You are on page 1of 47

Sefalgia sekunder dengan

Meningitis TB
Diravita Caroline
112016363

Dosen pembimbing:
Dr. Dini Adriani, Sp.S
Identitas Pasien
• Nama : Ny. A
• Umur : 49 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status Perkawinan : Menikah
• Pendidikan : SD
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Kp. Kepupu RT 003/004
• No RM : 00-28-15-62
Perjalanan penyakit saat ini
• Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RS dengan keluhan sakit kepala yang
sudah berlangsung kurang lebih 2 bulan SMRS. Keluhan sakit
kepala yang dirasakan di bagian belakang kepala dan tidak
menjalar ke bagian yang lainnya. Pusing dirasakan berdenyut
pada seluruh kepala dan dirasakan terus-menerus sepanjang hari
namun pasien masih dapat beraktivitas. Nyeri kepala tidak
membaik jika pasien istirahat atau tidur. Nyeri yang dirasakan
datang tanpa adanya pencetus. Durasi sakit kepala bisa
mencapai 7 hari. Keluhan disertai adanya demam (+) dan terasa
pegal pada bagian leher dan mata. Pasien mengatakan keluhan
mual,muntah, keluar air mata disangkal. Keluhan tidak disertai
pusing berputar, demam, penglihatan ganda, ataupun silau. BAB
dan BAK dalam batas normal.
RPS
• Os telah mengonsumsi obat untuk keluhan ini dengan
menggunakan obat paramex namun keluhan tidak
menghilang, justru dirasakan semakin buruk. Hal ini bukan
pertama kali dirasakan oleh Os. Keluhan tidak berkurang
dengan istirahat dan memburuk dengan aktivitas. Os
memiliki riwayat sakit hipertensi sejak 5tahun lalu dan pada
saat sakit kepala ini datang, Os minum obat sakit kepala dan
obat tekanan darah tingginya.
• Os mengeluh mual dan muntah. Os mengatakan muntahan
hanya berisi air liurnya saja. Os mengaku bahwa Os
mengalami penurunan nafsu makan namun tidak terjadi
penurunan berat badan. Keluhan demam tidak ada. Nyeri
menelan tidak ada.
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (-) Diabetes Melitus (-) Alergi (-)
Keganasan (-)
Kejang (-) Stroke (-) TBC (-)
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah dirawat di RS Bhakti Yudha pada tanggal 5
Juni 2018 dengan penyakit Meningitis TB grade 1.
Hipertensi (+) DM (-) Alergi (-) Keganasan (-)
Batuk berdarah (+) tahun 2015
• Riwayat Sosial Ekonomi Pribadi:
Kesan keadaan sosial ekonomi pasien: menengah
Pemeriksaan Objektif
• OBJEKTIF
1. Status Presens
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS: E4M6V5=15
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,6°c
Pernapasan : 22 x/menit
Gizi : Lebih
Warna kulit : Sawo matang
Kuku : Sianosis (-), CRT < 2 detik
Kepala : Normocephali, simetris
Mata : Edema palpebra -/-, CA -/-, SI -/-
Pupil bulat isokor 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Jantung : BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Perut : Bising usus (+), NTE (-), tidak teraba pembesaran hepar
dan lien
Ekstremitas : Edema -/-
Pemeriksaan Objektif
• 2. Status Psikikus
Cara berpikir : Baik
Perasaan hati : Normotim
Tingkah laku : Aktif
Ingatan : Baik

• 3. Status Neurologikus
Kepala
Bentuk : Normocephali
Nyeri tekan : tidak ada
Simetris : kanan sama dengan kiri
Pulsasi : Tidak teraba
Leher
Sikap : Simetris
Pergerakan : normal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski : (-)
Laseque : >70o / >70o
Kernig : >135o/ >135o
Pemeriksaan Objektif
• Nervus kranialis

N II : pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL


+/+
N III, IV, VI : diplopia -/-, jerky -/-
N VII : dapat mengerutkan dahi, menutup mata,
menggembungkan pipi dan menyeringai
NX : uvula ditengah
N XII : lidah ditengah, deviasi (-)

• Motorik
Anggota gerak atas: 5555/5555
Anggota gerak bawah: 5555/5555
Pemeriksaan Objektif
• Refleks fisiologis
– Biseps: ++/++
– Triceps: ++/++
– KPR: ++/++
– APR: ++/++
• Refleks patologis
– Babinski -/-
– Chaddock -/-
– Schaeffer -/-
– Oppenheim -/-
– Gordon -/-
Pemeriksaan Penunjang
• Darah Rutin
Hemoglobin 13,6 g/dl
Leukosit 16,4 ribu/mm3
Hematokrit 45 %
Trombosit 544 ribu/mm3
• Kimia Darah

Diabetes Melitus
Ureum 24 mg/dL
Kreatinin 0,85 mg/dL
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Warna Merah muda

Kejernihan Keruh

Protein 42 <50 mg/Dl

Jumlah sel 43 0-5/µL

Glukosa 70 50-80 mg/dL

Rx. None (-) (-)

Rx. Pandy (-) (-)

PMN 49%

MN 51%
Ringkasan
S:
Pasien datang ke RS dengan keluhan sakit kepala yang sudah
berlangsung kurang lebih 2 bulan SMRS. Keluhan sakit kepala yang dirasakan
di bagian belakang kepala dan tidak menjalar ke bagian yang lainnya. Pusing
dirasakan berdenyut pada seluruh kepala dan dirasakan terus-menerus
sepanjang hari namun pasien masih dapat beraktivitas. Nyeri kepala tidak
membaik jika pasien istirahat atau tidur. Nyeri yang dirasakan datang tanpa
adanya pencetus. Durasi sakit kepala bisa mencapai 7 hari. Keluhan disertai
adanya demam (+) dan terasa pegal pada bagian leher dan mata. Pasien
mengatakan keluhan mual,muntah, keluar air mata disangkal. Keluhan tidak
disertai pusing berputar, demam, penglihatan ganda, ataupun silau. BAB dan
BAK dalam batas normal. Pasien merupakan post rawat inap di RS Bhakti
Yudha pada tanggal 4 Juni 2018 dengan penyakit Meningitis TB grade 1. . Ada
riwayat batuk berdarah pada tahun 2015, darah berwarna segar, keringat
malam (+), pasien pernah berobat paru diklinik selama 3 minggu, namun
setelah itu pasien tidak mau berobat lagi, dan menghentikan pengobatan.
Riwayat hipertensi(+).
Ringkasan
O:
Dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan, didapatkan
kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5, TD: 140/90 mmHg,
nadi: 96x/ menit, suhu 36,60C, pernapasan 22x/ menit. Pada
pemeriksaan fisik secara umum tidak ditemukan kelainan dan
pemeriksaan rangsang meningeal tidak menunjukkan
kelainan. Pada pemeriksaan saraf kranialis tidak dijumpai
kelainan. Hasil pemeriksaan motorik didapati kekuatan
motorik ekstremitas atas kiri dan kanan serta ekstremitas
bawah kiri dan kanan tidak mengalami penurunan kekuatan.
Pemeriksaan refleks fisiologis untuk refleks biseps, triceps,
KPR, dan APR pada kanan dan kiri normal, tidak ada refleks
patologis pada pasien. Dari hasil pemeriksaan penunjang,
untuk pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis. Hasil
analisa cairan otak/LCS berupa warna keruh dan peningkatan
jumlah sel.
Diagnosis

• Diagnosis Klinis : Non medikamentosa:


Cephalgia, batuk Tirah baring (rawat inap)
Observasi keadaan umum, kesadaran dan
berdarah, LCS keruh, tanda-tanda vital, dan status neurologis
hipertensi
• Diagnosis Topis : Medikamentosa:
INH 1 x 400 mg
Meningen Rifampisin 1 x 600 mg
• Diagnosa Etiologis : Pirazinamide 1 x 1000 mg
Infeksi kuman Etambutol 1 x 750 mg
Mycobacterium Paracetamol 3x500
Deksametason 1 amp IV
tuberculosis
• Diagnosis Patologis :
Inflamasi selaput otak
Prognosis
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Fungtionam : dubia ad bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam
Tinjauan
Pustaka
DEFINISI
CEPHALGIA
Nyeri kepala atau cephalgia merupakan rasa nyeri atau rasa tidak
enak pada daerah atas kepala kepala yang kadang dapat
menyebar ke wajah, gigi, rahang, kuduk, dan leher.

Semua jaringan kulit kepala (scalp),wajah, leher,dan kuduk peka


terhadap rangsang nyeri. Nyeri kepala dapat terjadi pada
penyakit di mata dan bangunan di orbita, rongga hidung, dan
sinus paranasal, gigi, telinga bagian eksternal dan bagian
tengah
Penyebab nyeri kepala

Traksi, dilatasi/inflamasi dura


traksi//trombosis/peranjakan fossa anterior dan posterior Traksi, peranjakan/penyakit
vena sinus/cabang kortikal atau arteri pada n.V, IX, X dan saraf C1-C3
intrakranial/ekstrakranial

Penyakit di jaringan kulit


Perubahan tekanan
kepala, wajah, mata, hidung,
intrakranial
telinga dan leher kuduk
Jenis nyeri kepala

Kontraksi
otot (nyeri
Vaskular kepala jenis
tegang)

Keadaan
ekstrakranial/
intrakranial,
struktural/infl
amasi
ANATOMI NYERI KEPALA
V1 : oftalmikus  daerah orbita dan
mata, sinus frontalis, duramater dari
fossa cranial dan falx serebri serta
pembuluh darah yang berhubungan
dengan duramater ini.

V2 : maksilaris  daerah hidung, sinus


paranasal, gigi bagian atas dan duramater
bagian fossa cranial medial.

V3 : mandibularis  menginervasi
daerah duramater bagian fossa cranial
medial, rahang bawah dan gigi, telinga,
sendi temporomandibular dan otot
mengunyah.
KLASIFIKASI
• Berdasarkan International Headache
Society (IHS) :
I. Primer - suatu nyeri kepala tanpa disertai adanya
penyebab struktural organik
– Migraine
– Nyeri kepala tension
– Nyeri kepala cluster
MIGRAINE
Menurut IHS : suatu kondisi kronis nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlansung 4 – 72
jam.
Nyeri biasanya
• unilateral
• berdenyut
• intensitas nyerinya sedang sampai berat
• bertambah berat dengan aktivitas
• dapat disertai mual muntah
• fotofobia dan fonofobia
KLASIFIKASI
Aura Tanpa Aura
• Berlangsung 5-20 menit dan <60 • Berlangsung 4-72jam
menit
• Didahului aura visual yang muncul
secara gradual KRITERIA DIAGNOSIS:
• Lokasi unilateral
KRITERIA DIAGNOSIS: • Kualitas berdenyut
• Lokasi unilateral • Intensitas nyeri sedang atau berat
• Kualitas berdenyut • Keadaan diperberat oleh aktivitas
• Intensitas nyeri sedang atau berat fisik atau diluar kebiasaan aktivitas
• Keadaan diperberat oleh aktivitas fisik rutin
fisik atau diluar kebiasaan aktivitas • Nausea dan/atau muntah
fisik rutin • Fotofobia dan fonofobia

• Nausea dan/atau muntah


• Fotofobia dan fonofobiad.
Patofisiologi
Teori Vaskular Teori Neurovaskular
1. vasokonstriksi pembuluh Pada keadaan dasar, seorang
darah ekstracranial penderita migren yang tidak
terdistensi dan pulsatif dalam keadaan serangan,
selama serangan migren. berada dalam keadaan
2. stimulasi pembuluh darah hipereksitabilitas neural pada
intrakranial pada orang yang korteks cerebri, terutama
sadar akan menginduksi korteks oksipital. Aura dimulai
munculnya nyeri kepala. dari depresi kortikal yang
3. pemberian vasodilator menyebar yang merupakan
memprovokasi nyeri kepala. pemicu timbulnya migren
NYERI KEPALA PRIMER
• TATALAKSANA PRIMER
A. Terapi abortif
• Abortif non spesifik : di pakai analgetik, NSAIDs
• Abortif spesifik : dipakai obat spesifik seperti triptans,
dihidroergotamin, obat golongan ergotamine
Moderate Severe Extremely Severe

NSAIDs Naratriptan DHE (IV)


Isometheptene Rizatriptan Opioids
Ergotamine Sumatriptan (SC,NS) Dopamine antagonists
Naratriptan Zolmitriptan
Rizatriptan Almotriptan
Sumatriptan Frovatriptan
Zolmitriptan Eletriptan
Almotriptan DHE (NS/IM)
Frovatriptan Ergotamine
Eletriptan Dopamine antagonists
Dopamine antagonists
• Sumatriptan
dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 6 mg atau tablet 50-100 mg
• Frovatriptan
tablet 2.5 mg waktu paruh panjang, profil telerabilitas baik
• Almotriptan
tablet 12.5 mg, profil tolerabilitas baik
• Ergot derivates
ergotamin oral, rectal, subcutaneous 1-2 mg, diindikasikan pada kasus serangan migren
infrequent. Resikonya terjadi
4
abuse dan nyeri kepala kronis. Penggunaan berlebihan dapat
mengakibatkan ergotisme
• NSAIDs
ASA 500-1000 mg profil efikasi / terelabilitas baik, efek yang tak diinginkan paga GI
im diclofenact Na 75 mg
Ketorolac im or iv 30-60 mg
Ketoprofen im 100 mg
Pct 400-650 mg + kodein 6-25 mg.
Terapi Preventif
pengobatan preventif atau profilaktik Tujuan dari terapi preventif adalah
harus diperhatikan apabila: sebagai berikut:
• Frekuensi migren lebih dari 2 kali per • Mengurangi frekuensi, derajat berat,
bulan dan durasi serangan
• Durasi tiap serangan lebih dari 24 jam • Memperbaiki respons atas serangan
• Nyeri kepala mengganggu aktivitas akut
hidup pasien dengan gangguan lebih • Mengurangi disabilitas atau
dari 3 hari atau lebih gangguan hidup
• Terapi abortif gagal atau berlebihan
• Medikasi simptomatis tidak efektif
atau kontraindikasi pada pasien
• Penggunaan terapi abortif telah lebih
dari dua kali dalam seminggu
• Variasi migren seperti hemiplegik
migren atau serangan nyeri kepala
langkah yang dapat menjadi
kerusakan neurologis permanen
Level A terbukti efektive
a.Divalproex/ sodium valproate 400-100 mg/ hari
b.Metoprolol 47.5 – 200 mg / hari
c.Patesites 50-75 mg 2 kali sehari
d.Proponolol 120-240 mg / hari
e.Timolol 10-15 mg dua kali sehari
f.Topiramat 25-200 mg/ hari

Level B probably effective


a.Amitriptilin 25-150 mg/ hari
Fenoprofen 200-600 mg 3 x 1
b.Feverfew 50-300 mg dua kali sehari
c.Histamine 1-10 mg subkutan/ 2 x 1 minggu
d.Ibuprofen 200 mg dua klai sehari
e.Ketoprofen 3 x 50 mg
f.Magnesium 600 mg/ hari
g.Naproxen 500-1100 mg/ hari
h.Riboflavin 400 mg/ hari
i.Venflaxin 150 mg/ hari
j.Atenolol 100 mg/ hari
TENSION TYPE HEADACHE

• rasa tidak nyaman pada kedua sisi kepala atau bilateral,


• kepala tegang,
• rasa kepala seperti diikat.
• Otot-otot kuduk, otot leher bagian belakang terasa kaku tegang.
• Nyerinya secara lambat laun dapat pula bertambah hebat
• Berolahraga atau bekerja eksersi biasanya tidak memperburuk
keadaan nyeri kepala.
• Nyeri kepala ini dapat episodik atau kronis (berlangsung >15 hari
selama 1 bulan).
TENSION TYPE HEADACHE
• TATALAKSANA:
NSAID:
– Ibuprofen
– Naproxen
– Ketorolac
Asam asetilsalisat:
• Aspirin

• Analgetik:
– Asetaminofen
• Antiemetik:
– Prokloperazine
• Ergotamin tartrate
– Cafergot
Patofisiologi
Mekanisme perifer sangat berperan pada
patofisiologi episode TTH (ETTH),
Mekanisme sentral berperan dalam kronik TTH
(KTTH).
Faktor muskulus (otot) sangat berperan dalam
mekanisme perifer.
Pada penderita ETTH dan KTTH dijumpai
peningkatan ketegangan otot miofsial baik saat
nyeri kepala maupun setelah bebas nyeri kepala.
Prinsip Penanganan TTH:
• Modifikasi gaya hidup
• Edukasi faktor pencetus
• Terapi analgetik
• Terapi relaksasi, pemijatan
• Terapi profilaksis
Penatalaksanaan
• Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari / minggu:
a. Analgesik atau analgesic adjuvant sesuai tingkat nyeri
Contoh : aspirin (100 mg/hari) ,
b. Kafein(analgetik ajuvan ) 65 mg
Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
• Pada tipe kronis
Antidepressan :
jenisi amitriptyline, Antianxietas : baik pada
pengobatan kronis atau preventif terutama pada penderita dengan
komorbid ansietas. Golongan benzodiazepine dan butalbutal sering
dipakai.
• Terapi Non Farmakologis
Control diet
Terapi fisik
NYERI KEPALA KLUSTER
• Kriteria diagnostik:
• Paling sedikit 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
• Nyeri hebat atau sangat hebat diorbita, supraorbita dan/atau temporal
yang unilateral, berlangsung 15-180menit bila tak diobati
• Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari sebagai berikut:
(1) ijneksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral,
(2) kongesti nasal dan atau rinoreae ipsilateral,
(3) edema palpebra ipsilateral,
(4) dahi dan wajah berkeringat ipsilateral,
(5) miosis dan atau ptosis ipsilateral,
(6) perasaan gelisah atau agitasi.
• Serangan-serangan mempunyai frekuensi dari 1kali stiap 2hari sampai
8kali per hari
• Tidak berkaitan dengan gangguan lain
NYERI KEPALA KLUSTER
TATALAKSANA:
Terapi abortif
5-Hydroxytryptamine-1 (5-HT1) seperti triptan
atau alkaloid ergot dengan metokloporamid
Dihidroergotamine
Terapi preventif
Ca chanel blocker
Verapamil 120-200 mg/hari
Litium 360-600 mg/hari
NYERI KEPALA SEKUNDER
• Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher
• Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau
servikal
• Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intracranial
• Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawal-nya
• Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
• Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis
• Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan
cranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau
struktur fasial atau kranial lainnya.
• Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik
Nyeri Kepala Sekunder
• Nyeri kepala yang disebabkan oleh meningitis bacterial dapat
ditegakkan dengan memenuhi kriteria diagnostic seperti berikut ini:
a. Nyeri kepala yang ditandai dengan paling sedikit satu dari gejala di
bawah ini serta karakteristik memnuhi kriteria C dan D
– Nyeri kepala difus
– Intensitasnya meningkat sampai berat
– Disertai dengan mual, fotofobi, dan/atau fonofobia
b. Adanya meningitis bacterial dibuktikan dengan pemeriksaan LCS
c. Nyeri kepala timbul selama meningitis
d. Satu atau lain tanda yang mendukung adalah
– Nyeri kepala membaik 3 bulan setelah sembuh dari meningitis
– Nyeri kepala menetap, tetapi 3 bulan tidak diderita setelah sembuh
dari meningitis
MENINGITIS TB
• suatu keadaan inflamasi sebagai reaksi suatu
infeksi pada meningen atau selaput otak yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis. Meningitis tuberculosis terjadi
dalam 2 tahapan.

Tahapan pertama inhalasi dropletregion


nodus limfatikusmeningen
Tahapan kedua peningakatan lesi hingga
pecah dan kemudian masuk
dalam rongga subaraknoid
MENINGITIS TB
Thwaites score:
Variable Score
Age (years)
≥36 +2
<36 0
Blood white cell count (103/mL)
≥15.000 +4
<15.000 0
Duration of Illness (days)
≥6 -5
<6 0
CSF total white cell count (103/mL)
≥900 +3
<900 0
CSF % neutrophils
≥75 +4
<75 0
Total score ≤4 suggests tuberculosis meningitis
Total score >4 is against tuberculosis meningitis
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan Penunjang: computerized
tomography (CT) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) scan.
• Sebuah kalender sakit kepala
RED FLAGS
Pembahasan Kasus
• Pasien Ny.A usia 49 tahun ke RS dengan keluhan sakit kepala
yang berlangsung kurang lebih 2 bulan SMRS.
• Pusing dirasakan berdenyut pada seluruh kepala dan
dirasakan terus-menerus sepanjang hari namun pasien masih
dapat beraktivitas.
• sakit kepala bisa mencapai 7 hari.
• pasien ada riwayat batuk berdarah, berkeringat malam hari
dan demam  diagnosis meningitis tuberkulosis
• Perjalanan penyakit dari meningitis TB ini juga
memperlihatkan bahwa pasien ini memiliki perjalanan
penyakit meningitis TB stadium 1, yang ditandai dengan
pasien sadar penuh, GCS 15 dan tidak ditemukan adanya
tanda-tanda defisit neurologis.
Pembahasan Kasus
• Dari hasil pemeriksaan penunjang, untuk pemeriksaan darah
rutin didapatkan leukositosis. Hasil analisa cairan otak/LCS
ditemukan warna merah muda, keruh total protein 42 mg/dL,
jumlah sel meningkat 43 /uL, glukosa 70 mg/dL, PMN sel 49 %
dan MN sel 51%. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan LCS pada
meningitis TB yaitu warna jernih atau xantokhrom, penurunan
kadar glukosa dan peningkatan kadar protein.
• Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan, baik secara subjektif
maupun objektif saya menyimpulkan bahwa pasien ini
mengalami nyeri kepala sekunder yang disebabkan oleh
infeksi yaitu meningitis bakterial
Pembahasan Kasus
• Beberapa hal yang menjadi dasar pengambilan diagnosa ini adalah pengakuan
pasien atas karakteristik nyeri kepala yang dia alami. Yang pertama pasien
mengeluh sakit kepala terus-menerus dan demam .Durasi sakit kepala bisa
mencapai 7 hari.

berdasarkan International Classification of Headache Disorders yang dibuat oleh


International Headache Society pada tahun 2013, dimana kriteria tersebut adalah:
• Nyeri kepala yang ditandai dengan paling sedikit satu dari gejala di bawah ini serta
karakteristik memnuhi kriteria C dan D
– Nyeri kepala difus
– Intensitasnya meningkat sampai berat
– Disertai dengan mual, fotofobi, dan/atau fonofobia
• Adanya meningitis bacterial dibuktikan dengan pemeriksaan LCS
• Nyeri kepala timbul selama meningitis
• Satu atau lain tanda yang mendukung adalah
– Nyeri kepala membaik 3 bulan setelah sembuh dari meningitis
– Nyeri kepala menetap, tetapi 3 bulan tidak diderita setelah sembuh dari meningitis
Pembahasan Kasus

-Dosis yang diberikan adalah Rifampisin 1x600 mg, INH 1x400 mg,
Pirazinamid 1x1000 mg, Ethambutol 1x750 mg selama 2 bulan
pertama setelah itu 7-10 bulan dilanjutkan pengobatan Rifampisin,
INH, dan Pirazinamid. Ditambah injeksi Deksametason dengan dosis
0,3 mg/kgBB/hari secara IV. Dan untuk nyeri kepala diberikan
Paracetamol 3x500 mg.
-Prognosis pasien untuk ad vitam dan ad functionam adalah baik, yang
dinilai dari grade meningitis tuberkulosisnya yaitu grade I, dan dari
pasien ini didapatkan kesadaran CM, GCS 15 dan tidak didapatkan
tanda-tanda defisit neurologis.
-Pasien juga masih dapat dapat beraktivitas seperti biasanya dan dapat
berjalan sendiri meskipun terdapat sakit kepala terus-menerus.
-Prognosis ad sanationam adalah baik, tergantung dari kepatuhan dan
keteraturan pasien mengonsumsi OAT sampai tuntas.
TERIMA KASIH

You might also like