You are on page 1of 32

“ABSES PARU”

Oleh :
Eka Indrayanti Sirait
Fredy Surya D. Nissi
Pembimbing:
dr.
PENDAHULUAN

 Infeksi mikroba non spesifik yang menyebabkan terjadinya


nekrosis parenkim paru akan membentuk kavitas. Kavitas
yang terbentuk ini lebih dikenal dengan abses paru.
 Abses paru harus dibedakan dengan kavitas pada
tuberkulosis paru.
 Abses paru sering dijumpai pada jaman sebelum
ditemukan antibiotika yang akan berlanjut menjadi
pneumonia bakteri sampai terjadinya suatu empiema.
DEFINISI
 Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi
nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisisir
sehingga membentuk kavitas yang berisi
nanah(pus) dalam parenkim paru pada satu lobus
atau lebih yang disebabkan oleh infeksi mikroba.
EPIDEMIOLOGI
 Lebih sering terjadi pada laki-laki.
 Umumnya pada usia tua.
 Pada daerah urban dengan tingginya prevalensi
disfagi dan aspirasi dilaporkan rata-rata pada
usia 41 tahun.
 Kemajuan ilmu kedokteran  angka kejadian
abses paru menurun.
ETIOLOGI
Bakteri Anaerob Bakteri Aerob Non-Bakteri dan bakteri
( 89%) (Imunocompromised) Atipik
(Imunocompromised)
 Bacteriodes melaninogenus Gram positif :  Jamur
 Bacteriodes fragilis  Staphylococcus aureus  Parasit
 Peptostreptococcus species  Streptococcus  Mikobakterium tuberkulosis
 Bacillus Intermedius microaerophilic dan nontuberkulosis
 Prevotella melaninogenica  Streptococcus pyogenes
 Fusobacterium nucleatum  Streptococcus pneumonia
 Microaerophilic  Streptococcus viridans
streptococcus Streptococcus milleri
 Clostridium Perfringens
 Clostridium barati Gram Negatif (nasokomial) :
 Klebsiella pneumonia
 Pseudomonas aeruginosa
 Escherichia coli
 Haemophilus Influenza
 Actinomyces Species
Nocardia Species
 Gram Negatif bacilli
1
PATOFISIOLOGI
 Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara
yaitu aspirasi dan hematogen.
 Keadaan ini yang menyebabkan obstruksi bronkus
dan terbawanya organism virulen yang akan
menyebabkan terjadinya infeksi pada daerah distal
obstruksi tersebut.
Dimulainya gangguan akibat Infeksi sekunder oleh bakteri
aspirasi paru dan terbawanya organisme
virulen.

Infeksi pada daerah distal


obstruksi.

Pada pasien dengan bronkitis kronik, abses dapat terjadi oleh karena
banyaknya mukus pada saluran nafas bawah yang merupakan media kultur
yang sangat baik bagi organism teraspirasi

nekrosis jaringan dengan pembentukan abses paru (1-2 minggu) setelah


aspirasi.
LANJUTAN…
 Abses akibat aspirasi paling sering terjadi pada
segmen posterior lobus atas kanan disusul
dengan lobus atas kiri dan segmen apikal lobus
bawah kanan atau kiri.
PATOFISIOLOGI
Secara hematogen, yang paling sering terjadi adalah akibat septicemia
atau sebagai fenomena septic emboli, sekunder dari fokus infeksi dari
bagian lain tubuhnya seperti tricuspidvalve endocarditis.

Penyebaran hematogen ini umumnya akan berbentuk abses multiple dan


kecil-kecil sehingga lebih sulit dari abses single walaupun ukurannya
besar. Secara umum diameter abses paru bervariasi dari beberapa mm
sampai dengan cm atau lebih
Aspirasi berulang, MOterjebak disal
Patofisiologi Aspirasi
sal.
berulang, MO
nafas bawah.proses
Nafas bawah,
pneumonia proses
inhalasi
terjebak di
lanjut
lanjut
bakteri
pneumonia inhalasi bakteri
Faktor predisposisi
Faktor predisposisiFaFFFaa

Bakteri mengadakan multiplikasi


dan menyerang bakteri lain

Dilepaskannya zat Ujung saraf


pirogen oleh leukosit Proses peradangan paru
pada jaringan

Dikelilingi jaringan
Panas granulasi
Gangguan
rasa nyaman:
nyeri
Gangguan rasa Proses nekrosis
nyaman : hipertermi

Difusi ventilasi Produksi sputum yang berlebih


terganggu

Kelemahan Refleks
fisik Kadar O2 turun batuk

Intoleransi Gangguan Bersihan jalan


aktifitas Pertukaran
1 udara napas
1
TANDA DAN GEJALA
 Onset penyakit bisa berjalan lambat atau
mendadak/akut.
 < 4-6 minggu  abses akut.
 Umumnya riwayat perjalanan penyakit 1-3
minggu.

Gejala awal : badan terasa lemah, tidak nafsu makan, penurunan


berat badan, batuk kering, keringat malam, demam intermitten bisa
disertai menggigil dengan suhu tubuh 39,4 C atau lebih.

1
LANJUTAN…
 Produksi sputum meningkat.
 Sputum berbau amis berwarna anchovy 
bakteri anaerob  putrid abscesses.
 Demam (-) tidak menyingkirkan abses paru.
 Nyeri dada (+)  keterlibatan Pleura.
 Akibat komplikasi dari infeksi subdiafragma 
gejala abdomen selain gejala di paru.
 Bakteremia dari abses paru  Kejang-kejang.

1
DIAGNOSIS
Anamnesis
ANAMNESIS
 Anamnesis yang didapatkan :
 Batuk yang mengeluarkan banyak sputum
mengandung jaringan paru yang mengalami
ganggren.
 Sputum biasanya berbau amis dan berwarna
anchovy yang disebabkan bakteri anaerob.
 Nyeri dada
 Batuk darah ringan sampai masif

1
PEMERIKSAAN FISIK
 Demam  40 C.
 Pada paru ditemukan kelainan seperti nyeri tekan
lokal pada dada, pada lesi yang disertai konsolidasi
bisa dijumpai penurunan suara napas, perkusi
redup, suara nafas bronkial dan rhonki.
 Abses luas, letaknya dekat dinding dada  suara
amforik.
 Kavitas besar, bronkus masih tetap dalam keadaan
terbuka disertai adanya konsolidasi sekitar abses
 suara nafas bronkial atau amforik.
1
LANJUTAN…
 Bila abses paru pecah  pergerakan dinding dada
tertinggal pada tempat lesi, fremitus vokal menghilang,
perkusi redup/pekak, bunyi napas menghilang dan
terdapat tanda-tanda pendorongan mediastinum terutama
pendorongan jantung ke arah kontra lateral tempat lesi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Bronkoskopi

Aspirasi jarum perkutan

Radiologi

1
LABORATORIUM
 Leukosit tinggi berkisar 10.000- 30.000 mm3
 Anemia
 Peningkatan LED
 Dahak bisa mengandung Spirochaeta, Fusiform
bacilli atau sejumlah besar bakteri baik yang
patogen maupun flora manusia seperti
Streptococcus viridan.
 Kultur darah jarang.
BRONKOSKOPI
 Akurasi diagnostik bakteriologi >80%.
 10%- 25% dari penyebab abses paru pada orang
dewasa adalah karsinoma bronkogenik, dan 60%
diantaranya dapat didiagnosa dengan
bronkoskopi.
ASPIRASI JARUM PERKUTAN
 Cara ini mempunyai akurasi tinggi untuk
diagnosis bakteriologis, dengan spesifitas
melebihi aspirasi transtrakeal.
RADIOLOGI
 Pada hari-hari pertama penyakit  gambaran opak
dari satu atau lebih segmen paru, atau hanya berupa
gambaran densitas homogen yang berbentuk bulat.
 Kemudian akan ditemukan gambaran radiolusen
dalam bayangan infiltrat yang padat.
 Selanjutnya, bila abses tersebut ruptur  tampak
kavitas irregular dengan dinding tebal dikelilingi oleh
infiltrat/konsolidasi dan sering ditemukan gambaran
batas cairan dan permukaan udara ( air fluid level)
di dalamnya.
LANJUTAN…
 Khas pada abses paru anaerobic  kavitas single
(soliter).
 Abses paru sekunder (aerobic, noskomial atau
hematogen) lesi multiple.
 CT-Scan juga bisa menunjukkan lokasi abses berada
dalam parenkim paru dan membedakannya dari
infark paru atau empiema.
GAMBARAN RADIOLOGIS

Abses paru pada lobus kiri bawah,


CT scan pada abses paru
segmen superior
GAMBARAN RADIOLOGIS

Foto rontgen dada lateral


menunjukkan tingkat air fluid level
abses paru
DIAGNOSIS BANDING
 Penyebab infeksi : tuberkulosis, bula infeksi,
emboli septik.
 Penyebab bukan infeksi : kavitas oleh karena
keganasan, infark paru, dan vaskulitis.
PENATALAKSANAAN
NON-MEDIKAMENTOSA
 Istirahat yang cukup.
 Diet bubur dengan tinggi kalori tinggi protein.
Bila abses telah mengalami resolusi dapat
diberikan nasi biasa.
 Abses paru 4cm  rawat inap.
PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA

 Antibiotik paling baik adalah klindamisin.


 Pemberian awal klindamisin dengan dosis 3x600 mg
intravena sampai terjadi perbaikan, kemudian
4x300 mg oral/hari atau diberikan amoksisilin-asam
klavulanat 2x875 mg.
LANJUTAN…
 Regimen alternative adalah penisilin G 2-10 juta
unit/ hari, ada yang memberikan sampai dengan 25
juta unit atau lebih/ hari dikombinasikan dengan
streptomisin, kemudian dilanjutkan dengan penisilin
oral 4 x 500-750 mg/ hari.
 Antibiotik parenteral diganti ke oral bila pasien tidak
panas lagi dan merasa sudah baikan yaitu dengan
memberikan klindamisin 300-600 mg 3x/hari atau
flagyl 3x500 mg/hari.
PENCEGAHAN
 Perhatian khusus ditujukan kepada kebersihan
mulut.
 Kebersihan mulut yang jelek dan penyakit-
penyakit periondontal bisa menyebabkan
kolonisasi bakteri patogen orofaring yang akan
menyebabkan infeksi saluran napas sampai
dengan abses paru.
 Setiap infeksi paru akut harus segera diobati
sebaik mungkin.
PROGNOSIS
 Prognosis abses paru simpel terutama tergantung
dari respon inflamasi dan keadaan umum pasien,
letak abses serta luasnya kerusakan paru yang
terjadi, dan respon pengobatan yang diberikan.
 Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi
jelek adalah kavitas yang besar, penyakit dasar
atau penyakit penyerta yang berat, status
immunocompromised, umur yang sangat tua,
empiema, nekrosis paru yang progesif, dan abses
paru yang belum mendapat pengobatan dalam
jangka waktu yang lama.
THANKYOU

You might also like