You are on page 1of 30

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA Tn.

S DI
RUANG FLAMBOYAN B RUMAH SAKIT dr.
KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2018

Disusun Oleh:
Hernita Ajeng Cahyarini
NIM. P07220116099
Latar Belakang

Anemia adalah suatu kondisi ketika


tubuh kekurangan sel darah yang
mengandung hemoglobin untuk Anemia bukan merupakan penyakit,
menyebarkan oksigen ke seluruh organ melainkan merupakan pencerminan
tubuh. Dengan kondisi tersebut, keadaan suatu penyakit atau akibat
penderita biasanya akan merasa letih gangguan fungsi tubuh.
dan lelah, sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas secara optimal.
Menurut WHO (2008), secara global prevalensi anemia
pada di seluruh dunia adalah sebesar 41,8 %. Prevalensi
anemia diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %,
Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1 %.

Menurut World Health Organization (WHO) (2013),


prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah
penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar
26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita
anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan
18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI,
2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia
pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%,
ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18
tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar
39,5%. (Kemenkes RI, 2013).
Tujuan Penulisan
• Memperoleh gambaran secara langsung tentang
asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan
Tujuan Umum anemia di ruang Flamboyan B Rumah Sakit dr.
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.

• Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif.


• Mampu menganalisa masalah berdasarkan data yang diperoleh
berdasarkan pengkajian.
Tujuan Khusus • Mampu merencanakan tindakan keperawatan secara komprehensif.
• Mampu melaksanakan tindakan keperawatan secara komprehensif.
• Mampu melakukan evaluasi dari hasil asuhan keperawatan.
BAB II BAB IV
BAB I BAB III BAB V
TINJAUAN PEMBAHASAN
PENDAHULUAN TINJAUAN KASUS PENUTUP
TEORITIS KASUS

Pengertian Pengkajian Pengkajian


Latar Belakang
Anatomi Fisiologi
Analisa Data Analisa Data Kesimpulan
Etiologi
Diagnosa Diagnosa
Patofisiologi Keperawatan Keperawatan
Tujuan
Penulisan Manifestasi
Klinis Perencanaan Perencanaan
Pemeriksaan
Penunjang Pelaksanaan Pelaksanaan
Penatakansanaan Tindakan Tindakan Saran
Manfaat Medis
Penulisan
Konsep Asuhan Evaluasi Evaluasi
Keperawatan
BAB II
TINJAUAN KASUS
Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi


dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah
merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan
kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM,
2011).
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu 2. Anemia hemolitika, yaitu anemia
anemia defisiensi jumlah sel darah defisiensi jumlah sel darah merah
merah disebabkan oleh defek disebabkan oleh destruksi sel darah
produksi sel darah merah, meliputi: merah:
• Anemia aplastic • Pengaruh obat-obatan tertentu
• Anemia pada penyakit ginjal • Penyakit Hookin, limfosarkoma,
• Anemia pada penyakit kronis mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
• Anemia defisiensi besi • Defisiensi glukosa 6 fosfat
• Anemia megaloblastik dihidrigenasi
• Proses autoimun
• Reaksi transfuse
• Malaria
Kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al. 2001)

Kelompok Kriteria Anemia (Hb)

Laki-laki dewasa <13 g/dL

Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dL

Wanita hamil <11 g/dL


Anatomi Fisiologi

Darah berfungsi sebagai:


Darah adalah jaringan cair yang terdiri
atas dua bagian. Bahan interseluler 1. Sebagai alat pengangkut.
adalah cairan yang disebut plasma dan 2. Sebagai pertahanan tubuh
di dalamnya terdapat unsur-unsur terhadap serangan penyakit dan
padat, yaitu sel darah. Volume darah racun dalam tubuh .
secara keseluruhan kira-kira 3. Menyebarkan panas keseluruh
merupakan 1/12 berat badan atau kira- tubuh.
kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah 4. Menjaga kesetimbangan asam
cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri basa jaringan tubuh untuk
atas sel darah. menghindari kerusakan.
Komposisi Sel-Sel Darah:
Eritrosit (sel darah merah)
• Mengikat O2dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru
Leukosit (sel darah putih)
• Sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk
kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotel)
Trombosit (sel pembeku darah
• Memegang peranan penting dalam pembekuan darah (hemostatis). Jika banyaknya kurang dari
normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-
menerus.

Plasma darah
• Mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau
zat antibodi.
Proses pembentukan darah

Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil
pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi pada sumsum
tulang.

Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada


sumsum tulang.

Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali limfosit
yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.

Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi lagi


darah kecuali bagian proximal, humerus, dan tibia
Etiologi

Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dll

Darah menstruasi yang berlebihan

Kehamilan

Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan

Obat-obatan tertentu

Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi)

Penyakit radang kronis

Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang
menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Patofisiologi

• Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah akibat efek sel darah merah yang
tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
• Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
• Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
(Sumber: Amin Huda dan Hardhi Kusuma.
2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Diagnosa Nanda NIC NOC Edisi
Revisi Jilid I. Yogyakarta: Medi Action
Publishing.)
Manifestasi Klinis

Menurut Sudoyo, 2009 yaitu:


Mudah
Aktivitas
Pusing berkunang- Lesu
kurang
kunang

Prestasi kerja
Susah Rasa
fisik/pikiran Cepat lelah
konsentrasi mengantuk
menurun

Konjungtiva Telapak tangan


Anoreksia
pucat pucat
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin
Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit
Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Eritrosit Protoporfirin (EP)
Besi Serum (Serum Iron = SI)
Serum Transferin (Tf)
Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)
Serum Feritin
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Penatalaksanaan Medis

Anemia aplastic: dengan Anemia pada penyakit kronis:


Anemia pada penyakit
transplantasi sumsum besi sumsum tulang
ginjal: dengan pemberian dipergunakan untuk membuat
tulang dan terapi
besi dan asam folat darah, sehingga Hb meningkat
immunosupresif

Anemia megaloblastik: Anemia pasca perdarahan:


Anemia pada defisiensi
pemberian vitamin B12, dengan memberikan
besi: dengan pemberian
diet dan penambahan transfusi darah dan
makanan yang adekuat
asam folat plasma

Anemia hemolitik: dengan


penberian transfusi darah
menggantikan darah yang
hemolisis
Konsep Asuhan
Keperawatan
Pengkajian

Pemeriksaan
Fisik
Riwayat
Kesehatan
Riwayat Keluarga
Kesehatan
Riwayat Dahulu
Kesehatan
Keluhan Sekaran
Utama
Identitas
Klien
Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen ke paru.

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, anoreksia.

Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.

Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.

Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat.

Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolisme yang terganggu.
Intervensi

Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen ke paru.
• Tujuan: Pola nafas kembali efektif
• Kriteria hasil: Inspirasi dan ekspirasi normal, Tidak terjadi palpitasi, TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional
Monitor TTV Mengetahui status perkembangan pasien
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Meningkatkan pola pernafasan pasien
Berikan posisi semi fowler Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigen
Anjurkan agar keluarga/pasien tidak merokok di Agar tidak terjadi polusi udara dalam ruangan
dalam ruangan yang mengakibatkan sesak nafas
Kolaborasi pemberian terapi oksigen Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang.
• Tujuan: Perfusi jaringan adekuat
• Kriteria hasil: Membran mukosa merah, Konjungtiva tidak anemis, Akral hangat, Tanda-tanda vital
dalam rentang norma

Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda vital Data dasar mengetahui perkembangan pasien
Atur posisi dengan kepala datar atau tubuh lebih Meningkatkan pernafasan
rendah
Hindari pergerakan yang berlebihan Mempertahankan pasokan oksigen
Awasi kesadaran dan tanda-tanda terhadap Mengetahui status kesadaran pasien
penurunan kesadaran
Manajemen terapi tranfusi sesuai terapi Meningkatkan sel darah
Pemberian O2 pernasal sesuai program Meningkatkan perfusi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, anoreksia.
• Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
• Kriteria hasil: Intake nutrisi adekuat, Mual, muntah, anoreksi hilang, Bebas dari tanda-tanda
malnutrisi, Tidak terjadi penurunan BB

Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasien Merencanakan intervensi yang tepat
Kaji masukan selama perawatan per shif Observasi kebutuhan nutrisi
Kaji terhadap ketidaknyamanan (mual, muntah) Merencanakan makanan yang tepat
Beri makanan dalam kondisi hangat,porsi kecil Meningkatkan serlera makan dan intake makanan
tapi sering
Lakukan oral hygiene Oral yang bersih meningkatkan nafsu makan
Kolaborasi dengan ahli gizi akan kebutuhan kalori, Menentukan makanan yang sesuai dengan klien
protein dan cairan sesuai dengan penyakit, usia
dan kebutuhan metabolism
Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.
• Tujuan: Nyeri berkurang / teratasi.
• Kriteria hasil: Tidak ada perilaku distraksi, Pasien tampak rileks, Skala nyeri berkurang 0 – 1, TTV
dalam batas normal

Intervensi
Kaji manajemen nyeri
Monitor status TTV
Atur posisi pasien yang nyaman
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi pemberian obat sesua indikasi
Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.
• Tujuan: Kebutuhan mandiri klien terpenuhi
• Kriteria hasil: Klien terbebas dari bau badan, Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan
untuk melakukan ADL, Dapat melakukan ADL dengan bantuan

Intervensi
Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk melakukannya
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan
Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat.
• Tujuan: Resiko infeksi tidak terjadi.
• Kriteria hasil: mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi,
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi
Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam
Tingkatkan masukkan cairan adekuat
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi)
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses
metabolisme yang terganggu.
• Tujuan: Pasien dapat meningkatkan intoleransi aktivitas.
• Kriteria hasil: Bebas dari kelelahan, setelah beraktivitas, Keseimbangan kebutuhan, aktivitas dan
istirahat, Adanya peningkatan, toleransi aktivitas

Intervensi Rasional
Ukur vital sign Data dasar mengetahui perkembangan pasien
Kaji penyebab intoleransi aktivitas klien Merencanakan intervensi secara tepat
Latih ROM bila keadaan klien memungkinkan Imobilisasi yang lama akan menyebabkan
decubitus
Ajarkan klien teknik penghematan energi untuk Menghemat energy
beraktivitas
Tingkatkan aktivitas klien sesuai dengan Tidak kelelahan
kemampuan

You might also like