You are on page 1of 37

MATA MERAH

VISUS NORMAL
KONJUNGTIVA

 ANATOMI  HISTOLOGI :
- konjungtiva palpebra - Epitel konjungtiva  epitel torak berlapis
- konjungtiva bulbi  epitel gepeng berlapis
 sel goblet +  mucous

- Stroma konjungtiva  lap. Adenoid/jar.limfoid


 lap. Fibrosa
 kel.lakrimal aksesori +
(KRAUSE & WOLFRING)
VASKULARISASI :
A. Siliaris anterior  A. Episklera
 A. Perikornea
A. Palpebra

INNERVASI :
- Cabang oftalmik N. V ( Trigeminus)
PATOFISIOLOGI MATA MERAH
( HIPEREMI)

MELEBARNYA PEMBULUH DARAH

• hiperemi konjungtiva
• hiperemi siliar

PEMBULUH DARAH YANG PECAH


(perdarahan subkonjungtiva)
KONJUNGTIVITIS
Radang pada konjungtiva yang disebabkan :
- bakteri - virus
- jamur - chlamidia
- alergi - iritasi bahan kimia

Mikroorganisma
Patogen >>>
KONJUNGTIVITIS

Pertahanan
konjungtiva <<<
KONJUNGTIVITIS
gatal, panas, kemeng sekitar mata
KELUHAN epifora, mata merah, mata kotor

GAMBARAN KLINIS

 HIPEREMI KONJUNGTIVA  terutama forniks

 EPIFORA ( akibat sensasi benda asing, pedih, panas, gatal dan transudasi
pembuluh darah )

 EKSUDASI  eksudat konjungtiva terdiri dari :


- Sel-sel radang ( neutrofil, eusino – fil, basofil, limfosit, sel plasma)
- Fibrin & lendir sel goblet

 PSEUDOPTOSIS  Akibat eksudasi sel-sel radang dan edema konjungtiva

 HIPERTROFI PAPILER ( reaksi non spesifik konjungtiva di daerah tarsus &


limbus ) tonjolan terdiri dari pembuluh darah + unsur selular + eksudat
KONJUNGTIVITIS
 GAMBARAN KLINIS
A. FOLIKEL  hiperplasi limfoid fokal dalam lapisan adenoid konjungtiva
 berupa tonjolan bulat, avaskular, warna putih abu-abu , terdapat
pembuluh darah kecil mengelilingi.
B. KHEMOSIS  edema konjungtiva
C. MEMBRAN & PSEUDOMEMBRAN  koagulasi fibrin
D. ADENOPATI PRE AURIKULAR  pembesaran kel.getah bening pre
aurikular.

 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sekret / kerokan konjungtiva  pewarnaan GRAM & GIEMSA :
• Sel PMN >>  bakteri, chlamidia
• Sel MN(limfosit) >>  virus
• Eosinofil & basofil  alergi
• Hifa  jamur
KONJUNGTIVITIS
DIAGNOSIS : Pemeriksaan klinis dan laboratorium.

PENGOBATAN  SPESIFIK sesuai identifikasi kausa :


• Bakteri  Antibiotik
• Jamur  Anti jamur
• Virus  Anti virus dan antibiotik untuk cegah inf.sekunder
• Alergi  Antihistamin, kortikosteroid.

PROGNOSIS :
• SELF LIMITED
• Konjungtivitis Gonokokus  Perforasi kornea
• Konjungtivitis meningokokus  septicemia  meningitis
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
( unilateral / bilateral )
1. KONJUNGTIVITIS PURULEN
• Etiologi : N.gonorrhoe, N.meningitidis
• Sekret seperti nanah
• Pada dewasa konjungtivitis gonorrhoe

2. KONJUNGTIVITIS KATARAL AKUT


• Khas : hiperemi konjungtiva akut dan sekret mukopurulen
• Etiologi : Pneumokokus, H.aegypticus, Stafilokokus, Streptokokus.

3. KONJUNGTIVITIS KATARAL SUB AKUT


• Etiologi : H.influenzae, E.coli, Proteus
• Eksudat <<, berair mirip kapas

4. KONJUNGTIVITIS KATARAL MENAHUN


• Etiologi : S.aureus, M.lacunata, Stafilokokus
• Konjungtivitis angular setempat  disertai dermatitis dan sekret <<
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
( unilateral / bilateral )

5. KONJUNGTIVITIS LANGKA :
1. KONJUNGTIVITIS MEMBRAN  Strep.hemolitikus, Difteri
2. KONJUNGTIVITIS PSEUDOMEMBRAN  Pneumokokus
3. KONJUNGTIVITIS GRANULOMATOSA  Disertai
pembesaran kel.getah bening pre auricular  Mycobacterium
TBC, Treponema pallidum
KONJUNGTIVITIS CHLAMIDIA
(TRAKOMA)
Akut, sub akut, kronis

Etiologi : Chlamidia trachomatis

GAMBARAN KLINIS  Mc.CALLAN

Hiperplasia Limfoid Dini / Insipien prefolikel / folikel imatur

a. Trakoma Nyata  hipertrofi papiler + folikel matur


b. Trakoma Nyata  hipertrofi papiler >>>
c. Stad. II A dan B  keratitis epithelial & sub epithelial,
Pannus dan Herbert’s Pits

Trakoma sikatrisial :
• Pada konj.tarsal sup  parut konj.dini
• Pannus, folikel dan hipertrofi papiler (+)
GAMBARAN KLINIS  Mc.CALLAN

Trakoma sdh sembuh


• Sikatrik bentuk bintang / linier
• Pannus tdk aktif, folikel (-)
• Komplikasi : Entropion, Trikiasis

PEMERIKSAAN LAB :  terdapat sel


PMN, sel plasma, sel Leber, inclusion bodies
dalam sitoplasma sel ( HABERSTAEDLER-
PROWASEK INCLUSION BODIES)

Lokal :
• Tetrasiklin 1% eo.
• Sulfonamide 15 % ed/eo
PENGOBATAN
Sistemik :
• Tetrasiklin 4 x 250 mg (3-4 mg)
• Eritromisin 4 x 250 mg (3-4 mg)
KONJUNGTIVITIS VIRUS
I. DEMAM FARINGO-KONJUNGTIVA
• Faringitis (+)
• Konjungtivitis folikular
• Khas : Limfadenopati preaurikular tidak nyeri

II. KERATOKONJUNGTIVITIS EPIDEMIK


a. Fase akut : edema palpebra, khemosis, hiperemi konjungtiva,
folikel-folikel, perdarahan subkonjungtiva dalam 48 jam,
membran / pseudomembran, limfadenopati preaurikular besar
dan tidak nyeri
b. Kekeruhan kornea subepitel di sentral
c. Sensitivitas / sensibilitas kornea normal

III. KONJUNGTIVITIS HEMORAGIK AKUT


a. Inkubasi pendek ( 8-48 jam)
b. Perjalanan penyakit 5-7 hari
c. Perdarahan subkonjungtiva difus
d. Limfadenopati preaurikular (+)
KONJUNGTIVITIS VIRUS
IV. KONJUNGTIVITIS VIRUS HERPES SIMPLEKS
• Pada kelopak  vesikel Herpes (+)
 edema kelopak >>>
• Limfadenopati preaurikular nyeri (+)  khas
• Penyulit : Dendrid kornea (+)
Vesikel kulit
• Bila terjadi penyulit pada kornea  Tx. Acyclovir eo. 3 % 5 x /hari.

V. BLEFAROKONJUNGTIVITIS MOLUSKUM KONTAGIOSUM


Terdapat benjolan kecil moluskum pada tepi kelopak  benjolan bulat
seperti lilin dan berwarna putih mutiara

VI. BLEFAROKONJUNGTIVITIS VARICELLA ZOSTER


• Erupsi vesikular sepanjang dermatom cabang oftalmik N.V
• Konjungtivitis papiler
KONJUNGTIVITIS
JAMUR
 Jarang
 Konjungtivitis kandida
 Lab.kerokan konjungtiva  sel PMN
 Kultur pada Agar Darah/Media SABOURAUD  hifa (+)
KONJUNGTIVITIS IMUNOLOGIK
(ALERGIK)

I. KONJUNGTIVITIS VERNAL
1. Etiologi : alergi
2. Keradangan bilateral konjungtiva, residif, musiman
3. Keluhan utama : gatal, terdapat riwayat alergi dlm keluarga
4. Terdapat sekret seperti benang dan pseudomembran (fibrin-fibrin
halus)  tanda MAXWELL-LYONS
5. Konjungtiva milky appearance dan papil halus pada konjungtiva
tarsal inferior
6. Gambaran khas berupa infiltrasi sel limfosit, plasma dan eosinofil
 tonjolan / hipertrofi papiler di tarsus (palpebra) dan limbus
(limbal)
a. Tipe PALPEBRA Konj.tarsal superior  papil
raksasa/giant papillae COBBLESTONE Appearance
b. Tipe LIMBAL patognomonis berupa gambaran seperti
renda pada limbus/ penumpukan eosinofil  HORNER
TRANTAS DOTS
KONJUNGTIVITIS IMUNOLOGIK
(ALERGIK)

I. KONJUNGTIVITIS VERNAL

7. Patofisiologi  2 tipe :
a. Tipe PALPEBRA Konj.tarsal superior  papil raksasa/giant
papillae COBBLESTONE Appearance
b. Tipe LIMBAL patognomonis berupa gambaran seperti renda
pada limbus/ penumpukan eosinofil  HORNER TRANTAS
DOTS
8. Lab : kerokan konjungtiva tarsal  terdapat sel eosinofil dan Eosinofil granul.

9. Pengobatan :
 Kortikosteroid topikal dan sistemik  tidak dianjurkan untuk jangka panjang
 Pencegahan : Disodium kromoglikat
 Vasokonstriktor
 Kompres dingin
KONJUNGTIVITIS IMUNOLOGIK
(ALERGIK)

II. KERATOKONJUNGTIVITIS ATOPIK


 Gejala : mata panas, merah, secret mukoid, gatal, fotofobia.
 Riwayat alergi (+) --> dermatitis atopik, asthma
 Terdapat papil halus, kadang giant papil pada tarsus inferior.

III. KERATOKONJUNGTIVITIS FLIKTEN


 Reaksi hipersensitivitas terhadap protein mikroba ( seperti protein
M.tbc, Stafilokok, Candida)
 Lesi kecil ( 1-3mm), keras, merah, menonjol dikelilingi daerah
hiperemi
 Jika di limbus--> berbentuk segitiga dgn puncak ke arah kornea-->
sembuh membentuk jar.parut.
VIRUS BAKTERI ALERGI

 GATAL Minimal Minimal Berat

 HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

 LAKRIMASI ++ + +

 EKSUDAT Minimal (serous, Banyak (muko- Minimal (benang)


(SEKRET) mukous) purulen/purulen)

 ADENOPATI + Jarang -

 SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil


Konjungtivitis Sika

 Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah


suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat
berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.
 Etiologi
 Terjadi pada penyakit yang menyebabkan defisiensi
komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat
penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau
hilangnya mikrovili kornea.
Manifestasi klinis
 Gatal
 mata seperti berpasir
 silaudan kadang-kadang penglihatan kabur.
 Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan
 sukar menggerakkan kelopak mata
 mata tampak kering
 Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.
Komplikasi
 Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri,
parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.
Penatalaksanaan
 Diberikan air mata buatan seumur hidup
dan diobati penyakit yang mendasarinya.
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
 Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan
dimana : pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi,
arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian
antikoagulan, batuk rejan).
 trauma langsung atau tidak langsung
 Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap
dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.
PENYAKIT DEGENERASI
KONJUNGTIVA

PINGUEKULA
 Benjolan kecil kuning di daerah fissura palpebra pada kedua sisi kornea
 Terdiri dari hialin dan jar.elastis kuning
 Dapat meradang

PTERIGIUM
 Penebalan konjungtiva bulbi, bentuk segitiga, menjalar ke kornea,
pada bag. puncak terdapat “ISLET OF FUCH”
 Merupakan degenerasi hialin dan jaringan elastik
 Dapat mengalami iritasi
 Terapi :
 bila ringan --> tidak perlu terapi
 bila iritasi (+) --> antiinflamasi + asokonstriktor -- >
3 mm ke kornea --> operasi / ekstirpasi+
Derajat Pterigium
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

• Jika pterygium • Sudah • Sudah melibihi • Sudah


hanya terbatas melewati derajat 2 tetapi melewati pupil
pada limbus limbus kornea tidak melebihi sehingga
kornea tetapi tidak pinggiran pupil mengganggu
lebih dari 2 mata dalam penglihatan
mm melewati keadaan
kornea cahaya normal
PSEUDOPTERIGIUM
 merupakan perlekatan konjungtiva dan kornea
yang cacat
 Pseudopterigium tidak memerlukan pengobatan,
serta pembedahan kecuali sangat mengganggu
visus atau alasan kosmetik
Pterigium Pseudopterigium Pinguekulum
Reaksi tubuh Iritasi atau kualitas
Sebab Proses degeneratif penyembuhan dari luka higienitas air yang
bakar, GO, difteri,dll. kurang.
Tidak dapat
Dapat dimasukkan
Sonde dimasukkan -
dibawahnya
dibawahnya
Kekambuhan Residif Tidak Tidak
Dewasa dan anak-
Usia Dewasa Anak-anak
anak

Subkonjunctiva yang Bisa terjadi darimana Terbatas pada


Lokasi
dapat mencapai kornea saja konjuntiva bulbi
RADANG EPISKLERA
(EPISKLERITIS)
 Sebagian besar --> unilateral
 Residif
 Etiologi…??? --> Reaksi hipersensitivitas
 Gejala :  Subyektif : mata merah, nyeri, fotofobia, pedih,
lakrimasi
 Obyektif : hiperemi terbatas, warna merah
muda/ungu, infiltrasi, kongesti dan edema pada
episklera, kapsul tenon dan konjungtiva

 Ada 2 jenis --> Episkleritis Simpleks


Episkleritis Nodosa

 Terapi -->
* Self limiting 1-2 minggu
* Steroid topikal (Deksametason 0,1 %) --> membaik dalam 3-4 hari
EPISKLERITIS
RADANG SKLERA
(SKLERITIS)
 Berhubungan dengan penyakit sistemik :
o Peny. Kolagen : Arthritis Rheumatoid
o Peny.Granulomatosa : TBC, Lepra, Sifilis
o Kel.Metabolik : Gout, Tirotoksikosis
o Infeksi : Herpes
o Lain-lain : Fisis/Radiasi, Kimiawi, Mekanis ( trauma tembus )
 Terdapat 2 jenis : 1. Skleritis Anterior : - Difusa
- Nodosa
- Nekrotik
2. Skleritis Posterior
 Gejala obyektif : nyeri >>, mata merah, fotofobia, pedih, lakrimasi.

 Gejala subyektif : pada sklera berwarna ungu keabu-abuan,


sedang pada skleritis nodosa berbentuk nodul-nodul

 Tx. : Antiinflamasi : Steroid --> hati-hati efek penipisan sklera dan


peningkatan TIO
XEROFTALMIA
DEFINISI :
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan
kekurangan vitamin A pada mata, termasuk terjadinya
kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina
yang berakibat kebutaan. Kata Xeroftalmia (bahasa Latin)
berarti “mata kering”, karena terjadi kekeringan pada
selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea)
mata.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis xeroftalmia dapat dibagi menjadi dua
kelompok secara umum yaitu:
 Gejala Reversible, misalnya: buta senja
(hemeralopia), xerosis konjungtiva, xerosis
kornea, bercak Bitot.
 Gejala Irreversible, misalnya: ulserasi kornea,
keratomalasia.
KLASIFIKASI :
 Menurut Depkes RI :
– Stadium I : Hemeralopia, xerosis konjungtiva
dengan atau tanpa xerosis kornea atau tanpa bercak
Bitot.
– Stadium II : Gejala stadium I ditambah ulserasi
kornea.
– Stadium III : Gejala stadium II ditambah
keratomalasia.
 WHO/USAID UNICEF/HKI/IVACG, 1996 :
– XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)
– XIA : xerosis konjungtiva
– XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
– X2 : xerosis kornea
– X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang
dari 1/3 permukaan kornea.
– X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih
dari 1/3 permukaan kornea
– XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)
– XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran
seperti “cendol”.
tatalaksana
Ada empat tujuan pengobatan defisiensi vitamin A, yaitu
sebagai berikut:
 Memberi makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
 Mengobati penyakit infeksi yang diderita
 Memberi vitamin A (dosis terapetik)
 Mengobati kelainan mata
 Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata
dalam 1-2 minggu.
 Defisiensi vitamin A ringan harus diterapi pada orang
dewasa dengan dosis 30.000 unit/hari selama 1 minggu.
Kasus lanjut memerlukan dosis awal yang jauh lebih tinggi
(20.000 unit/kg/hari).
 Pengobatan minimal 7 hari sampai semua gejala pada mata
menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan
kasa selama 3-5 hari hingga peradangan dan iritasi mereda.
Pencegahan
Pencegahan defisiensi vitamin A:
 Jangka Pendek : Pada setiap anak balita
diberikan vitamin A 200.000 IU per individu,
setiap 6 bulan atau 300.000 IU setiap setahun.
Tergantung dari tenaga yang tersedia, biayanya,
luas daerah yang harus dikerjakan.
 Jangka Panjang : Pendidikan tenaga gizi.
Fortifikasi makanan dengan vitamin A, seperti
gula, garam, susu.
TERIMA
KASIH

You might also like