You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

YANG MENDAPAT IMUNISASI


Kelompok 3
Nabila Rahma N 220112170509
Imam Muhamad N 220112170525
Ayu Lita 220112170544
Emy Rosanty 220112170550
Inri Nur Oktaviyanti 220112170066
PENGERTIAN
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan memasukan
vaksin ke dalam tubuh agar membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Tujuan diberikan imunisasi adalah di harapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat
penyakit tertentu.
JENIS IMUNISASI YANG WAJIB
BCG (BACILLUS CALMETTE
GUERIN)
Digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan pemberian imunisasi BCG pada
umur 0-11 bulan.
Cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal dengan lokasi lengan kanan atas.
Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional, dan reaksi panas.
Tanda keberhasilan muncul bisul kecil dan bernanah didaerah bekas suntikan setelah 4-6
minggu.
DPT (DIFTERI, PERTUSIS,
TETANUS)
Melindungi terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
Vaksin ini diberikan 5 kali pada usia 2,4,6,18, bulan dan 5 tahun.
Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam. Sedangkan efek berat dapat
menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan shock.
Kontraindikasi : tidak dapat diberikan kepada mereka yang menderita kelainan saraf dan
yang alergi terhadap DTP
POLIO
Memberikan kekebalan terhadap penyakit polio.
Vaksin polio ada 2 jenis, yaitu Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV) dan Oral Polio Vaccine
(OPV).
Pemberian bisa dilakukan lebih dari jadwal yang telah ditentukan. Namun jumlah yang
berlebihan tidak akan berdampak buruk.
Diberikan saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18
bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin
DTP.
Efek samping hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare
ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
Kontraindikasi : tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam
tinggi di atas 380, muntah, diare, kanker, HIV/AIDS.
CAMPAK
Untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah dua kali. Waktu pemberian imunisasi campak
pada umur antara 9 – 11 bulan dan usia 6 tahun.
Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan
Efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.
Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak yang sakit parah, menderita TBC
tanpa pengobatan, defisiensi gizi, penyakit gangguan kekebalan, riwayat kejang demam,
panas lebih dari 38ºC.
HEPATITIS B
Digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg
dalam bentuk cair.
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5
bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intra muskular. Pada anak di lengan dengan
cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha. Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan
karena bisa mengurangi efektivitas.
Efek samping : nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan.
Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
JENIS IMUNISASI YANG DIANJURKAN
HIB
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh haemophilus influenza tipe b yang
disebabkan oleh bakteri. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis(radang selaput
otak), pneumonia (radang paru) dan infeksi tenggorokan.
Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia 2,4,6 dan 15-18 bulan.
Dosis 0,5 ml diberikan Intra Muskular
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibagian otot paha.
PNEUMOKOKUS (PCV)
PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan
terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang
selaput otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru).
Diberikan sejak usia 2, 4 dan 6 bulan. Pemberian ke-4 pada usia 12-15 bulan.
Efek Samping yang biasanya muncul yaitu demam ringan, kurang dari 380c, rewel,
mengantuk, nafsu makan berkurang, muntah, diare, dan muncul kemerahan pada kulit.
VAKSIN INFLUENZA
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza,
yang menyerang saluran pernafasan, virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput
lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain.
Dapat diberikan sejak usia 6 bulan yang kemudian diulang setiap tahun, lantaran vaksinnya
hanya efektif selama 1 tahun.
Muncul demam ringan antara 6-24 jam setelah suntikan. Atau, muncul reaksi lokal seperti
kemerahan di lokasi bekas suntikan.
VAKSIN MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan /parotitis), Measles
(campak), dan Rubella (campak Jerman).
Diberikan saat anak usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun.
Reaksi dari vaksin ini biasanya baru muncul tiga minggu setelah diberikan, berupa bengkak
di kelenjar belakang telinga.
TIFOID
Digunakan untuk mencegah demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang
disebabkan bakteri Salmonella typhi.
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan vaksin
suntikan (TyphimVi).
Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
Sementara vaksin oral diberikan kepada anak umur 6 tahun atau lebih.
Efek samping : Kemerahan di tempat suntikan. Juga bisa muncul demam, nyeri
kepala/pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea (mual), dan nyeri perut. Umumnya berupa
bengkak, nyeri, ruam kulit, dan (jarang dijumpai).
VARISELA
Berfungsi memberikan perlindungan terhadap cacar air
Vaksin ini diberikan pada anak usia 1-13 tahun 1 kali dan lebih dari 13 tahun 2 kali.
Efek samping : Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1% yang mengalami demam.
HEPATITIS A
Imunisasi ini dapat diberikan pada anak usia di atas 2 tahun.
Reaksi yang terjadi kadang demam, lelah, lesu, mual dan hilang nafsu makan.
Efek samping : Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat
muncul rasa sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini
akan menghilang dalam waktu 2 hari.
ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI
PENGKAJIAN
• Identitas klien
• Keluhan utama
• Riwayat kesehatan sekarang
• Riwayat kehamilan dan kelahiran
• Riwayat kesehatan dahulu
• Riwayat keluarga
• Riwayat sosial
• Kebutuhan dasar
• Pemeriksaan fisik
• Riwayat imunisasi
• Pemeriksaan perkembangan
• Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri akut b.d inflamasi dari kerusakan jaringan ditandai dengan anak menangis
• Gangguan termoregulasi b.d sistem inflamasi tubuh ditandai dengan suhu anak meningkat
• Gangguan integritas kulit b.d medikasi
INTERVENSI
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri anak 1. Mengkaji nyeri dapat
inflamasi dari kerusakan jaringan tindakan keperawatan 2. Libatkan ibu klien selama menentukan terapi yang efektif
ditandai dengan anak menangis. nyeri dapat berkurang prosedur tindakan 2. Keberadaan ibu akan membuat
dengan kriteria klien 3. Lakukan manajemen nyeri melalui klien merasa aman dan nyaman
tidak lagi menangis, distraksi dengan mainan 3. Tekhnik distraksi nyeri dengan
klien kembali tersenyum 4. Berikan rasa aman dan nyaman menggunakan mainan dapat
dan tidak rewel pada bayi seperti memberikan mengurangi nyeri pada klien
sentuhan, menggendong bayi 4. Rasa aman nyaman dapat
membuat anak menjadi lebih
rileks sehingga nyeri dapat
berkurang
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu setelah diberikan imunisasi 1. Reaksi dari imunisasi adalah
termoregulasi keperawatan suhu tubuh 2. Monitor warna dan suhu kulit peningkatan suhu tubuh,
berhubungan dengan klien tetap atau kembali 3. Kolaborasi pemberian antipiretik monitoring dilakukan agar
sistem inflamasi tubuh dalam batas normal dengan 4. Beritahu ibu untuk memastikan intake cairan kenaikan suhu tubuh cepat
ditandai dengan suhu kriteria suhu tubuh tidal dan nutrisi adekuat terdeteksi dan cepat ditangani
anak meningkat. lebih dari 37,5 C, TTV 5. Berikan kompres hangat di aksila atau lipatan 2. Monitor warna dan suhu kulit
normal, suhu rabaan dan paha. dapat menjadi cara untuk
kulit normal, tidak ada mendeteksi kenaikan suhu tubuh
tanda-tanda menggigil 3. Obat anti piretik dapat
menurunkan demam
4. Peningkatan suhu tubuh dapat
berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan metabolisme tubuh.
5. Kompres hangat dapat meredakan
demam.
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau lokasi kerusakan integritas kulit 1. Agar masalah dengan cepat
kulit keperawatan integritas kulit seperti jika ada perubahan warna, terdeteksi sehinggan penanganan
yang baik dapat pembengkakan, nyeri atau tanda infeksi akan lebih cepat dan efektif
dipertahankan 2. Beritahu ibu untuk memastikan intake nutrisi 2. Nutrisi yang adekuat dapat
adekuat mempercepat perbaikan jaringan
3. Beritahu ibu untuk memastikan kulit area 3. Menghindari infeksi dan
luka selalu kering kerusakan integritas kulit lebih
lanjut
EVALUASI
• S (Subjektif) = Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif setelah
diberikan implementasi keperawatan
• O (Objektif) = Respon objektif klien setelah dilakukan implementasi yang dapat
diidentifikasi melalui pengamatan
• A (Analisis) = Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif klien
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah dilakukan
• P (Perencanaan) = Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
TERIMAKASIH

You might also like