusia dengan tumbuhan. Kajian ini
merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian
pengetahuan botani tradisional yang dimiliki oleh masyarakat
setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi,
kajian etnoantropologi, etnoekonomi, kajian etnolinguistik, dan
kajian etnoekologi.
Lanjutan….

Menurut Hadi (2006) ada beberapa definisi etnobotani yang


dipaparkan oleh beberapa penulis, antara lain:
 Hough (1898), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tumbuh-
tumbuhan dalam hubungannya dengan budaya manusia (dalam Chandra,
1990)
 Jones (1941), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia yang primitif dengan tumbuh-tumbuhan (dalam Plotkin, 1988)
 Schultes (1967), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan
manusia dengan vegetasi di sekitarnya (dalam Schultes, 1989)
 Ford (1980), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari penempatan
tumbuhan secara keseluruhan di dalam budaya dan interaksi langsung
manusia dengan tumbuhan
Pentingnya Kajian Etnobotani

Studi etnobotani menjadi suatu studi yang sangat penting


untuk terus dikembangkan mengingat begitu banyaknya
suku atau masyarakat etnis di Indonesia yang memiliki
pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan.
Pengetahuan lokal yang juga disebut dengan indigenous
knowledge sangat penting keberadaannya dalam
memperkaya ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah
pengetahuan mengenai pengelolaan sumberdaya alam yang
dapat dijadikan sebagai referensi di dalam mengelola
sumberdaya alam dan juga sumberdaya hutan secara efisien
dan lestari
Lanjutan ….

Perkembangan zaman menimbulkan pertumbuhan penduduk


dan perkembangan iptek. Perkembangan zaman juga akan
mempengaruhi keberadaan tumbuhan dan pemanfaatannya,
sehingga muncul kekhawatiran akan adanya degradasi
kebudayaan maupun keanekaragaman sumberdaya hutan.
Studi etnobotani harus berlomba dengan perkembangan zaman
agar pengetahuan lokal dapat terdokumentasikan sebelum
mengalami distorsi dan kepunahan. Kekayaan pengetahuan lokal
diharapkan dapat diwariskan di kemudian hari demi mencapai
pengelolaan sumberdaya alam dan hutan yang baik agar berguna
bg peningkatan kesejahteraan masyarakat hukum adat pada
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Riset tentang Etnobotani

• Studi etnobotani di Karimunjawa (2008, Listiani, dkk)


menemukan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh manusia :
bahan bangunan (39,8%), kerajinan (5,1%), meubel (3,4%), bahan
baku kapal (2,8%), obat-obatan (1,7%).
• Tahun 2007 menemukan jenis tumbuhan jalukap untuk obat luka,
batuk darah dan racun ikan alami, di Desa Haratai pada
masyarakat Suku Dayak
• Tahun 1996,penelitian etnobotani di Tasikmalaya, Jabar
menghasilkan 39 varietas pisang dan 54 jenis tanaman obat yang
sering dimanfaatkan oleh masyarakat (Suhandono, 1996)
Riset tentang Etnobotani

Etnografi di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan


Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, sekitar 65 km dari
Denpasar.
Masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan merupakan
masyarakat yang masih mempertahankan adat istiadatnya dalam
mengelola sumberdaya alam yang telah diwariskan secara turun
temurun. Desa ini memiliki hutan adat yang merupakan salah
satu artefak kebudayaan.
Oleh sebab itu, masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan
memiliki potensi yang besar untuk digali pengetahuannya,
terutama pengetahun tradisional mengenai pemanfaatan
berbagai jenis tumbuhan serta pengetahuan dalam mengelola
hutan.
Temuan

Terdapat puluhan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan


dan dibudidayakan oleh masyarakat untuk berbagai hal
dalam kehidupannya, yaitu untuk makanan dan minuman,
ritual (magis), obat-obatan, kayu perkakas dan bangunan,
serta untuk kerajinan dan kesenian
Kearifan lokal dalam pengelolaan hutan adat :
 Status kepemilikan lahan dan hutan
 Awig-awig dalam pengelolaan hutan adat
 Adanya pohon magis
 Kemandirian pengelolaan hutan adat oleh pemerintah adat
 Kain geringsing
Kisi kisi
• Hutan negara dikelola oleh negara dan direncanakan malah rusak, tp
hutan rakyat yang tidak direncanakan malah muncul menjadi idola atau
sesuatu yang dikatakan berhasil (hakekat salah urus)
• Antropologi lebih luas dari dari etnografi (bicara kebudayaan dari etnis
tertentu)
• Lebih banyak bicara dengan studi kasus
• Secara antropoekol, pengelolaan ada dua sisi :
• Hph : semua perladangan salah
• Masyarakat : perladangan adalah way of life
• Perladangan :
• Teknologi (slash & burn) produk kebudayaan
• Property (tata ruang/hak atas tanah)
• Kemajuan teknologi karena sda terbatas, kebutuhan meningkat, lalu
mereka mengintensifikasi, bukan ekstensifikasi spt pada perladangan
• Perlu input dan intervensi pemerintah untuk merubah pola perladangan
ke pola sawah (intensifikasi)
• Baca sosiologi pengetahuan deforestasi, bagian akhir, perladangan
• Cara masyarakat menanam, memanfaatkan hutan, mempertahankan
hidupnya
• Cari di google : Vayda
• Apakah budaya masyarakat etnis itu dibiarkan seperti aslinya ataukah
perlu diintervensi agar lebih adaptif (ada perdebatan padanya)
• Tradisional people (blm tentu indigenous), indigenous people (sejak
asal musal lahir disitu contoh baduy), local people (kumpulan orang
disatu tempat/lbh terbuka)

You might also like