ASCARIASIS

Oleh : Fadhillah I P Rusli

Pendahuluan
Ascariasis adalah penyakit cacing yang paling besar pravelensinya di antara
penyakit cacing lainnya. Infeksi pada manusia terjadi karena tertelannya
telur cacing yang mengandung larva infektif melalui makanan dan minuman.
Penyakit ini terutama menyerang anak, dengan bagian terbesar adalah anak
sekolah.

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Epidemiologi
• Parasit ini tersebar luas, terutama di daerah beriklim tropis dan panas.

• Parasit ini lebih banyak ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban
tinggi dan suhu 25°- 30°C sehingga sangat baik untuk menunjang
perkembangan telur cacing A.lumbricoides tersebut.

• Telur A. lumbricoides mudah mati pada suhu diatas 40° C sedangkan dalam
suhu dingin tidak mempengaruhinya. Telur cacing tersebut tahan terhadap
desinfektan dan rendaman yang bersifat sementara pada berbagai bahan
kimiawi keras.

• Pada anak : 60-90 %

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Etiologi
• Penyakit ini disebabkan oleh Ascaris lumbricoides

• Cacing A.lumbricoides merupakan golongan nematoda. Nematoda berasal

dari kata nematos yang berarti benang dan oidos yang berarti bentuk.

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Ascaris Lumbricoides
• Hospes : Manusia.

• Taksonomi A. lumbricoides (Jefrey, 1983) Phylum : Nemathelminthes 7

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sub phylum : Ascaridoidea Ordo :
Ascaridida Family : Ascaridae Genus : Ascaris Spesies : Ascaris
lumbricoides

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Morfologi
Morfologi/lingkaran hidup :

- Hidup dalam rongga usus

- Jantan : 15-31 cm, ekor melengkung ke arah ventral. Pada ujung posterior
cacing jantan terdapat sepasang copulatory spiculae.

- Betina : 35 cm, ekor lurus

bertelur 100.000-200.000/hari

• Pada ujung anterior, terdapat 3 buah bibir, satu terletak mediodorsal dan
dua ventrolateral. Bagian tengah rongga mulut berbentuk segitiga.

• Anterior tubuh tumpul, posterior tubuh lancip.

• Berwarna merah

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.
• Telur yang dibuahi:

• Berbentuk bulat atau lonjong berukuran 45-75x30-50mikron.

• Berdinding tebal, berwarna cokelat keemasan. Dinding telur terdiri 3 lapis, yang paling luar
albuminoid yang tebal, lapisan dalamnya yang terdapat selubung vitelin tipis namun cukup kuat.

• Berisi sel ovum

3 minggu menjadi matang
(berisi larva) yang disebut “bentuk infektif”

• Telur yang tidak dibuahi:

• Telur yang tidak dibuahi adalah telur yang dihasilkan oleh cacing betina yang tidak subur
ataupun terlalu cepat dikeluarkan oleh cacing betina yang subur, telur tersebut berbentuk
memanjang, terkadang segitiga dengan lapisan yang tipis dan berwarna coklat, lalu berukuran
90–40 πm

• Dinding terdiri dari 2 lapis

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Siklus Hidup

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Patologi dan Gejala Klinis
sindroma Loffler yaitu terjadinya perdarahan
kecil pada alveolus --- gangguan paru
paru disertai
batuk, demam dan eosinophil.
Larva Pada foto thorax nampak infiltrat ---
hilang dalam 3 minggu

Gejala intestinal ringan seperti kurang

nafsu makan, mual, diare, konstipasi dan
Cacing dewasa ileus/obstruksi usus.
Pada anak dengan infeksi berat ---
malabsorbsi ---malnutrisi

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Diagnosis
• Tinja

• Sputum

• Muntahan

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Penatalaksanaan
• Pirantel Pamoat 10mg/kgBB

• Mebendazol 2x100mg/hari selama 3 hari atau 500mg dosis tunggal

• Albendazole Dewasa dan anak diatas 2 tahun dengan dosis tunggal 400 mg

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

pencegahan
• Hygiene peorangan ditingkatkan

• Penderita diobati

• Penerangan/penyuluhan

• Masak makanan

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.

Prognosis
• baik

Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta,2002.