Professional Documents
Culture Documents
S DI
RUANG FLAMBOYAN B RUMAH SAKIT dr.
KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2018
Disusun Oleh:
Hernita Ajeng Cahyarini
NIM. P07220116099
Latar Belakang
Plasma darah
• Mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau
zat antibodi.
Proses pembentukan darah
Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil
pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi pada sumsum
tulang.
Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali limfosit
yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dll
Kehamilan
Obat-obatan tertentu
Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang
menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Patofisiologi
• Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah akibat efek sel darah merah yang
tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
• Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
• Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
(Sumber: Amin Huda dan Hardhi Kusuma.
2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Diagnosa Nanda NIC NOC Edisi
Revisi Jilid I. Yogyakarta: Medi Action
Publishing.)
Manifestasi Klinis
Prestasi kerja
Susah Rasa
fisik/pikiran Cepat lelah
konsentrasi mengantuk
menurun
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin
Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit
Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Eritrosit Protoporfirin (EP)
Besi Serum (Serum Iron = SI)
Serum Transferin (Tf)
Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)
Serum Feritin
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan
Fisik
Riwayat
Kesehatan
Riwayat Keluarga
Kesehatan
Riwayat Dahulu
Kesehatan
Keluhan Sekaran
Utama
Identitas
Klien
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen ke paru.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, anoreksia.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolisme yang terganggu.
Intervensi
Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen ke paru.
• Tujuan: Pola nafas kembali efektif
• Kriteria hasil: Inspirasi dan ekspirasi normal, Tidak terjadi palpitasi, TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
Monitor TTV Mengetahui status perkembangan pasien
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Meningkatkan pola pernafasan pasien
Berikan posisi semi fowler Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigen
Anjurkan agar keluarga/pasien tidak merokok di Agar tidak terjadi polusi udara dalam ruangan
dalam ruangan yang mengakibatkan sesak nafas
Kolaborasi pemberian terapi oksigen Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang.
• Tujuan: Perfusi jaringan adekuat
• Kriteria hasil: Membran mukosa merah, Konjungtiva tidak anemis, Akral hangat, Tanda-tanda vital
dalam rentang norma
Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda vital Data dasar mengetahui perkembangan pasien
Atur posisi dengan kepala datar atau tubuh lebih Meningkatkan pernafasan
rendah
Hindari pergerakan yang berlebihan Mempertahankan pasokan oksigen
Awasi kesadaran dan tanda-tanda terhadap Mengetahui status kesadaran pasien
penurunan kesadaran
Manajemen terapi tranfusi sesuai terapi Meningkatkan sel darah
Pemberian O2 pernasal sesuai program Meningkatkan perfusi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, anoreksia.
• Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
• Kriteria hasil: Intake nutrisi adekuat, Mual, muntah, anoreksi hilang, Bebas dari tanda-tanda
malnutrisi, Tidak terjadi penurunan BB
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasien Merencanakan intervensi yang tepat
Kaji masukan selama perawatan per shif Observasi kebutuhan nutrisi
Kaji terhadap ketidaknyamanan (mual, muntah) Merencanakan makanan yang tepat
Beri makanan dalam kondisi hangat,porsi kecil Meningkatkan serlera makan dan intake makanan
tapi sering
Lakukan oral hygiene Oral yang bersih meningkatkan nafsu makan
Kolaborasi dengan ahli gizi akan kebutuhan kalori, Menentukan makanan yang sesuai dengan klien
protein dan cairan sesuai dengan penyakit, usia
dan kebutuhan metabolism
Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.
• Tujuan: Nyeri berkurang / teratasi.
• Kriteria hasil: Tidak ada perilaku distraksi, Pasien tampak rileks, Skala nyeri berkurang 0 – 1, TTV
dalam batas normal
Intervensi
Kaji manajemen nyeri
Monitor status TTV
Atur posisi pasien yang nyaman
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi pemberian obat sesua indikasi
Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.
• Tujuan: Kebutuhan mandiri klien terpenuhi
• Kriteria hasil: Klien terbebas dari bau badan, Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan
untuk melakukan ADL, Dapat melakukan ADL dengan bantuan
Intervensi
Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk melakukannya
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan
Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat.
• Tujuan: Resiko infeksi tidak terjadi.
• Kriteria hasil: mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi,
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi
Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam
Tingkatkan masukkan cairan adekuat
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi)
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses
metabolisme yang terganggu.
• Tujuan: Pasien dapat meningkatkan intoleransi aktivitas.
• Kriteria hasil: Bebas dari kelelahan, setelah beraktivitas, Keseimbangan kebutuhan, aktivitas dan
istirahat, Adanya peningkatan, toleransi aktivitas
Intervensi Rasional
Ukur vital sign Data dasar mengetahui perkembangan pasien
Kaji penyebab intoleransi aktivitas klien Merencanakan intervensi secara tepat
Latih ROM bila keadaan klien memungkinkan Imobilisasi yang lama akan menyebabkan
decubitus
Ajarkan klien teknik penghematan energi untuk Menghemat energy
beraktivitas
Tingkatkan aktivitas klien sesuai dengan Tidak kelelahan
kemampuan