You are on page 1of 47

Laporan Kasus

BELL’S PALSY
OLEH:
dr. Nurbaiti Oktavia Amini

PEMBIMBING: dr. Diah Sulistyowati

UPTD PKM DTP Cibeber Kota Cilegon


Program Internsip Dokter Indonesia
Kota Cilegon
November 2017 – Maret 2018
RINGKASAN
PENYAKIT
IDENTIFIKASI
Nama : Sdr. S
Umur :14 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : Siswa SMP
Agama : Islam
Status : belum menikah
Tanggal Pemeriksaan : 24 Nov 2017
ANAMNESIS
(Autoanamnesis tanggal 24 Nov 2017 pukul 10.00 WIB)

Keluhan Utama • Wajah sisi kanan terasa lemah sejak 2 hari yang
lalu

Sejak ±2 hari yang lalu pasien merasa wajah sebelah kanannya terasa baal
dan lemah. Pasien juga merasa kelopak mata kanannya tidak dapat
menutup, dahi kanan sulit digerakkan, dan mulutnya mencong ke kanan.
Pasien merasa kesulitan untuk makan, rasa makanan berkurang, dan mata
terus berair. Keluhan kelemahan anggota gerak, pusing berputar, nyeri
telinga, gangguan pendengaran, demam, batuk dan pilek tidak ada.
Sekitar ±3 hari yang lalu pasien menderita batuk dan pilek ringan namun
membaik dengan sendirinya.
Riwayat penyakit dahulu
• Sekitar ±3 hari yang lalu pasien menderita batuk dan pilek ringan namun
membaik dengan sendirinya
• Riwayat sakit yang sama sebelumnya disangkal
• Riwayat keluar cairan dari telinga kiri disangkal
• Riwayat trauma kepala disangkal
• Riwayat tidur di lantai, menggunakan kipas angin, dan mengendarai
motor tanpa helm disangkal.
Riwayat penyakit dalam keluarga

• Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.


PEMERIKSAAN FISIK
(Tanggal 24 Nov 2017 pukul 10.00 WIB)

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 84x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 19x/menit, regular
Suhu : 37,1oC
BB : 43 kg
TB : 150 cm
Keadaan Spesifik

Kepala : Normocephali, wajah asimetris, lipatan nasolabialis dextra


hilang, warna kulit putih langsat
Mata : Edema palpebra (-), injeksi (-), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-), pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+), Ø 3mm/3mm
Hidung : Deviasi septum nasal (-), sekret (-)
Mulut : Bibir pucat (-), atrofi papil lidah (-), stomatitis (-), faring
hiperemis (-)
Telinga : MAE lapang, membran timpani intak, sekret(-), nyeri tekan(-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : bentuk normal
• Pulmo : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
• Cor : HR 84 X/menit, reguler, BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Tidak diperiksa

Ekstremitas : akral hangat (+)


Status Neurologikus

KEPALA
• Bentuk : Normochepali Deformitas : (-)
• Ukuran : normal Fraktur : (-)
• Wajah : asimetris

LEHER
• Sikap : lurus Deformitas : (-)
• Torticolis : (-) Tumor : (-)
• Kaku kuduk : (-)
PEMERIKSAAN KANAN KIRI

N. Olfaktorius tidak diperiksa tidak diperiksa

N. Optikus tidak diperiksa tidak diperiksa

N. Occulomotorius, trochlearis, abducens


Gerakan bola mata Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Pupil Bentuk bulat, diameter Bentuk bulat, diameter
3mm, isokor, RC (+) 3mm, isokor, RC (+)

N. Trigeminus tidak diperiksa tidak diperiksa


PEMERIKSAAN KANAN KIRI

N. Fasialis
Motorik : - mengerutkan dahi - +
- menutup mata - +
- menunjukkan gigi - +
- lipatan nasolabialis - +
- bentuk muka Tidak simetris Tidak simetris
Sensorik : - 2/3 depan lidah Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- otonom Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- salivasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- lakrimasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN KANAN KIRI

N. Cochlearis tidak diperiksa

N. Vestibularis
Nistagmus - -
Vertigo - -
n. Glossopharineus dan N. Vagus tidak diperiksa tidak diperiksa

N. Accessorius
Mengangkat bahu tidak diperiksa tidak diperiksa
Memutar kepala tidak diperiksa tidak diperiksa
N. Hypoglosus
Menjulurkan lidah Simetris Simetris
Atrofi papil - -
Disatria - -
FUNGSI MOTORIK LENGAN KANAN LENGAN KIRI TUNGKAI KANAN TUNGKAI KIRI

Gerakan cukup cukup cukup cukup

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Klonus Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Refleks fisiologis Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Reflek patologis Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa
• Fungsi sensorik : tidak diperiksa
• Fungsi vegetatif : tidak ada kelainan
• Fungsi luhur : tidak ada kelainan
• Gerakan abnormal : (-)
• Gejala rangsang meningeal : tidak diperiksa
• Gait dan keseimbangan : (-)
DIAGNOSIS
Diagnosis Sementara
• Bells palsy (parese nervus fasialis dextra)

Diagnosis Banding
• Otitis media
• Herpes zooster otikus/Ramsay hunt syndrome
• Tumor intrakranial
TATALAKSANA
Non Farmakologis Farmakologis
• Istirahat cukup • Asiclovir 5x400 mg
• Edukasi : • Prednison 3x10 mg
- mata ditutup dengan plester • Vitamin B kompleks 1x1tab
saat tidur • Artificial tears 6x1gtt OD
- Hindari terkena dingin/udara
dingin
• DOP mata

Rujuk poli saraf & fisioterapi


PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
NERVUS FASIALIS
• Nervus Fasialis memiliki 2 subdivisi :
• Mempersarafi otot-otot ekspresi wajah
• Membawa aferen otonom, eferen otonom dan somatik (nervus
intermediate)
Nama Komponen Asal Fungsi
Saraf Fasialis Brankial Eferen Nuklues Fasialis Otot-otot ekspresi
wajah : m. Platisma, m.
Stilohioid, m.digastrikus
posterior

Saraf Intermediate Viseral eferen nukleus salivatorius Nasal, lakrimal,


superior kelenjar sublingual
dan submandibular
Viseral aferen spesial Ganglion genikuli Pengecapan 2/3
anterior lidah

Somatik aferen Ganglion genikuli Telinga luar, kanalis


auditorius, permukaan
luar membran timpani
PERJALANAN NERVUS FASIALIS-MOTORIK
N.VII dan N.
Nukleus motorik Membentuk
Intermedius menjadi
(bag ventrolateral Ganglion
1 berkas saraf
tegmentum pontin) Genikulatum
terpisah dari N. VIII

N. VII, N intermedius
Meninggalkan
Serabut motorik dan N VIII berjalan
kranium melalui
mengitari inti N.VI bersama ke lateral
foramen stylohioid
masuk ke dalam MAI

Muncul saraf Serat motorik


Melewati sekitar
intermedius di menyebar
nukleus di dasar
antara N. VII dan N. mempersarafi otot-
ventrikel IV
VIII otot wajah
SERAT GUSTATORIUS PENGECAPAN

Taste buds 2/3 Ganglion


Korda timpani
anterior lidah Genikulatum

Talamus kontralateral
Menjadi nervus Nukleus traktus
(n.
intermedius solitorius
Ventroposterolateral)

Regio inferior Gyrus


Postcentralis
SERABUT EFEREN SEKRETORIK –
SALIVASI DAN LAKRIMALIS
Serat parasimpatis N. Intermedius
dari nukleus salivatorius superior

Ganglion Genikulatum Ganglion submandibula

Ganglion pterigopalatina
Glandula submandibularis
dan sublingualis

Glandula lakrimal dan mukosa nasal


SERABUT SOMATO AFEREN

Seratsomato aferen berasal dari


telinga luar, kanalis akustikus externus
dan permukaan eksternal timpanum

Ganglion Genikulatum

Nukleus sensorik N. Trigeminus


PENGERTIAN
Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis
perifer (N.VII), terjadi secara akut dan
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau
tidak menyertai penyakit lain yang dapat
mengakibatkan lesi nervus fasialis
PREVALENSI & FAKTOR RESIKO
• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua kelumpuhan saraf fasialis
perifer akut
• Di Amerika Serikat, kejadian tahunan Bell palsy sekitar 23 kasus per 100.000
orang. Berdasarkan studi populasi, umumnya kejadian tahunan berkisar
15-30 kasus per 100.000 penduduk.
• Sedangkan di Indonesia, insiden BP secara pasti sulit ditentukan. Data yang
dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi
Bells palsi sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak
pada usia 21-30 tahun.
PREVALENSI & FAKTOR RESIKO
• Bell palsy berefek pada pria dan wanita secara seimbang. Namun, wanita
muda berusia 10-19 tahun lebih mungkin terkena dampak daripada pria
dalam kelompok usia yang sama.
• Wanita hamil → risiko 3,3 kali lebih tinggi terkena Bell palsy daripada
wanita yang tidak hamil (paling sering terjadi pada trimester ketiga)
• Penderita diabetes → resiko 29% lebih tinggi untuk terkena bell palsy dari
pada orang yang tidak menderita DM.
• Adanya riwayat terpapar udara dingin seperti naik kendaraan dengan
kaca terbuka, tidur di lantai atau bergadang sebelum menderita bell’s
palsy
Patofisiologi Bell’s Palsy

Teori
iskemik
vaskuler

Teori
infeksi
virus

Teori Teori
herediter imunologi

Teori etiologi Bell’s palsy


GAMBARAN KLINIS
• Paralisis otot motorik wajah pada bagian
atas dan bawah unilateral (dlm 48 jam)
• Nyeri dibelakang telinga, otalgia, hiperakusis
• Nyeri okuler, epifora, penurunan produksi air
mata, kelemahan kelopak mata
• Gangguan pengecapan
• Rasa tebal pada pipi/mulut
• Hilangnya lipatan nasolabial dan kening,
tidak dapat menganggkat alis
• Saat tersenym, wajah lateralisasi ke sisi yang
tidak lumpuh
• Sulit makan atau berkumur
PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan fisik :
• Pemeriksaan gerakan dan ekspresi wajah
• Pemeriksaan THT
• Pemeriksaan ophtalmologi
PEMERIKSAAN FISIK
b. Pemeriksaan neurologis:
• Pemeriksaan nervus cranialis (terutama n.fasialis)
• Pemeriksaan sensorik
• Pemeriksaan motorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium : gula darah
• CT Scan atau MRI — untuk identikasi potensi infeksi, tumor, fractur, atau
kausa lainnya
• Elektromiografi (EMG) — untuk menstimulasi nervus fasialis untuk menilai
keterlibatan nervus fasialis
• Tes serologis jika curiga disebabkan oleh infeksi
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
NEUROLOGI PENUNJANG
Kategori Bell palsy oleh House Brackmann
• Derajat 1 : Fungsional normal

• Derajat 2 : Angkat alis baik, menutup mata komplit, mulut sedikit asimetris.

• Derajat 3 : Angkat alis sedikit, menutup mata komplit dengan usaha, mulut
bergerak sedikit lemah dengan usaha maksimal.

• Derajat 4 : Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan


usaha, mulut bergerak asimetris dengan usaha maksimal.

• Derajat 5 : Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan


usaha, mulut sedikit bergerak

• Derajat 6 : Tidak bergerak sama sekali.


DIAGNOSIS BANDING

Otitis Media
Herpes Zoster
Supurativa Trauma kapitis
Otikus
dan Mastoiditis

Tumor
Stroke Lyme disease
Intrakranialis
TATALAKSANA
Medikamentosa
• Kortikosteroid
Dosis : 1mg/kgbb tappering off atau 60 mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari berikutnya yaitu diturunkan 10 mg/hari
• Antiviral
Dosis Acyclovir diberikan 400 mg 5 kali sehari selama 10 hari atau
Valaciclovir 500 mg 2 kali sehari selama 5 hari
TATALAKSANA
Non medikamentosa
• Edukasi : - Mata ditutup dengan plester saat tidur
- Hindari terkena dingin/udara dingin
- Istirahat pada keadaan akut
• Penutup mata
• Rehabilitasi medik
• Operasi
KOMPLIKASI
• Pada kasus ringan biasanya keluhan menghilang dalam waktu satu bulan,
namun pemulihan dari kasus yang lebih parah (yang melibatkan
kelumpuhan total) bervariasi. Komplikasi bisa meliputi:
• Regenerasi motor inkomplit yaitu regenerasi suboptimal yang
menyebabkan paresis seluruh atau beberapa muskulus fasialis.
• Regenerasi sensorik inkomplit yang menyebabkan disgeusia (gangguan
pengecapan), ageusia (hilang pengecapan), dan disestesia
(gangguan sensasi atau sensasi yang tidak sama dengan stimuli normal)
KOMPLIKASI
• Reinervasi yang salah dari saraf fasialis. Hal ini dapat menimbulkan
sinkinesis, crocodile tearphenomenon, clonic facial spasm (hemifacial
spasm)
• Kebutaan parsial atau menyeluruh pada mata akibat mata kering dan
goresan pada kornea yang berlebihan
PROGNOSIS
Prognosis Bell’s palsy baik yaitu sekitar 80-90% penderita sembuh dalam waktu 6
minggu sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan

Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung meninggalkan
gejala sisa yaitu sinkinesis, crocodile tears, dan kadang spasme hemifasial.

Bell’s palsy dapat kambuh pada 10-15 % penderita


PROGNOSIS
Penderita bells palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa.
Faktor resiko yg memperburuk adalah:
• Usia diatas 60 thn
• Paralisis komplit
• Menururunnya pungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang
lumpuh
• Nyeri pada bagian belakang telinga
• Berkurangnya air mata
• Penderita DM
TERIMA KASIH

You might also like