You are on page 1of 36

Sofyan Musyabiq Wijaya, S.Gz, M.

Gizi
FK Unila 2016
Bag. IKKOM dan IKM
Pendahuluan

Source : Data BNPB


 Posisi wilayah Indonesia, secara geografis dan demografis rawan
terjadinya bencana alam dan non alam seperti gempa tektonik,
tsunami, banjir dan angin puting beliung.
 Dampak bencana  terjadinya kedaruratan di segala bidang
termasuk kedaruratan situasi masalah kesehatan dan gizi.
Meeting Urgent Need
Meeting Urgent Need
Dampak Bencana Alam
 Rusaknya sarana dan pra sarana seperti pemukiman,
bangunan sarana transportasi dan lainnya
 Permasalahan kesehatan antara lain:
1. Permasalahan gizi
2. Terbatasnya air bersih
3. Sanitasi lingkungan menjadi buruk
Masalah Gizi
1. Bayi dan balita  tidak mendapatkan ASI karena terpisah
dari orang tua
2. Kesediaan bahan makanan karena akses , bantuan yang
tidak memadai, dan asupan yang tidak bervariasi
3. Bantuan makanan yang kadaluarsa, label yang tidak jelas,
dan tidak ada pencantuman logo halal
4. Bantuan botol susu dan susu formula yang melimpah

Jumlah Angka Kematian ↗↗


(kematian balita lebih besar 2-3 kali
dibandingkan semua kelompok umur)

Penanganan gizi dalam situasi bencana


menjadi bagian penting untuk menangani
pengungsi secara cepat dan tepat.
Ruang Lingkup Penanganan Gizi
A. Pra Bencana
B. Tahap Tanggap Darurat
1. Tahap Tanggap Darurat Awal
2.Tahap Tanggap Darurat Lanjut
C. Pasca Bencana
Pra Bencana
 Definisi = Kegiatan antisipasi terjadinya bencana dan
mengurangi risiko dampak bencana.
 Kegiatan =
1. sosialisasi dan pelatihan petugas seperti manajemen gizi
bencana,
2. penyusunan rencana kegiatan gizi,
3. konseling menyusui,
4. konseling Makanan Pendamping Air
5. Susu Ibu (MP-ASI),
6. pengumpulan data awal daerah rentan bencana,
7. penyediaan bufferstock MP-ASI,
8. pembinaan teknis dan pendampingan kepada petugas
terkait dengan manajemen gizi bencana
Situasi Keadaan Darurat Bencana
1. Siaga Darurat
 Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai
dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan
gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada

2. Tanggap Darurat
 Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan
dalam 2 (dua) tahap

a. Fase I Tanggap Darurat Awal


 Korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian,
 Petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara lengkap,
 Bantuan pangan sudah mulai berdatangan
 Adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan
Fase 1 Tanggap Daruat
Lamanya fase di daerah bencana yaitu maksimal sampai
3 hari setelah bencana.
Pada fase ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Memberikan makanan yang bertujuan agar
pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan
status gizinya
2. Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
3. Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
 Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban
bencana mempertimbangkan hasil analisis RHA dan
standar ransum.
Tanggap Darurat Awal
1. Menghitung kebutuhan gizi
Analisis TRC pengelompokan umur  memenuhi kebutuhan (E
2100kkal, 50 gr protein, 40 gr lemak)

2. Pengelolaan penyelenggaraan Makanan


a. Tempat pengolahan
b. Sumber bahan makanan
c. Petugas pelaksana
d. Penyimpanan bahan makanan basah
e. Penyimpanan bahan makanan kering
f. Cara mengolah
g. Cara distribusi
h. Peralatan makan dan pengolahan
i. Tempat pembuangan sampah sementara
j. Pengawasan penyelenggaraan makanan
k. Mendistribusikan makanan siap saji
l. Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban
bencana dari dampak buruk akibat
m. bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-lain
Tanggap Darurat Lanjut
 Tahap tanggap darurat lanjut dilaksanakan setelah tahap
tanggap darurat awal
 Lamanya tahap tanggap darurat lanjut tergantung dari
situasi dan kondisi setempat di daerah bencana

 Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini meliputi:


1. A n a l i s i s f a k t o r penyulit berdasarkan hasil Rapid
Health Assessment (RHA)
2. Pengumpulan data antropometri balita (berat badan,
panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu
menyusui (Lingkar Lengan Atas).
Tanggap Darurat Lanjut
 Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB
<-2SD) dan jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA
<23,5 cm)
 Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian
diare, campak, demam berdarah dan lain-lain.
Transisi Darurat
 Keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi
 Disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada
 Dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap
darurat
Pasca Bencana
 melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai
bagian dari surveilans  mengetahui kebutuhan yang
diperlukan (need assessment)  melaksanakan
kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut
Tata Laksana
 Pengelola kegiatan gizi Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota merupakan bagian dari tim
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
yang dikoordinasikan Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan (PPKK), PPKK Regional dan Sub regional,
Dinas Kesehatan Provinsi serta kabupaten dan Kota.
Tata Laksana
a. Penghitungan kebutuhan ransum;
b. Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak;
c. Penyusunan menu untuk kelompok rentan;
d. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari
persiapan sampai pendistribusian;
e. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk
bantuan susu formula bayi;
f. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi
pengungsi khususnya balita dan ibu hamil;
g. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil
surveilans gizi;
h. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui
dan konseling MP-ASI;
i. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita
dan tablet besi untuk ibu hamil);
Penanganan Gizi Kelompok
Rentan
 Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 Bulan
Prinsip Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
 Pemberian ASI pada bayi/baduta sangat penting tetap diberikan
 harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu
 Institusi penyelenggara PMBA adalah Pemerintah Daerah yang
dibantu oleh Dinas Kesehatan setempat
 PMBA harus di integrasikan pada pelayanan kesehatan ibu, bayi
dan anak
 Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian cepat untuk
mengidentifikasi keadaan
 Ransum pangan harus mencakup kebutuhan makanan yang
tepat dan aman
 Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak
termasuk dalam pengadaan ransum.
Penanganan Gizi Anak Balita 24-59
Bulan
 Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang
penyiapannya menggunakan air, penyimpanan yang
tidak higienis
 Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian
makanan disesuaikan dengan kemampuan tenaga
pelaksana.
 Pemberian kapsul vitamin A
 Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari
makanan keluarga yang tinggi energi, vitamin dan
mineral.
Penanganan Gizi Ibu Hamil dan
Ibu Menyusui
 Ibu hamil dan menyusui, perlu penambahan energi
sebanyak 300 kkal dan 17 g protein, sedangkan ibu
menyusui perlu penambahan energi 500 kkal dan 17 g
protein
Penanganan Gizi Lanjut Usia
 Perlu Makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan
mudah dicerna
 Harus memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis
agar makanan yang disajikan dapat dihabiskan
 Dapat diberikan bubur atau biskuit
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
 Pra Bencana
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan penanganan gizi
dalam situasibencana
b. Tersedianya rencana kegiatan antisipasi bencana
(rencana kontinjensi)
c. Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan petugas
d. Terlaksananya pembinaan antisipasi bencana
e. Tersedianya data awal daerah bencana
 Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat
Lanjut
a. Tersedianya data sasaran hasil RHA
b. Tersedianya standar ransum di daerah bencana
c. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
d. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita
(BB/U, BB/TB dan TB/U)
e. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu
hamil dan ibu menyusui (LiLA)
f. Terlaksananya konseling menyusui
g. Terlaksananya konseling MP-ASI
h. Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI di
daerah bencana
i. Tersedianya kapsul vitamin A di daerah bencana
j. Terlaksananya pemantauan bantuan pangan dan susu
formula
 Pasca Bencana
a.Terlaksananya pembinaan teknis pasca bencana
b.Terlaksananya pengumpulan data berkembangan
status gizi korban bencana.
c.Terlaksananya analisis kebutuhan (need assessment)
kegiatan gizi pasca bencana
Model of a food service System
(Sullivan Chaterine)
Suprasystem

Foodservice system

Finance
Food
service
Personel
ystem
MENU

Food
Production Equipment
Food
Purchasing

You might also like