You are on page 1of 52

IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn D
 Usia : 59 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Serabutan
 Status : Menikah
 Alamat : Palasari
 Tanggal Masuk RS : 20 Maret 2018
 Nomor RM : 56****
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Batuk berdahak sejak 1 minggu SMRS

Keluhan Tambahan
Sesak dan nyeri ulu hati

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang memberat sejak
1 minggu SMRS. Batuk sudah dirasakan pasien sejak 3 bulan SMRS
tetapi memberat dalam satu minggu belakangan sehingga pasien
memutuskan untuk berobat. Batuk berdahak warna kekuningan,
konsistensi kental, dan tidak terdapat bercak darah. Batuk
dirasakan sangat sering sehingga mengganggu kenyamanan dalam
berbicara dan beraktivitas. Jika sedang batuk-batuk, pasien juga
merasa sesak napas. Pasien juga mengeluh demam naik turun yang
dirasakan terutama pada malam hari, menggigil, lemas, sakit
kepala, sering berkeringat di malam hari, nyeri ulu hati, mual tetapi
tidak muntah, nafsu makan menurun, berat badan berkurang 4 kg
dalam 3 bulan belakangan. BAB dan BAK seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit darah
tinggi (-), penyakit gula (-), penyakit asma (-), penyakit jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Anak perempuan pasien pernah mengalami gejala yang serupa, dan sedang menjalani
pengobatan paru 6 bulan dan masih dalam bulan pertama. Riwayat penyakit darah tinggi,
gula, asma, dan penyakit jantung pada keluarga disangkal.

Riwayat Pengobatan
Pasien sedang dalam pengobatan paru 6 bulan dan sedang dalam bulan kedua. Riwayat
penggunaan obat lainnya disangkal.

Riwayat Psikososial
Pasien bekerja serabutan. Pasien mengkonsumsi rokok sebanyak 1 bungkus dalam satu
minggu dan mengkonsumsi kopi 2-3 kali dalam satu hari.

Riwayat Alergi
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Sakit sedang
 Kesadaran : CM, GCS: E4 M6 V5 = 15

Tanda Tanda Vital


 TD : 110 / 70
N : 82 x/ menit
 SpO2 : 97% dengan nasal kanul
 RR : 22 x / menit
S : 36,6oC
 Kepala
 Mata : Ca -/-, Si -/- , RCL +/+, Isokor
 Hidung : Deviasi septum (-), darah (-), sekret
(–)
 Mulut : Mukosa bibir lembab (-), atrofi papil
lidah (-),
 Telinga : Darah (-), sekret (-), serumen (–)
 Leher : Pembesaran KGB (-), trakea deviasi
(-) .
Thorax :
Pulmo
I : Datar, tidak ada bagian dada yang
tertinggal saat pernapasan
P : Ekspansi dinding dada simetris ,
stemfremitus simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru. Batas paru
hepar pada ICS 5 midaksilaris dextra
A : Vesicular Breath Sound (VBS) melemah,,
Ronkhi +/+, wheezing -/-.
 Cor:
I : Ictus cordis terlihat pada ICS V
midklavikula sinistra
P : Ictus cordis teraba pada ICS V
midklavikula sinistra
P : Batas jantung kanan : ICS IV parasternalis
dextra
Batas jantung kiri : ICS V midklavikula
sinistra
Batas jantung atas: ICS II midclavikula
sinistra
A :S1=S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
I : Datar, distensi abdomen (–)
A : BU (+), Normal
P : Timpani seluruh lapang abdomen
P : NTE (+) , Hepatomegali (-) , Splenomegali
(-)

 Extremitas:
 Atas : akral hangat, CRT < 2 detik, kuku
tidak tampak kelainan
 Bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema
tungkai (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium  Gula darah sewaktu:
 Hb: 11.0 gr% 120 mg/dl
 Leukosit: 11.200  Ureum: 50 mg/dl

 Trombosit: 488.000  Creatinin Serum: 1.0


mg/dl
 Hitung Jenis
Leukosit:  SGOT: 50 U/L

 Segmen: 84  SGPT: 35 U/L


 Limfosit: 16  Natrium: 141 mmol/l
LED:  Kalium: 4.3 mmol/l
1 jam: 55
2 jam: 112
Hematokrit: 33%
FOTO THORAKS
RESUME
 Tn D, 59 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak yang
memberat sejak 1 minggu SMRS. Batuk sudah dirasakan
pasien sejak 3 bulan SMRS tetapi memberat dalam satu
minggu belakangan sehingga pasien memutuskan untuk
berobat. Batuk berdahak warna kekuningan, dirasakan
sangat sering sehingga mengganggu kenyamanan dalam
berbicara dan beraktivitas. Jika sedang batuk-batuk, pasien
juga merasa sesak napas. Pasien juga mengeluh demam naik
turun yang dirasakan terutama pada malam hari, menggigil,
lemas, sakit kepala, sering berkeringat di malam hari, nyeri
ulu hati, mual tetapi tidak muntah, nafsu makan menurun,
berat badan berkurang 4 kg dalam 3 bulan belakangan. BAB
dan BAK seperti biasa. Pasien sedang dalam pengobatan paru
6 bulan dan sedang dalam bulan kedua.
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah
110/70mmHg, frekuensi nadi 82 x/ menit, frekuensi napas: 22
x / menit, dan suhu 36,6oC. Vesicular Breath Sound (VBS)
melemah,, Ronkhi +/+, dan gambaran infiltrat pada foto
thoraks.
DIAGNOSIS

 TB paru on OAT bulan ke II


 Infeksi Sekunder
RENCANA PENATALAKSANAAN
 Infus RL:D5 2:1 20 tpm
 Ceftazidine 2x1 gram i.v

 Ranitidine 2x50 mg i.v

 NAC 3x200 mg p.o

 Paracetamol 3x500 mg p.o

 4 FDC 1x3 tab


FOLLOW UP
20 Maret 2018
S: Batuk (+), dahak kekuningan (+), nyeri ulu hati berkurang
(+), sesak (+)
O: Kes: CM
TD : 110/70 mmHg
N : 78x.menit
RR : 22x/menit Rh +/+
S : 36.5 C
A : TB paru on OAT bulan ke II
Infeksi sekunder
P : Infus RL:D5 2:1 20 tpm
Ceftazidine 2x1 gram i.v
Ranitidine 2x50 mg i.v
NAC 3x200 mg p.o
Paracetamol 3x500 mg p.o
4 FDC 1x3 tab
21 Maret 2018
S: Batuk (+) sedikit berkurang, dahak kekuningan (+), nyeri ulu hati berkurang
(+), sesak berkurang (+)
O: Kes: CM
TD : 110/80 mmHg
N : 81x.menit
RR : 20x/menit
S : 36.7 C
A : TB paru on OAT bulan ke II
Infeksi sekunder
P : Infus RL:D5 2:1 20 tpm
Ceftazidine 2x1 gram i.v
Ranitidine 2x50 mg i.v
NAC 3x200 mg p.o
Paracetamol 3x500 mg p.o
4 FDC 1x3 tab
Lapisiv 2x1
Curcuma 3x1
22 Maret 2018
S: Batuk (+), dahak kekuningan (+), nyeri ulu hati (-), sesak (-)
O: Kes: CM
TD : 110/70 mmHg
N : 74x.menit
RR : 20x/menit
S : 36.4 C
A : TB paru on OAT bulan ke II
Infeksi sekunder
P : Infus RL:D5 2:1 20 tpm
Ceftazidine 2x1 gram i.v
Ranitidine 2x50 mg i.v
NAC 3x200 mg p.o
Paracetamol 3x500 mg p.o
4 FDC 1x3 tab
Lapisiv 2x1
Curcuma 3x1
23 Maret 2018
S: Sesak nafas (-), batuk (+) berkurang, dahak sedikit (+), nyeri ulu hati (-)
O: Kes: CM
TD : 120/70 mmHg
N : 75x.menit
RR : 22x/menit
S : 36.6 C
A : TB paru on OAT bulan ke II
Infeksi sekunder
P : R/ BLPL
Terapi rawat jalan:
- Rifastar 1x3 tab p.o
- Ranitidine 2x50 mg p.o
- NAC 3x200 mg p.o
- Paracetamol 3x500 mg p.o
- Lapisiv 2x1 caps p.o
- Curcuma 2x1 tab p.o
DIAGNOSIS TB PARU
Kasus Teori

• Demam subfebril, hilang timbul


• Batuk berdahak sejak 3 bulan
• Batuk, sifatnya dimulai dari batuk
yang lalu dan memberat 1
kering (non-produktif) kemudian
minggu SMRS
setelah timbul peradangan menjadi
• Demam
Anamnesis produktif, batuk darah pada keadaan
• Lemas
lebih lanjut
• Keringat malam
• Badan lemah, nafsu makan menurun,
• Nafsu makan menurun
berat badan turun, malaise, berkeringat
• Penurunan BB
malam walaupun tanpa kegiatan
DIAGNOSIS TB PARU
Status Lokalis Thoraks : • Pada pemeriksaan

Vesicular Breath Sound jasmani dapat ditemukan


antara lain suara napas
(VBS) melemah,, Ronkhi
bronkial, amforik, suara
+/+, wheezing -/-
napas melemah, ronki
Pemeriksaa basah, tanda-tanda
n Fisik penarikan paru,
diafragma dan
mediastinum.

PDPI (Perhimpunan Dokter Paru


DIAGNOSIS TB PARU
Foto thoraks Teori

 Bayangan berawan /
nodular di segmen
apikal dan
posterior lobus atas
paru dan segmen
superior lobus bawah
- Kaviti, terutama
lebih dari satu,
dikelilingi oleh
bayangan opak berawan
atau nodular
- Bayangan bercak
milier
PENATALAKSANAAN
Kasus Teori
Penatalaksanaan TB PARU
Infus RL:D5 2:1 20 tpm
Ceftazidine 2x1 gram i.v Dosis OAT FDC kategori I :
Ranitidine 2x50 mg i.v BB 38-54 kg  3 tab 4FDC (4bulan) / 3
NAC 3x200 mg p.o
Paracetamol 3x500 mg p.o tab 2FDC (2bulan)
4 FDC 1x3 tab BB >56  4 tab 4FDC (4bulan) / 4 tab
2FDC (2bulan)

PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)


DEFINISI TUBERKULOSIS

Tuberkulosis (TB):
- Penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis)

- Sebagian besar kuman TB


menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya
(Depkes RI, 2006)
GAMBARAN PARU PADA
PENDERITATB
ETIOLOGI
Penyebab TB Paru adalah bakteri
Mycobacterium tuberculosis
Mempunyai ciri dan sifat :
• Bentuk batang
• Tahan terhadap asam pewarnaan
• Cepat mati dengan sinar matahari
langsung
• Dapat bertahan hidup ditempat
gelap dan lembab.
(Daniel, 1999; Bahar, 2007; PDPI, 2006)

26
CARA PENULARAN TB

Sumber penularan  pasien TB BTA positif.

Saat batuk atau bersin  menyebarkan kuman ke udara


dalam bentuk droplet nuclei. Sekali batuk  3000 percikan
dahak.

Percikan dapat bertahan selama beberapa jam


dalam keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh


banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB 
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
EPIDEMIOLOGI

Indonesia urutan ketiga terbanyak di


dunia setelah India dan Cina.
Setiap tahun terdapat 528.000 kasus
TB baru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Prevalensi TB di
Indonesia pada tahun 2009 adalah 100
per 100.000 penduduk dan TB terjadi
pada lebih dari 70% usia produktif (15-
50 tahun).
(WHO, 2010)
PATOGENESIS

(Depkes RI, 2006 & PDPI, 2


DIAGNOSIS

 Diagnosis ditegakkan dengan melakukan:

- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang.
 Pemeriksaan BTA
 Pemeriksaan Radiologi
 Pemeriksaan Biakan
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala respiratorik
 batuk > 3 minggu
 batuk darah
 sesak napas
 nyeri dada

2. Gejala sistemik
 Demam
 gejala sistemik lain adalah anemi, malaise, keringat
malam, anoreksia dan berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
 pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening
PEMERIKSAAN FISIK

 Terdapat retraksi otot-otot interkostal.


 Paru yang sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan
 perkusi memberikan suara pekak
 auskultasi memberikan suara yang lemah sampai tidak
terdengar sama sekali, terkadang terdapat ronki.
 pembesaran kelenjar getah bening, umumnya dileher
terkadang didapatkan di ketiak. Pembesaran kelenjar
tersebut dapat menjadi “cold abscess”.

(Bahar, 2007 & PDPI, 2006)


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 Pada awal penyakit saat lesi masih
menyerupai sarang-sarang pneumonia,
gambaran radiologinya berupa bercak-
bercak seperti awan dan dengan batas-
batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah
diliputi jaringan ikat maka bayangan
terlihat berupa bulatan dengan batas
yang tegas dan disebut tuberkuloma
(Depkes RI, 2006)
PEMRIKSAAN BAKTERIOLOGI

Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari
dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus,
bilasan lambung, kurasan bronko-alveolar, urin, feses dan
jaringan biposi.
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktu / spot (dahak sewaktu kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
FLOW CHART DX TB PARU
UJI MANTOUX

Berdasarkan hal tersebut, hasil tes Mantoux dibagi dalam:


 Indurasi 0 – 5 mm : Mantoux negatif
 Indurasi 6 – 9 mm : hasil meragukan
 Indurasi 10 – 15 mm : Mantoux positif
 Indurasi lebih dari 15 mm : Mantoux positif kuat
Untuk pasien dengan HIV positif, test Mantoux ± 5 mm,
dinilai positif.
KLASIFIKASI

1. Tuberkulosis Paru
2. Tuberkulosis Ekstra Paru
TUBERKULOSIS PARU

 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (


BTA )
 TB Paru BTA (+); Sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak BTA (+), hasil pemeriksaan 1
spesimen dahak BTA (+) dan kelainan radiologi
tuberkulosis aktif, hasil pemeriksaan 1 spesimen
dahak BTA (+) dan biakan (+).
 TB Paru BTA (-); Hasil pemeriksaan dahak 3
kali BTA (-), gambaran klinis dan kelainan
radiologi menunjukan tuberkulosis aktif, hasil
pemeriksaan dahak 3 kali BTA (-) dan biakan (+)
BERDASARKAN KATEGORI PASIEN
KATEGORI PASIEN
Kasus baru TB paru dahak positif;
kasus baru TB paru dahak negatif
I
dengan kelainan luas di paru; kasus
baru TB ekstra-pulmonal berat

Kambuh, dahak positif; pengobatan


II
gagal; pengobatan setelah terputus
Kasus baru TB paru dahak negatif
(selain dari kategori I); kasus baru
III
TB ekstra-pulmonal yang tidak
berat
Kasus kronis (dahak masih positif
IV setelah menjalankan pengobatan
ulang)
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

 Tuberkulosis ekstraparu adalah


tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya
kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-
lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas
kultur positif atau patologi anatomi dari
tempat lesi.
SASARAN & TUJUAN
PENATALAKSANAAN TB

 Sasaran pengobatan TB paru


 meringankan tanda dan gejala TB paru serta
membersihkan M. tuberculosis.

 Tujuannya:

 mengidentifikasi kasus baru TB paru,


 mengisolasi pasien TB positif
 mengatasi secara cepat tanda dan gejala yang
muncul,
 meningkatkan kepatuhan pasien selama
pengobatan,
 menyembuhkan pasien secepat mungkin
MACAM FARMAKOLOGI

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan


adalah
 INH
 Rifampisin
 Pirazinamid
 Streptomisin
 Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
 Kanamisin
 Amikasin
 Kuinolon
JENIS DAN DOSIS OAT

Oba Dosis Dosis yg dianjurkan Dosi Dosis (mg) / berat


t (Mg/Kg sMa badan (kg)
BB/Har Harian Intermitten ks < 40 40- >60
i) (mg/kgBB/hari (mg/Kg/BB/kali) (mg) 60
)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500

E 15-20 15 30 750 1000 1500

Sesua
S 15-18 15 15 1000 750 1000
i BB
Paduan pengobatan TB alternatif
Kategori
Pasien TB Fase awal
pengobatan TB Fase lanjutan
(setiap hari / 3 x seminggu)

Kasus baru TB paru dahak positif; kasus baru TB paru 6 HE

dahak negatif dengan kelainan luas di paru; kasus baru


2 RHZE /2SHRZ
I TB ekstra-pulmonal berat 4 RH

4 H3 R3

Kambuh, dahak positif; pengobatan gagal; pengobatan


2 SRHZE + 1 HRZE
II setelah terputus 5 RHE

4 RH

Kasus baru TB paru dahak negatif (selain dari kategori 2 RHZE


III 6RHE
I); kasus baru TB ekstra-pulmonal yang tidak berat

4R3H3

TIDAK DIPERGUNAKAN
Kasus kronis (dahak masih positif setelah menjalankan
IV (merujuk ke penuntun WHO guna pemakaian obat lini
pengobatan ulang)
kedua yang diawasi pada pusat-pusat spesialis)
OAT KATEGORI 1 KOMBINASI DOSIS
TETAP
Berat badan Tahap Intensif tiap hari selama 56 Tahap Lanjutan 3x seminggu selama

hari 16 minggu

RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT

> 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT


OAT KATEGORI 2 KOMBINASI DOSIS
TETAP
Tahap Intensif tiap hari RHZE Tahap Lanjutan3x seminggu
Berat
(150/75/400/275) + S RH (150/150) + E (400)
badan

Selama 58 hari Selama 28 hari Selama 2 Minggu

2 tab 4KDT + 500mg 2 tab 2KDT + 2 tab


30 – 37 kg 2 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

3 tab 4KDT + 750mg 3 tab 2KDT + 3 tab


38 – 54 kg 3 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

4 tab 4KDT + 1000mg 4 tab 2KDT + 4 tab


55 – 70 kg 4 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

5 tab 4KDT + 1000mg 5 tab 2KDT + 5 tab


> 71 kg 5 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol
Jenis OAT Sifat Keterangan
Isoniazid (H) Bakterisid Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan

terkuat metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.

Mekanisme kerjanya adalah menghambat cell-wall biosynthesis

pathway

Rifampisin (R) bakterisid Rifampisin dapat membunuh kuman semi-dormant (persistent)

yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Mekanisme kerjanya

adalah menghambat polimerase DNA-dependent ribonucleic

acid (RNA) M. Tuberculosis

Pirazinamid (Z) bakterisid Pirazinamid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel

dengan suasana asam. Obat ini hanya diberikan dalam 2 bulan

pertama pengobatan.

Streptomisin (S) bakterisid obat ini adalah suatu antibiotik golongan aminoglikosida dan

bekerja mencegah pertumbuhan organisme ekstraselular.


EFEK SAMPING
Jenis Obat Ringan
tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, Hepatitis, ikhterus
Berat

kesemutan, nyeri otot dan gangguan


kesadaran. Kelainan yang lain menyerupai
defisiensi piridoksin (pellagra) dan kelainan
Isoniazid (H) kulit yang bervariasi antara lain gatal-gatal.
Efek dapat dikurangi dengan pemberian
piridoksin 100mg/hr atau Vit.B kompleks

gatal-gatal kemerahan kulit, sindrom flu, Hepatitis atau ikterik, sindrom respirasi yang
sindrom perut, myalgia. Warna merah pada ditandai dengan sesak nafas, kadang disertai
Rifampisin (R) air seni, keringat, air mata, dan saliva. dengan kolaps atau renjatan (syok), purpura,
anemia hemolitik yang akut, gagal ginjal. Pada
kondisi tersebut pengobatan harus dihentikan.

Reaksi hipersensitifitas : demam, mual dan Hepatitis, nyeri sendi, serangan arthritis gout.
Pirazinamid (Z)
kemerahan Dapat berikan (aspirin)

Gangguan penglihatan berupa berkurangnya Buta warna untuk warna merah dan hijau.
Etambutol (E) ketajaman penglihatan Kembali normal jika beberapa minggu
dihentikan. Jangan berikan pada anak untuk
menghindari resiko kebutaan.
Reaksi hipersensitifitas : demam, sakit Kerusakan saraf VIII yang berkaitan dengan
kepala, muntah dan eritema pada kulit keseimbangan dan pendengaran. Dapat
Streptomisin (S) dipulihkan dengan pengentian pengobatan
atau dosis dikurangi 0,25gr untuk menghindari
resiko kehilangan keseimbangan dan tuli.
TERAPI TB PADA KEHAMILAN DAN
MENYUSUI
 OAT harus tetap diberikan pada ibu hamil
kecuali streptomisin karena dapat menembus
plasenta yang menyebabkan gangguan
pendengaran janin, sedangkan pada ibu
menyusui OAT dan ASI dapat tetap diberikan
meskipun beberapa OAT dapat masuk kedalam
ASI namun dengan konsentrasi rendah dan tidak
menyebabkan toksik pada bayi.
TERAPI TB PADA GAGAL GINJAL
 Sebaiknya menghindari penggunaan etambutol,
karena waktu paruhnya memanjang dan terjadi
akumulasi etambutol. Dalam keadaan sangat
diperlukan, etambutol dapat diberikan dengan
pengawasan kreatinin. Hindari juga pemberian
Streptomisin, kinamisin, dan kapreomisin.
Sedapat mungkin dosis disesuaikan dengan faal
ginjal atau rujuk ke ahli paru
TERAPI TB DENGAN KELAINAN FUNGSI
HATI
 Bila bilirubin lebih dari nilai normal 
OAT stop
 Bila gejala hati (+) SGOT SGPT >5x 
OAT stop

You might also like